Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Wasiat KH. Ahmad Rifa’i kepada Para Santri

Muhammad Nawa Syarif by Muhammad Nawa Syarif
October 22, 2025
in Kolom
0
Wasiat KH. Ahmad Rifa’i

Seorang siswa sedang mempelajari Kitab Tarajummah karya KH. Ahmad Rifa'i. (Yusril Mahendra)

0
SHARES
54
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Pagi itu, kabut masih menggantung di lereng Kalisalak. Suara ayam jantan bersahutan dari kejauhan, sementara para santri mulai berdatangan ke serambi pesantren, membawa kitab Tarajumah yang sudah lusuh di tangan. Di antara mereka, seorang santri muda bernama Syarif duduk paling depan, menunggu dengan penuh khidmat.

Hari itu, KH. Ahmad Rifa’i akan kembali memberikan tanbih — nasihat rohani bagi para santri. Meski usianya telah lanjut, wajah beliau memancarkan keteduhan yang sulit dilukiskan. Setiap kali beliau berbicara, terasa seperti air yang menyejukkan hati.

Setelah membaca basmalah, beliau membuka kitab Nadzam Mushlihat di hadapannya. Suara beliau lembut namun penuh wibawa, melantunkan bait-bait nadzam dengan irama khas:

“Lan maleh dadi wasiatku kawilang,
Maring sekeh bodo lan sekeh ngalim kurang,
Yoiku tarjamahku kabeh bener memulang,
Koyo semprong wajib ginawe nyawang.”

Beliau berhenti sejenak, menatap para santri yang terpaku mendengarkan.

“Anak-anakku,” ujar beliau, “kitab-kitab tarjamah iki kudu kowe jaga lan pahami. Iki dudu sekadar tulisan, tapi cahaya kanggo nyawang dalan kebenaran. Kaya semprong sing njaga geni supaya ora padam.”

Syarif menunduk. Ia teringat malam-malamnya yang sering dihabiskan hanya untuk menyalin kitab Tarajumah, kadang tanpa benar-benar memahami maknanya. Kini ia mengerti — tarjamah bukan sekadar bacaan, tetapi petunjuk hidup.

“Sapa sing ora gelem sinau tarjamah,” lanjut KH. Ahmad Rifa’i, “bisa kesasar, ora ngerti arah. Kaya wong mlaku neng peteng tanpa lampu. Ilmu iku cahaya, nanging kudu ana kaca sing njaga, yaiku tarjamah.”

Para santri terdiam. Angin pagi berhembus pelan membawa aroma kopi dari dapur pesantren. Syarif menatap kitabnya — Nadzam Mushlihat — yang telah lama menemani hari-harinya. Dalam benaknya, ia berjanji akan mempelajari kitab itu bukan hanya dengan mata, tapi juga dengan hati.

KH. Ahmad Rifa’i kemudian menutup nasihatnya dengan suara lembut namun tegas:

“Iku hasil luweh akeh sumrambah,
Ilmu syari’at sebab bener katarajumah,
Nyoto luweh akeh hukum Syara’ winarah,
Ikulah kawilang wasiat Kito sihhah.”

Beliau berhenti sejenak, lalu menatap para santri.
“Wong sing ngaji tarjamah kanthi bener bakal luwih akeh pahamé marang hukum Syara’. Ilmu bakal sumrambah, rahmat Allah bakal nambah. Iki wasiatku sing sah, kudu kowe jaga.”

Air mata Syarif menetes. Ia menutup kitabnya dengan lembut, lalu mengecup sampulnya. Malam nanti, ia bertekad akan membaca ulang tarjamah itu dengan niat yang baru — bukan sekadar membaca, tapi memahami dan mengamalkan.

Ketika matahari mulai naik, Syarif berjalan keluar serambi. Ia menatap langit yang mulai terang, dan dalam hatinya terngiang kata-kata sang guru:

“Ilmu syari’at bakal sumrambah,
Yen tarjamah dijaga lan diamalna.”

Sejak hari itu, cahaya dari kitab tarjamah tak hanya menerangi kamarnya, tapi juga menerangi jalannya menuju pengabdian. Ia membaca. Ia memahami. Ia menjaga. Ia menghidupkan kembali warisan KH. Ahmad Rifa’i — agar cahaya tarjamah terus menyala di hati para santri sepanjang zaman.


Penulis: Muhammad Nawa Syarif
Editor: Yusril Mahendra

Tags: Cahaya ilmuKH. Ahmad RifaiKitab TarajumahPendidikan PesantrenWasiat KH. Ahmad Rifa’i
Previous Post

Sorogan: Metode Klasik yang Menyalakan Otak Modern

Next Post

Mas’ad dan Mbah Mad: Ora Mangkat Upacara HSN

Muhammad Nawa Syarif

Muhammad Nawa Syarif

Khadim di Ponpes Faidlul Qodir, Kepala MTs Rifa'iyah Wonokerto, Sekjend PP. AMRI, Pegiat literasi KH. Ahmad Rifa'i.

Next Post
Mas’ad dan Mbah Mad

Mas’ad dan Mbah Mad: Ora Mangkat Upacara HSN

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id