Pengertian Rukun Iman
Rukun iman merupakan prinsip ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul. Prinsip ini menjelaskan keimanan kepada yang gaib sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Baqarah (2:3):
ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ
“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib”
Iman adalah kepercayaan yang teguh disertai ketundukan dan penyerahan jiwa atau hati. Tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
Yang dimaksud dengan yang gaib ialah sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra. Percaya kepada yang gaib berarti meyakini adanya sesuatu yang wujud, tetapi tidak dapat ditangkap oleh pancaindra karena ada dalil yang menunjukkan keberadaannya, seperti Allah, surga, neraka, malaikat, hari kiamat atau hari akhir, dan sebagainya.
KH. Ahmad Rifa’i menerangkan bahwa rukun iman ada enam sebagaimana disebutkan dalam hadis Jibril yang menjelaskan Islam, Iman, dan Ihsan.
Rukun Iman Pertama: Iman kepada Allah
Rukun iman ada enam. Pertama, iman kepada Allah, yaitu meyakini bahwa Allah bersifat wajibul wujud (pasti ada-Nya), hidup sempurna, tidak memiliki kekurangan apa pun, esa pada dzat-Nya, esa pada sifat-Nya, dan esa pada perbuatan-Nya (af‘al).
Keesaan Allah
Ulama ushul mengatakan:
والمراد هنا وحدة الذات والصفات، بمعنى عدم النظير فيهما؛ فأما وحدة الذات بمعنى عدم التركب من أجزاء، فقد سبقت في المخالفة للحوادث، وأما وحدة الصفات بمعنى عدم تعددها من جنس واحد، كقدرتين فأكثر مثلاً، فستأتي في قوله: “ووحدة أوجب لها”، وأما وحدة الأفعال بمعنى أنه لا تأثير لغيره سبحانه في فعل من الأفعال، فستأتي أيضاً في قوله: “فخالق لعبده وما عمل”
Maksud Esa dzat-Nya dan Esa sifat-Nya ialah tidak ada yang menyamai-Nya (matsil), tidak ada yang menandingi-Nya (nidd), dan tidak ada yang menyerupai-Nya (syibh) baik dalam dzat maupun sifat.
- Esa dzat-Nya: Dzat Allah tidak tersusun dari bagian-bagian, maka tidak sama dengan ciptaan-Nya.
- Esa sifat-Nya: Allah tidak memiliki sifat sejenis yang berbilang, misalnya dua qudrah atau lebih.
- Esa af‘al-Nya: Perbuatan Allah tunggal, tidak disertai perbuatan makhluk lain.
Dengan demikian, Allah Mahasuci dari perbuatan-perbuatan selain-Nya.
Ringkasan Keesaan Allah
والحاصل أنّ الوحدانية الشاملة لوحدانية الذات والصفات والأفعال تعني أولاً بالنسبة للذات أنها غير مركبة من أجزاء، وأنها غير متعددة بحيث يكون ثمة إله ثان، فهي واحدة من غير تركيب ولا تعدد، وثانياً بالنسبة للصفات تعني أنها غير متعددة من جنس واحد كقدرتين فأكثر مثلاً، وأنه لا توجد صفة لأحد تشبه صفته تعالى، وثالثاً بالنسبة للأفعال فتعني أنه لا يوجد لغير الله فعل من الأفعال على وجه الإيجاد، وإنما ينسب الفعل لغير الله تعالى على وجه الكسب والاختيار
Kesimpulannya:
- Keesaan dzat Allah menafikan tersusunnya dzat Allah dari bagian-bagian maupun berbilangnya dzat Allah.
- Keesaan sifat Allah menafikan berbilangnya sifat Allah yang sejenis serta menafikan adanya makhluk yang memiliki sifat serupa dengan sifat Allah.
- Keesaan af‘al Allah menafikan perbuatan Allah dipengaruhi oleh selain-Nya, seperti pembantu atau alat.
Allah sebagai Pemberi Rezeki dan Petunjuk
Bagian penting dalam memahami keesaan Allah adalah meyakini bahwa:
- Allah yang memberi rezeki dan menggerakkan manusia dalam ikhtiarnya.
- Allah yang menunjukkan jalan yang benar.
- Allah memberi iman kepada orang yang dikehendaki-Nya masuk surga, dan menyesatkan orang yang dikehendaki-Nya celaka (masuk neraka).
- Segala kebaikan dan keburukan terjadi atas kehendak Allah.
Allah Mahasuci dari sifat zalim, seperti menyiksa tanpa dosa. Oleh karena itu, kaum muslimin wajib bersyukur kepada Allah atas anugerah iman dan Islam. KH. Ahmad Rifa’I mengatakan:
Dalil Al-Qur’an
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2:21–22):
“Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, serta menurunkan air (hujan) dari langit. Dengan hujan itu Dia hasilkan buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Maka janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
Yang dimaksud dengan sekutu-sekutu ialah segala sesuatu yang disembah selain Allah, seperti berhala dan dewa. Firman Allah ini menegaskan bahwa Allah adalah Pencipta bumi, langit, hujan, dan tumbuhan yang menghasilkan buah-buahan sebagai rezeki manusia. Semua ini menunjukkan adanya Sang Pencipta, yaitu Allah SWT. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.
Penjelasan Tafsir
Dalam Tafsir al-Wasith (1/98) karya Al-Wahidi disebutkan:
ومعنى الآية أن الله تعالى احتج على العرب بأنه خالقهم وخالق من قبلهم، لأنهم كانوا مقرّين بأنه خالقهم، والدليل على ذلك قوله: {وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ} [الزخرف: 87]، فقيل لهم: إذ كنتم معترفين بأنه خالقكم فاعبدوه ولا تعبدوا الأصنام، فإن عبادة الخالق أولى من عبادة المخلوقين من الأصنام
Makna ayat ini: Allah menegakkan hujjah kepada kaum musyrikin Arab bahwa Dia adalah Pencipta mereka dan orang-orang sebelum mereka. Mereka sendiri mengakui hal tersebut sebagaimana firman Allah:
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, Siapakah yang menciptakan mereka? Niscaya mereka menjawab, Allah.” (QS. Az-Zukhruf: 87)
Oleh karena itu, Allah menegaskan bahwa Sang Pencipta lebih layak disembah daripada berhala-berhala ciptaan manusia.
Baca sebelumnya: Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 12: Mukjizat Nabi Muhammad S.A.W.
Penyusun: KH. Muhammad Toha, KH. Muhammad Abidun, Lc, KH. Sodikin, M.Pd.I, KH. Ahmad Rifa’i
Editor: Yusril Mahendra
Sumber: Metode Pengajaran Kitab Tarajumah (Ri’ayah al-Himmah)
Penerbit: UMRI Kab. Pati