Temanggung – Tradisi haul bukan sekadar menjadi ajang mengenang para ulama yang telah wafat, melainkan juga berfungsi sebagai media dzikrul maut, pengingat akan kematian, serta momen untuk meneladani kealiman para masyayikh. Hal tersebut disampaikan oleh KH. Habib Nur dari Kendal dalam acara Haul ke-96 Kyai Hasan Marwi dan para masyayikh lainnya, sekaligus pembukaan kegiatan Selapanan Rifaiyah Pengurus Daerah Temanggung, yang digelar pada Senin, 7 April 2025 di halaman Masjid At-Taqwa, Dusun Wonorejo Batok, Desa Kebonsari, Kecamatan Wonoboyo, Kabupaten Temanggung.
“Bagi para alim, panjang atau pendeknya usia bukanlah persoalan utama. Yang terpenting adalah prestasi mereka di hadapan Allah SWT. Namun, sebagai hamba dan murid, tentu kita merasakan kehilangan,” ujar KH. Habib, yang dikenal dengan julukan “Kyai Suwuk” ini. Beliau juga menegaskan bahwa kegiatan seperti ini penting dalam membentuk pribadi yang istiqomah, penuh berkah, serta melahirkan generasi sholeh dan sholehah.
Sementara itu, perwakilan dzuriyah Kyai Hasan Marwi, KH. Syihabudin, dalam sambutannya menyampaikan bahwa haul ini rutin diselenggarakan setiap tahun sebagai bentuk penghormatan dan upaya mendekatkan masyarakat kepada para muassis (pendiri) serta pejuang Islam. Namun, beliau mengungkapkan keprihatinannya atas menurunnya jumlah peserta dari tahun ke tahun.
“Perkembangan zaman yang serba cepat membawa kecenderungan di mana peran kiai mulai diabaikan, dan majelis ilmu dianggap remeh,”ujar KH. Syihabudin yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al-Hadist Wonorejo.

Acara haul yang dihadiri sekitar 700 jamaah ini diawali dengan pembacaan tahlil dan doa bersama di kompleks makam (maqbarah), lalu dilanjutkan dengan tausiah umum di halaman Masjid At-Taqwa. Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Dewan Syuro PD Rifaiyah Temanggung KH. Samsul Ma’arif, jajaran Pengurus Daerah Rifaiyah, Muspika Kecamatan Wonoboyo, Kepala Desa Kebonsari, para ketua ranting Rifaiyah se-Kabupaten Temanggung, serta tamu undangan lainnya.
Acara ini menjadi momentum penting untuk merekatkan kembali ikatan spiritual dan sosial masyarakat Rifaiyah, sekaligus menyemai semangat mencintai ulama dan ilmu di tengah tantangan zaman.(Abdul Manan)
Penulis: Abdul Manan, MA. S.Ip
Editor: Ahmad Zahid Ali