Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، إِقْرَارًا بِهِ وَتَوْحِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وسلم عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا مَزِيْدًا
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat berkumpul di majelis yang mulia ini untuk menunaikan ibadah salat Jumat. Salawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Sebagai khatib, saya berwasiat kepada diri sendiri dan kepada seluruh jamaah, marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan sebenar-benar takwa, yaitu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Di berbagai sudut negeri, kita menyaksikan sebuah fenomena menarik: bendera tengkorak bertopi jerami dari serial anime One Piece berkibar di tengah-tengah aksi massa. Fenomena ini menarik untuk ditinjau dalam konteks One Piece dan sejarah Islam Nusantara, terutama dalam melihat bagaimana generasi muda merespons ketidakadilan dan mengekspresikan perlawanan.
Euforia ini, betapapun kreatifnya, memunculkan pertanyaan yang patut kita renungkan:
Apakah kita sedang mencari teladan perlawanan pada fiksi, sementara sejarah leluhur kita penuh dengan pahlawan nyata?
Ada pepatah bijak yang mengatakan, “Tidak mungkin seekor garuda menginduk pada sejarah burung bangau.” Artinya, tidak sepatutnya kita mencari inspirasi dari luar, sementara sejarah bangsa sendiri begitu kaya akan teladan kepahlawanan. Kita tidak boleh latah, ikut-ikutan, dan melupakan dari mana akar dan jati diri kita berasal.
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah,
Lembaran sejarah Nusantara telah mencatat jejak perlawanan para pahlawan, yang sumber kekuatannya bukanlah fantasi, melainkan iman yang kokoh. Di abad ke-19, terdapat dua nama besar yang tegak melawan penjajahan Belanda: Pangeran Diponegoro dan Kiai Haji Ahmad Rifa’i.
Pangeran Diponegoro memimpin Perang Jawa (1825–1830) bukan karena ambisi kekuasaan, melainkan karena jihad membela agama dan tanah air. Panji-panji perjuangannya bukanlah bendera tengkorak, tetapi bendera bertuliskan kalimat tauhid yang beliau angkat sebagai simbol kehormatan.
Sementara itu, KH. Ahmad Rifa’i memilih jalan dakwah melalui kekuatan pena. Lewat kitab-kitab berbahasa Jawa Pegon, beliau dengan tegas mengecam pejabat pribumi yang berkolaborasi dengan penjajah. Beliau mengajarkan syariat Islam dan menyeru umat untuk menolak tunduk kepada penguasa zalim.
Salah satu bait dari kitab Syarikhul Iman berbunyi:
Mukmin kasab pada nenandur jagung – iku luwih becik tinimbang ngawula tumenggung
Kang partela ngenani dosa luwih agung – perek-perek kufur, wong hina cilaka digungung
Mukmin bungkuk kasab nenandur ketela – iku luwih becik tinimbang bungkuk seba ing wong ala
Nanggung dosa gede tan bisa tobat katula – ora patut wong duraka gede dipilala
Alim shalih milih angger tinemu merdeka – senadyan disengitana wong duraka
Ngalindung ing Allah saking fitnahe wong cilaka – luba ngarep-arep ing rahmate Allah manjing sawarga
(mukmin yang bekerja menanam jagung itu lebih baik daripada jadi jongosnya Tumenggung. Yang jelas beresiko kena dosa lebih besar, mendekat kepada kekufuran, orang hina disanjung.)
(Mukmin bongkok bekerja menanam ketela, hal itu lebih baik daripada membungkuk hormat kepada orang hina. Beresiko menanggung dosa yang ditidak bisa tobat segera. TIdak patut orang durhaka berat di perhatikan)
(Alim shalih memilih jalan merdeka, walau harus dibenci orang yang durhaka. Berlindunglah kepada ALlah dari fitnah orang-orang celaka. Hanya berharap kepada rahmatnya Allah dengan anugerah sorga)
Keduanya, Diponegoro dengan pedangnya dan Rifa’i dengan penanya, lahir dari cinta tanah air yang bersumber dari iman. Inilah teladan kita yang sejati.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sikap mereka memiliki landasan yang kuat. Perlawanan terhadap kezaliman adalah perintah iman. Allah SWT berfirman dalam Surah Hud ayat 113:
وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka.”
Ayat ini merupakan peringatan tegas. Diam terhadap kezaliman sama dengan mendukungnya. Diponegoro dan KH. Ahmad Rifa’i menyadari bahwa diam adalah dosa, maka bergerak adalah sebuah kehormatan.
Semangat menegakkan keadilan juga ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
“Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.”
KH. Ahmad Rifa’i menyampaikan lewat kitab. Diponegoro lewat senjata. Lalu, bagaimana dengan kita? Kita bisa menyuarakannya melalui kritik, karya kreatif, dan solidaritas untuk membela yang tertindas. Relevansi antara One Piece dan sejarah Islam Nusantara bisa menjadi jembatan edukasi lintas generasi, khususnya dalam memperkenalkan kembali nilai-nilai keberanian, keadilan, dan semangat anti-penjajahan kepada generasi muda.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Apakah kita harus menolak sepenuhnya fenomena One Piece ini? Tidak. Tugas kita bukan mengharamkan atau mencela, tetapi menjadikan semangat budaya pop sebagai pintu masuk untuk mengenalkan kembali warisan sejarah kita.
- Jadikan karakter Luffy sebagai awal diskusi tentang heroisme Pangeran Diponegoro.
- Jadikan bendera Jolly Roger sebagai jembatan untuk mengenalkan kembali panji-panji tauhid yang dikibarkan ulama pejuang seperti KH. Ahmad Rifa’i.
- Jadikan kritik sosial dalam anime sebagai sarana menggugah kesadaran keislaman dan kebangsaan.
Pada akhirnya, refleksi ini hendaknya mengingatkan kita bahwa One Piece dan sejarah Islam Nusantara bukanlah dua hal yang saling bertentangan. Justru, kita dapat menjadikan semangat simbolik dalam anime sebagai pintu masuk untuk menggugah kesadaran akan perjuangan tokoh-tokoh Islam Nusantara seperti Pangeran Diponegoro dan KH. Ahmad Rifa’i.
Karena tak pantas rajawali mencari induk pada burung bangau—kita punya induk sendiri: sejarah dan iman leluhur kita.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ
Download file pdf: Khutbah Jumat: Dari Bendera Fiksi ke Panji Sejati – Menemukan Kembali Jati Diri Perlawanan Bangsa
Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra