Wajah sumringah Partela menyebar ke seluruh penjuru ruang, selepas pelantikan struktur kepengurusan pimpinan Ranting Rafiyah desa Umbul Makmur. Ia sesekali membetulkan jaznya yang dihiasi logo bingkai segilima. Sepatunya warna hitam kinclong, dan di saku terdapat bolpoin tanda tangan.
Sepanjang sejarah baru kali ini Partela kelihatan parlente seperti CEO Perusahaan. Cara jalannya juga tidak biasa. Sebagaimana jalannya orang-orang di perkantoran yang hendak meeting. Bahasa Indonesianya medok tapi terkesan tegas. Aneh saja, sepanjang hari ia berbahasa Indonesia terus. Ketika Graito meledek dan menanya perihal bahasanya yang tidak biasa, dengan cekatan Partela menjawab, “Rafiyah itu organisasi Nasional makanya saya harus pakai bahasa Nasional,” direspon dengan manggut-manggut oleh Graito, Pardi, dan Mbah Binahu menundukkan kepala sambil menyembunyikan senyumnya.
Kebanggaannya menjadi pimpinan ranting merupakan impian sejak lama, sejak dirinya mengabdi di desa Umbul Makmur. Pengabdiannya luar biasa sejak jadi marbot mushola, penggali kuburan, pemegang kunci gudang jamaah, pemungut infaq masyarakat, sampai pengontrol sarana prasarana di desa Umbul Makmur.
“Par, setelah ini kamu sambutan sebagai ketua terpilih,” pinta Milahur. Sambil membetulkan jaznya Partela menegakkan badan, menjawab “Syiaaap.” Pecinya yang menguning tak mengurangi sedikitpun ke-PD-annya. Sandal lili terselip di kakinya mengantar ke panggung mimbar. Langkah-langkahnya selalu optimis menatap masa depan.
Setelah salam, tahmid, shalawat dan menyapa para hadirin Partela mulai sambutan perdananya setelah terpilih sebagai ketua Pimpinan Ranting Rafiyah desa Umbul Makmur
“Dalam kesempatan kali ini saya mengucapkan terimakasih kepada para dulur yang sudah mempercayakan amanat yang luar biasa ini. Saya sebagai manusia dengan segala kedloifannya memohon kepada masyarakat Rafiyah untuk selalu kompak, gotong royong dalam nyengkuyung hajat bersama. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.”
“Yang akan kita bangun bersama adalah kepercayaan diri sebagai kolektivitas sebagai warga Rafiyah,” tegas Partela.
Di bilik rumahnya, Samiyem senyum-senyum sendiri mendengar lamat-lamat suara sambutan suaminya. Tak penting mendengar pesan-pesan suaminya, ia sudah cukup bahagia hanya mendengar suara Kang Partela yang sejak hari ini berbeda.
Getaran dan vibrasi suara Partela cukup membuat orang-orang semangat. Mungkin karena beliau punya riwayat panjang pengabdian di desa Umbul Makmur, sehingga ucapannya merupakan perbuatannya, perbuatannya wujud dari ucapannya. Itulah sosok pemimpin kita yang harus kita dukung dalam kebaikan, dan kita ingatkan di saat beliau selip demikian ungkapan Mbah Binahu, selepas sambutan Partela yang mengundang tepuk tangan panjang.
Ahmad Saifullah, junalis freelance