Batang, 9 Agustus 2025 — Komunitas Pemuda Rifaiyah yang mengatasnamakan “Omah Tanbihun” bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Batang dan didukung penuh oleh Pimpinan Daerah Rifaiyah Batang, menggelar kegiatan Sinau Bareng bertema “Meneladani Spirit Perjuangan KH. Ahmad Rifa’i” di Pendopo Kabupaten Batang pada Sabtu (9/8). Kegiatan ini dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan, mulai dari tokoh agama, pelajar, komunitas budaya, hingga masyarakat umum.
Acara ini bertujuan untuk menggali, memahami, dan menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan KH. Ahmad Rifa’i ulama kharismatik sekaligus Pahlawan Nasional asal Batang agar relevan dengan kehidupan masyarakat masa kini. Melalui forum diskusi terbuka, para narasumber berbagi pandangan dari berbagai sudut disiplin, mencakup aspek sejarah, budaya, ekonomi kreatif, hingga literasi keagamaan.
Empat Narasumber Sinau Bareng Meneladani Spirit Perjuangan KH. Ahmad Rifa’i
Empat narasumber utama hadir dalam acara ini:
- Arief Dirhamsyah – Founder Pekalongan Heritage, yang memaparkan kondisi sosial-politik Pekalongan dan Batang pada masa kolonial Belanda, serta keterkaitannya dengan perjuangan KH. Ahmad Rifa’i.
- H. Slamet Siswadi – saksi sejarah proses penganugerahan gelar Pahlawan Nasional KH. Ahmad Rifa’i.
- Mbak Utin – pengrajin Batik Rifa’iyah, yang mengulas makna filosofis dan kondisi terkini Batik Rifa’iyah.
- Gus Ahmad Saefullah – ahli literasi Rifa’iyah.
Dalam paparannya, Mbak Utin memaparkan bahwa Batik Rifa’iyah mengandung pesan dakwah yang tersirat dalam motif dan tulisan yang menghiasi kainnya. Namun, ia juga menyoroti kondisi Batik Rifa’iyah saat ini yang mulai meredup karena lemahnya regenerasi pengrajin muda. Ia mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk Meneladani Spirit Perjuangan KH. Ahmad Rifa’i serta belajar untuk melestarikan batik ini agar tetap menjadi kebanggaan Batang dan Indonesia.
H. Slamet Siswadi menuturkan kisah perjuangan panjang hingga KH. Ahmad Rifa’i resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah. Menurutnya, pengakuan ini merupakan wujud penghormatan atas jasa seorang ulama pejuang yang membebaskan umat dari kebodohan dan penindasan. “Gelar ini adalah hasil kerja bersama, memerlukan riset mendalam dan dukungan berbagai pihak,” ujarnya.
Meneladani Spirit Perjuangan KH. Ahmad Rifa’i Dengan Memahami Kondisi Sosial Politik Saat Itu
Dari sisi sejarah, Arief Dirhamsyah menggambarkan kondisi Pekalongan dan Batang pada masa kolonial Belanda sebagai daerah yang mengalami tekanan berat, baik secara ekonomi maupun sosial. Pajak yang memberatkan rakyat, diskriminasi terhadap pribumi, hingga pembatasan ruang gerak dalam pendidikan dan keagamaan menjadi tantangan besar pada saat itu. Di tengah situasi tersebut, KH. Ahmad Rifa’i hadir dengan semangat perlawanan yang khas bukan hanya dalam bentuk fisik, tetapi melalui pemikiran, pendidikan agama, dan penulisan kitab yang mengkritik ketidakadilan kolonial.
Gus Ahmad Saefullah menambahkan bahwa karya tulis serta pemikiran KH. Ahmad Rifa’i, yang sebagian besar berbahasa Jawa Pegon ini sering menjadi bahan penelitian oleh para peneliti baik itu dari Indonesia hingga peneliti luar negeri. Gus Ahmad dalam sesinya juga membacakan sebuah puisi karyanya yang didedikasikan untuk KH. Ahmad Rifa’i. Dengan suara lantang dan penuh semangat kemerdekaan, ia mengajak hadirin merasakan denyut perjuangan sang ulama yang menolak tunduk pada penjajah, membakar semangat untuk terus mempertahankan kemerdekaan lahir dan batin. Pembacaan puisi tersebut mendapatkan tepuk tangan panjang dari seluruh peserta.
Baca Juga : Pimpinan Pusat Rifa’iyah Luncurkan Program Ngaji Online Bahas Ilmu Fara’idh
Kegiatan Sinau Bareng ini menjadi ruang interaksi aktif antara narasumber dan peserta. Melalui sesi tanya jawab, hadirin berkesempatan menggali lebih dalam tentang pemikiran dan perjuangan KH. Ahmad Rifa’i, serta langkah konkret untuk melanjutkan dan meneladani spirit perjuangan KH. Ahmad Rifa’i.
Panitia pelaksana menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan menjadi momentum bagi masyarakat Batang untuk terus memelihara semangat juang KH. Ahmad Rifa’i dalam menghadapi tantangan zaman, baik di bidang pendidikan, sosial, budaya, maupun keagamaan.