Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه . اَللّٰهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. فَيَا عِبَادَاللهُ اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاالله . اِتَّقُواللهَ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن . أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga. Shalawat serta salam Allah semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan yang mulia ini, mari kita tingkatkan takwa kita kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, agar kita senantiasa meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah,
Dalam kehidupan ini, seringkali kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang menentukan arah hidup kita, bahkan menentukan kehormatan dan martabat kita di hadapan Allah dan sesama manusia. Pernahkah kita merenungkan makna hakiki dari kehormatan? Apakah kehormatan itu identik dengan harta benda, jabatan, atau kekuasaan?
KH. Ahmad Rifa’i, seorang ulama besar yang kearifan ilmunya masih terasa hingga kini, memberikan sebuah nasihat yang sangat mendalam melalui untaian syair Jawa yang indah:
مُوْمِنْ بعْكُوءْ كَسَبْ نَننْدُور كتَيْلاَ اِيْكُوْ لُوِهْ بجِكْ تِنِمْبَاعْ بعْكُوءْ سِيْبَا اِعْ وَوعْ اَلَا
Mukmin bungkuk yang bekerja menanam ketela, (hal itu) lebih baik daripada membungkuk hormat (seba) kepada orang jahat. (Syarikhul Iman)
Nasihat ini mengandung nilai kehormatan yang luar biasa. Seorang mukmin yang bungkuk karena bekerja keras menanam ketela, dengan keringatnya sendiri, secara mandiri dan berdaulat, jauh lebih mulia daripada orang yang bungkuk karena terlalu menghormat dan menjilat orang jahat demi mendapatkan keuntungan dunia. Sebagaimana kebanyakan orang-orang sekarang yang mendekat kepada para pimpinan birokrat, untuk tujuan berkuasa dan lebih banyak uang dengan kerja seenaknya.
Sebagaimana dalam syair tersebut, bahwa pekerjaan menanam ketela pada masa itu adalah simbol kemandirian, tidak bergantung pada sistem kolonial yang mendominasi hasil bumi. Ia menanam sebagai bentuk syukur kepada Allah, bukan untuk memenuhi tuntutan penjajah yang menerapkan politik tanam paksa. Untuk sekedar menanam saja ditentukan dan dipaksakan oleh penjajah ketentuan lahannya dan jenis tanamannya. Waktu itu, sebagian pribumi (londo ireng) juga menikmati prosentase hasi tanam paksa tersebut. Kehormatan, kemerdekaannya digadaikan demi kenikmatan sesaat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan tidak ada satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud: 6)
Ayat ini menegaskan bahwa rezeki setiap makhluk telah dijamin oleh Allah. Maka, tidak sepantasnya seorang mukmin merendahkan diri dan menjilat orang zalim demi rezeki yang sebenarnya telah Allah siapkan.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah,
KH. Ahmad Rifa’i tidak menyebut orang yang menjilat sebagai mukmin. Ini menunjukkan kehati-hatian beliau dalam menyematkan gelar mukmin kepada orang yang merendahkan dirinya di hadapan orang lalim. Sebagaimana Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
مَنْ أَتَى الْأَغْنِيَاءَ لِغِنَاهُمْ، ذَهَبَ ثُلُثَا دِينِهِ
“Barangsiapa mendatangi orang-orang kaya karena kekayaan mereka, maka hilanglah dua pertiga agamanya.” (HR. Al-Baihaqi)
Apalagi jika yang dihormati adalah “wong ala” (orang jahat, munafik, atau kafir) seperti yang dijelaskan dalam nadzam sebelumnya:
لُوِيهْ اَلَا كَافِرْ مُنَافِقْ تِنِمْبَعْ نمْبَهْ بَرْهَلَا كَافِرْ مُنَافِقْ نِعْ دَسَارَيْ نرَكَا تَونْدَ لُوِيهْ اَلَا
Lebih buruk orang kafir munafik daripada orang yang menyembah berhala, kafir munafik di dasar neraka tanda ia lebih buruk.
Ini mengingatkan kita bahwa kemunafikan dan menjilat orang zalim adalah dosa besar yang dapat menggugurkan nilai-nilai keimanan kita.
Prinsip kehormatan juga termanifestasi dalam adat Jawa “sedhumuk bathuk sanyari bumi, ditohi pati” – mempertahankan tanah sejengkal pun dengan taruhan nyawa. Tanah bukan hanya harta benda, melainkan kehormatan, martabat, dan warisan dari nenek moyang bagi anak cucu. Ketika kita merelakan tanah kita demi keuntungan sesaat, tanpa memikirkan masa depan anak cucu, kita telah menjadikannya “gelandangan di kampung sendiri.” Apabila tanahnya dimanfaatkan oleh orang asing, untuk tempat-tempat maksiat yang menghancurkan martabat umat Islam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188)
Ayat ini memperingatkan kita agar tidak mengambil hak orang lain dengan cara yang tidak benar, apalagi melalui suap atau kolusi dengan penguasa yang zalim. Itu semua juga merupakan jalan menuju penghancuran martabat manusia dan umat Islam. Hal ini akan lebih parah kerusakannya apabila pelakunya adalah para tokoh agama, karena mereka punya pengikut.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah,
Semangat kemandirian dan mempertahankan kehormatan ini pernah dibuktikan oleh masyarakat pesisir Kulonprogo Yogyakarta yang secara gigih menolak pembangunan pabrik bijih besi di atas lahan pertanian mereka. Mereka memilih “Madhep Mantep Pangane Dewe” – teguh dan mantap dengan hasil pangan sendiri, daripada menyerahkan tanah warisan kepada investor asing. Walaupun mereka membual menjanjikan pekerjaan yang lebih banyak hasil materinya. Tapi tanyakan kepada diri kita sendiri. Lebih mulia mana? Berkeringat mensyukuri tanah air dengan ikhtiar menanam dan menikmati hasilnya daripada menjual tanah untuk diserahkan orang lain dan kehidupan kita di ketiak orang asing. Kita harus memilih sebuah pilihan yang mulia, menegaskan kedaulatan atas diri dan tanah kita.
Ini sejalan dengan atsar yang masyhur:
عِشْ كَرِيْمًا أَوْ مُتْ شَهِيْدًا
Hiduplah mulia, atau matilah syahid.
Maksudnya, pilihan hidup seorang mukmin adalah antara kemuliaan di dunia dengan teguh memegang prinsip kebenaran, atau gugur sebagai syahid dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kebenaran. Tidak ada tempat bagi kehinaan dan penjilatan.
Marilah kita menjadi mukmin yang kuat, yang mandiri, yang teguh memegang prinsip, yang hanya tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan yang menjaga kehormatan diri serta kemuliaan umat. Semoga Allah senantiasa membimbing kita ke jalan yang lurus.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَتَرَاقَتْ أُذُنٌ بِخَبَرٍ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَّمْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Download file pdf: Khutbah Jumat: Kehormatan dan Kemandirian Seorang Mukmin
Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra