Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Nadhom

Penjelasan Kitab Tasyrihatal Muhtaj 8: Larangan Jual Beli Daging dengan Hewan Hidup

Naufal Al Nabai by Naufal Al Nabai
July 25, 2025
in Nadhom
0
Penjelasan Kitab Tasyrihatal Muhtaj 8: Larangan Jual Beli Daging dengan Hewan Hidup
0
SHARES
39
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita menjumpai orang yang menukar daging dengan hewan hidup, baik yang sejenis maupun tidak. Misalnya, seseorang ingin membeli seekor kambing dengan menukar beberapa kilogram daging sapi. Meski tampak praktis, praktik semacam ini ternyata dilarang dalam fikih mazhab Syafi’i. Hal ini ditegaskan oleh ulama Nusantara seperti KH. Ahmad Rifa’i maupun oleh ulama Syafi’iyah lainnya.

Pandangan KH. Ahmad Rifa’i: Larangan yang Tegas

KH. Ahmad Rifa’i dalam karyanya Tasyrīḥ al-Muḥtāj menyebutkan secara tegas:

ولا يجوز بيع اللحم بالحيوان مطلقاً

“Tidak boleh menjual daging dengan hewan hidup secara mutlak.”

Pernyataan beliau mencerminkan komitmen terhadap mazhab Syafi’i yang sangat berhati-hati dalam urusan muamalah. Meskipun beliau tidak menyebutkan alasan larangan tersebut secara eksplisit, larangan ini tentu didasarkan pada prinsip-prinsip fikih yang berlaku umum dalam mazhab Syafi’i, yang akan dijelaskan dalam bagian berikutnya.

Penjelasan Ulama Syafi’iyah: Alasan Larangan

Penjabaran lebih rinci mengenai alasan larangan ini dapat ditemukan dalam kitab al-Fiqh al-Manhajī ‘alā Madzhab al-Imām al-Syāfi’ī (Jilid 2, hlm. 81), yang menyatakan:

لا يجوز بيع اللحم بالحيوان مطلقاً لا نقداً ولا نسيئة، وسواء أكان اللحم من جنس الحيوان أم من غير جنسه، وسواء أكان الحيوان مأكول اللحم أم غير مأكول اللحم، فلا يجوز مطلقاً

Larangan ini berlaku tanpa pengecualian, baik secara tunai maupun tempo, serta baik daging dan hewannya sejenis maupun tidak. Adapun alasan larangan ini, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama Syafi’iyah dalam berbagai kitab, antara lain:

  1. Adanya gharar (ketidakjelasan) dalam takaran dan nilai tukar.
  2. Potensi riba, terutama bila jenisnya sejenis namun tidak setara.
  3. Sulitnya menentukan keseimbangan antara barang hidup dan barang sembelihan, apalagi bagian dalam tubuh hewan sulit diukur saat masih hidup.

Bagian Tubuh yang Dihukumi Sama dengan Daging

Larangan ini tidak hanya berlaku untuk daging, tetapi juga mencakup seluruh bagian tubuh hewan yang biasa dikonsumsi, seperti:

  • Lemak (الشحم)
  • Ekor lemak (الألية)
  • Hati (الكبد)
  • Jantung (القلب)
  • Ginjal (الكلية)
  • Limpa (الطحال)

Bagian-bagian ini termasuk dalam kategori fī ma‘nā al-laḥm (sepadan dengan daging), sehingga juga haram dijual dengan hewan hidup.

Pengecualian: Kulit yang Telah Disamak

Sebaliknya, terdapat pengecualian yang dibolehkan oleh para ulama, yakni kulit hewan yang telah disamak (دبغ). Dalam al-Fiqh al-Manhajī disebutkan:

وأجازوا بيع الحيوان بالجلد بعد دبغه، لخروجه عن كونه لحماً أو ما في معناه. أما قبل الدبغ فلا يجوز أيضاً، لأنه يعتبر لحماً

Kulit yang telah disamak mengalami perubahan hukum, sehingga tidak lagi dihukumi sebagai daging atau bagian makanan, dan boleh dijadikan alat tukar untuk hewan hidup. Namun, sebelum disamak, kulit tetap termasuk dalam kategori daging dan larangan tetap berlaku.

Kesimpulan

Meskipun KH. Ahmad Rifa’i tidak menyebutkan secara rinci alasan pelarangan jual beli daging dengan hewan, pendapat beliau sepenuhnya selaras dengan mazhab Syafi’i yang mengharamkan transaksi tersebut secara mutlak.

Dengan dukungan penjelasan para ulama sebagaimana dalam al-Fiqh al-Manhajī, dapat disimpulkan bahwa:

  1. Jual beli daging dengan hewan hidup dilarang, baik sejenis maupun tidak, baik tunai maupun tangguh.
  2. Larangan ini juga berlaku untuk seluruh bagian tubuh hewan yang dapat dimakan.
  3. Kulit yang telah disamak merupakan satu-satunya bagian yang boleh dijual dengan hewan hidup.

Ini merupakan wujud dari prinsip taḥdhīr (kehati-hatian) dalam muamalah Islam, demi menjaga kejelasan, keadilan, dan terhindarnya praktik riba.

Referensi

Kitab Al-Fiqh Al-Manhaji ‘ala Madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i, hlm. 81

لا يجوز بيع اللحم بالحيوان مطلقاً لا نقداً ولا نسيئة، وسواء أكان اللحم من جنس الحيوان أم من غير جنسه، وسواء أكان الحيوان مأكول اللحم – كشاة بلحم بقر – أم غير مأكول اللحم – كلحم بقر بحمار – فلا يجوز مطلقاً

ومثل اللحم ما في معناه: كالشحم والألية والكبد والقلب والكلية والطحال، وكذلك جميع أجزائه المأكولة

وأجازوا بيع الحيوان بالجلد بعد دبغه، لخروجه عن كونه لحماً أو ما في معناه. أما قبل الدبغ فلا يجوز أيضاً، لأنه يُعتبر لحماً

Al-Hawi Al-Kabir fi Fiqh Madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i oleh Al-Mawardi, Jilid 5, hlm. 157

قال الماوردي : وهذا كما قال . بيع اللحم بالحيوان لا يجوز ، وهو في الصحابة قول أبي بكر ، وابن عباس ، وأبي هريرة ، وفي التابعين قول سعيد بن المسيب ، والقاسم بن محمد ، وعروة بن الزبير ، وأبي بكر بن عبد الرحمن ، وفي الفقهاء قول مالك ، والليث بن سعد والأوزاعي

وقال أبو حنيفة ، وأبو يوسف : بيعه جائز بكل حال ، وقال محمد بن الحسين : يجوز بيع اللحم بالحيوان إذا كان اللحم من لحم الحيوان : ليكون فاضل اللحم في مقابله الجلد والعظم ، فإن كان بمثله أو أقل لم يجز

وقال المزني : يجوز بيعه بكل حال قياسا ، إلا أن يكون الخبر المروي فيه ثابتا ، واستدل من أجازه بأن اللحم فيه الربا ، والحيوان ليس فيه ربا ، وبيع ما فيه الربا بما لا ربا فيه جائز كبيع اللحم بالجلد : ولأن ما فيه الربا بعلتين مختلفتين يجوز بيع أحدهما بالآخر ، فبأن يجوز بيع ما فيه الربا بما لا ربا فيه أولى

Baca sebelumnya: Penjelasan Kitab Tasyrihatal Muhtaj 7: Riba dalam Islam – Antara Tambahan dan Kezaliman


Penulis: Naufal Al Nabai
Editor: Yusril Mahendra

Tags: FiqihRibaTasyrihatal Muhtaj
Previous Post

Menggugat Kelalaian: Saat Harta Waris Menjadi Rampasan dan Ibadah Kehilangan Arah

Next Post

Menghidupkan Kembali Api Perjuangan: Kisah Swadaya Umat Rifa’iyah Selamatkan Tanah Wakaf K.H. Ahmad Rifa’i di Kalisalak

Naufal Al Nabai

Naufal Al Nabai

Alumni PP Tanbiihul Ghoofiliin Sambek Wonosobo.

Next Post
Menghidupkan Kembali Api Perjuangan: Kisah Swadaya Umat Rifa’iyah Selamatkan Tanah Wakaf K.H. Ahmad Rifa’i di Kalisalak

Menghidupkan Kembali Api Perjuangan: Kisah Swadaya Umat Rifa'iyah Selamatkan Tanah Wakaf K.H. Ahmad Rifa'i di Kalisalak

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id