Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Pegon dan Perlawanan KH Ahmad Rifa’i: Aksara sebagai Benteng dari Penjajahan Belanda

Muhammad Nawa Syarif by Muhammad Nawa Syarif
August 15, 2025
in Kolom
0
Pegon dan Perlawanan KH Ahmad Rifa’i: Aksara sebagai Benteng dari Penjajahan Belanda

Foto: Dirjen Bimas Islam

0
SHARES
89
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Pada masa penjajahan Belanda, bahasa dan huruf bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga instrumen kekuasaan. Kolonialisme tidak hanya merebut tanah dan sumber daya, tetapi juga berusaha menguasai pikiran rakyat melalui bahasa dan sistem pendidikan.

Belanda memperkenalkan huruf Latin sebagai standar administrasi dan pendidikan formal. Akses terhadap pendidikan ini sangat terbatas—hanya kalangan elit dan pegawai pemerintah yang diizinkan menikmatinya. Rakyat jelata, apalagi para santri di desa-desa, jarang sekali bersentuhan dengan huruf Latin. Dengan strategi ini, Belanda berharap rakyat tetap bergantung pada golongan elit yang mereka bentuk.

Pegon: Aksara yang Menolak Dijajah

Tulisan Arab Pegon—yakni penggunaan huruf Arab untuk menulis bahasa Jawa—telah digunakan sejak abad ke-15 oleh para ulama di Nusantara. Memasuki abad ke-18, KH. Ahmad Rifa’i muncul sebagai ulama yang paling produktif menulis menggunakan aksara Pegon. Pilihan ini bukan kebetulan, melainkan bagian dari strategi perlawanan terhadap penjajah.

Pegon di tangan KH. Ahmad Rifa’i memiliki tiga fungsi penting:

1. Mengabaikan Standar Kolonial

Dengan tetap menulis dalam Pegon, beliau menolak tunduk pada sistem tulis Latin yang menjadi simbol kekuasaan Belanda.

2. Mengamankan Pesan dari Sensor

Sebagian besar pejabat Belanda tidak memahami aksara Pegon. Hal ini membuat karya-karya KH. Ahmad Rifa’i, yang banyak berisi kritik terhadap penjajahan dan penindasan, relatif aman dari pengawasan langsung. Kolonial bahkan sampai menggunakan kiai serta pejabat yang pro-penguasa untuk membendung dakwah beliau.

3. Memperkuat Identitas Islam-Jawa

Aksara Pegon mengikat pembacanya pada tradisi pesantren dan nilai-nilai Islam, sekaligus menjauhkan mereka dari asimilasi budaya Barat yang diinginkan penjajah.

Tulisan sebagai Medan Perang

Belanda menyadari bahwa pendidikan dan huruf adalah kunci untuk mengendalikan masyarakat. KH. Ahmad Rifa’i juga memahami hal ini—tetapi beliau memilih jalan perlawanan. Jika Belanda menggunakan huruf Latin untuk membentuk birokrasi kolonial, KH. Ahmad Rifa’i menggunakan Pegon untuk membentuk kesadaran umat yang merdeka pikirannya.

Dalam konteks kolonial, Pegon bukan sekadar aksara, melainkan benteng peradaban—penjaga bahasa, agama, dan budaya agar tidak tunduk kepada penjajah. Melalui huruf ini, KH. Ahmad Rifa’i meninggalkan warisan yang bukan hanya bersifat literasi, tetapi juga menjadi simbol perlawanan dan kebangkitan bangsa.

Link foto: https://www.instagram.com/p/DLt1MDYzpup/?igsh=Nmc2czlyeDFsdDMx


Penulis: Muhammad Nawa Syarif

Editor: Ahmad Zahid Ali

 

 

 

Tags: KH. Ahmad RifaiPegonPerlawanan
Previous Post

Kenali Dewan Syuro dan Pengurus Pusat Rifa’iyah 2023–2028

Next Post

Menikah dalam Cahaya Ilmu: Pesan KH. Ahmad Rifa’i & Gus Baha

Muhammad Nawa Syarif

Muhammad Nawa Syarif

Khadim di Ponpes Faidlul Qodir, Kepala MTs Rifa'iyah Wonokerto, Sekjend PP. AMRI, Pegiat literasi KH. Ahmad Rifa'i.

Next Post
Menikah dalam cahaya ilmu

Menikah dalam Cahaya Ilmu: Pesan KH. Ahmad Rifa’i & Gus Baha

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id