Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Nadhom

Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 5: Kewajiban Seorang Mukallaf

Tim Redaksi by Tim Redaksi
May 19, 2025
in Nadhom
0
Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 5: Kewajiban Seorang Mukallaf
0
SHARES
138
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Tulisan ini merupakan bagian kelima dari seri penjelasan kitab Ri’āyah al-Himmah karya KH. Ahmad Rifa’i. Pada bagian ini, penulis menguraikan kewajiban dasar yang harus diketahui dan diamalkan oleh setiap mukallaf, yaitu orang yang telah terbebani hukum syariat. Penjelasan difokuskan pada tiga bidang ilmu utama yang wajib diketahui oleh setiap mukallaf: ilmu tauhid, ilmu fikih, dan ilmu tasawuf. Ketiga ilmu ini menjadi dasar bagi pembentukan akidah yang benar, ibadah yang sah, dan akhlak yang terpuji.

Kewajiban Seorang Mukallaf

Mukallaf adalah orang yang berakal sehat (‘āqil), sudah dewasa (bāligh), mendapat seruan dakwah, dan memiliki pancaindra yang normal, artinya tidak bisu dan tidak tuli. KH. Ahmad Rifa’i mengutip qaul ulama tentang kewajiban seorang mukallaf sebagai berikut:

قَالَ الْعُلَمَاءُ رَحِمَهُمُ اللهُ: يَجِبُ عَلَى كُلِّ مُكَلَّفٍ مَعْرِفَةُ مَا يُصَحِّحُ اعْتِقَادَهُمْ فِي عِلْمِ أُصُولِ الدِّينِ، وَمَعْرِفَةُ مَا يُصَحِّحُ فِي عِبَادَتِهِمْ، وَيُسَمَّى عِلْمَ الْفِقْهِ، وَمَعْرِفَةُ مَا يُصَفِّي فِي قُلُوبِهِمْ وَمَا يُكَدِّرُ مِنَ الصِّفَاتِ الْمَحْمُودَاتِ وَالْمَذْمُومَاتِ، وَيُسَمَّى عِلْمَ التَّصَوُّفِ

Setiap orang mukallaf sekurang-kurangnya harus mengetahui tiga bidang ilmu, yaitu ilmu tauhid, ilmu fikih, dan ilmu tasawuf atau akhlak. Mengetahui ilmu tauhid atau disebut juga ilmu uṣūluddīn agar memiliki i‘tiqād yang benar, mengetahui ilmu fikih agar dapat beribadah dengan sah dan benar, dan mengetahui ilmu tasawuf agar memiliki hati yang bersih dari sifat-sifat tercela serta mengisinya dengan sifat-sifat terpuji. Adapun pengertian i‘tiqād dapat dijelaskan sebagai berikut:

الِاعْتِقَادُ هُوَ الْإِدْرَاكُ الْجَازِمُ الْقَابِلُ لِلتَّغْيِيرِ بِتَشْكِيكٍ أَوْ غَيْرِهِ، بِخِلَافِ الْعِلْمِ، فَهُوَ الْإِدْرَاكُ غَيْرُ الْقَابِلِ لِلتَّغْيِيرِ لِكَوْنِهِ صَادِرًا عَنْ اسْتِدْلَالٍ

I‘tiqād adalah temuan batin (kepercayaan) yang mantap, tetapi dapat berubah karena keragu-raguan atau sebab lainnya. Berbeda dengan ilmu, yaitu suatu temuan yang tidak dapat diubah karena muncul dari hasil pembuktian dalil.

Adapun ilmu tauhid atau ilmu uṣūluddīn didefinisikan sebagai berikut:

الْعِلْمُ الَّذِي يُبْحَثُ فِيهِ عَنِ الْمَوْضُوعَاتِ وَالْمَسَائِلِ الَّتِي تَتَعَلَّقُ بِذَاتِ اللهِ وَصِفَاتِهِ، وَعَنِ الرُّسُلِ، وَعَنِ الْكُتُبِ السَّمَاوِيَّةِ، وَعَنْ قَضَاءِ اللهِ وَقَدَرِهِ
(Dirāsāt fī al-‘Aqīdah al-Islāmiyyah, bi taṣarruf, hlm. 12)

Ilmu yang membahas tema-tema dan masalah-masalah yang berkaitan dengan Dzat Allah dan sifat-sifat-Nya, para rasul, kitab-kitab samawi, serta qadha dan qadar-Nya.

Para ulama memberikan pengertian ilmu fikih sebagai berikut:

وَهُوَ لُغَةً: الْفَهْمُ، وَاصْطِلَاحًا: الْعِلْمُ بِالْأَحْكَامِ الشَّرْعِيَّةِ الْعَمَلِيَّةِ الْمُكْتَسَبِ مِنْ أَدِلَّتِهَا التَّفْصِيلِيَّةِ

Fikih menurut bahasa berarti paham. Menurut istilah, ialah pengetahuan tentang hukum-hukum syara‘ yang berkaitan dengan amal, yang diusahakan dari dalil-dalilnya yang terperinci.

Adapun yang dimaksud dengan kata al-‘amaliyyah adalah pekerjaan-pekerjaan lahir, baik berupa ibadah maupun mu‘āmalah. Hal ini perlu dijelaskan karena hukum-hukum syara‘ mencakup al-i‘tiqādiyyah dan al-‘amaliyyah. Maka dengan penyebutan kata tersebut, dikecualikan ilmu tentang ‘aqīdah yang disebut ilmu uṣūluddīn atau ilmu kalām atau ilmu tauhid.

Dan yang dimaksud dengan kalimat “yang diperoleh dari dalil-dalil terperinci” adalah:

الْمُكْتَسَبِ مِنْ أَدِلَّتِهَا التَّفْصِيلِيَّةِ

Jadi, fikih itu diambil dari dalil-dalil yang bersifat tafsīlī (terperinci), seperti kewajiban salat, puasa, dan membayar zakat yang diambil dari dalil-dalil yang menunjukkan kewajiban tersebut secara eksplisit. Berbeda dengan dalil-dalil ijmālī (umum) yang menjadi pembahasan ilmu uṣūl al-fiqh, seperti kaidah fikih bahwa setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram, atau kaidah uṣūl bahwa pada dasarnya setiap perintah menunjukkan wajib, atau bahwa setiap larangan menunjukkan haram, dan sebagainya.

Ada pula definisi lain, seperti diterangkan dalam kitab Mudzākirah Uṣūl al-Fiqh, hal. 2 juz 1, sebagai berikut:

وَالْفِقْهُ مَعْرِفَةُ الْأَحْكَامِ الشَّرْعِيَّةِ الَّتِي طَرِيقُهَا الِاجْتِهَادُ

Fikih adalah mengetahui hukum-hukum syara‘ yang dicapai melalui jalan ijtihād.

Dari keterangan ini menunjukkan bahwa fikih adalah kumpulan hukum-hukum syara‘ yang dihasilkan dari jalan ijtihād. Karena ilmu fikih diperoleh melalui ijtihād, maka kedudukannya bersifat ẓannī, bukan qaṭ‘ī.

Pengertian ilmu tasawuf, kata tasawuf berasal dari kata aṣ-ṣafā, yang menurut bahasa artinya jernih atau bersih. Sedangkan menurut istilah adalah sebagai berikut:

هُوَ الْعِلْمُ الْبَاحِثُ عَنْ تَهْذِيبِ النَّفْسِ وَتَصْفِيَتِهَا مِنَ الصِّفَاتِ الْمَذْمُومَةِ، وَالتَّنْبِيهِ عَلَى مَا يَعْرِضُ لِلْعِبَادَاتِ وَالْمُعَامَلَاتِ مِنَ الْآفَاتِ الْمُهْلِكَةِ كَالْكِبْرِ وَالرِّيَاءِ وَالْعُجْبِ، وَتَعْرِيفِ الطُّرُقِ الْمُخَلِّصَةِ مِنْ ذَلِكَ

Ilmu yang membahas tentang penyucian jiwa dan pembersihannya dari sifat-sifat tercela serta memberikan peringatan tentang perkara-perkara yang merusak dalam ibadah dan mu‘āmalah, seperti takabur, riya, ujub, dan menunjukkan jalan-jalan yang menyelamatkan dari hal-hal tersebut.

Baca sebelumnya: Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 4: Luruskan Niat


Penyusun: KH. Muhammad Toha, KH. Muhammad Abidun, Lc, KH. Sodikin, M.Pd.I, KH. Ahmad Rifa’i
Editor: Yusril Mahendra

Sumber: Metode Pengajaran Kitab Tarajumah (Ri’ayah al-Himmah).
Penerbit: UMRI Kab. Pati

Tags: Kitab TarajumahPenjelasanRi'ayah al-HimmahRifaiyahSyarahTarajumah
Previous Post

Menjadi Tamu Allah: Jalan Hati dalam Ibadah Haji

Next Post

Bersyukur Menjadi Orang Rifa’iyah

Tim Redaksi

Tim Redaksi

Next Post
Bersyukur Menjadi Orang Rifa’iyah

Bersyukur Menjadi Orang Rifa’iyah

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadhan Warga Rifaiyah Jakarta di Masjid Baiturrahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id