Rifaiyah.or.id – Dua puluh empat tahun bukan waktu yang singkat. Kalau diibaratkan manusia, usia ini sudah cukup dewasa: sudah tahu arah, tapi masih punya tenaga besar untuk berlari.
Begitu juga dengan Angkatan Muda Rifa’iyah (AMRI). Ia lahir dari semangat muda Rifa’iyah yang tak ingin hanya menjadi penonton perubahan, tapi menjadi bagian dari penggeraknya.
Di setiap langkahnya, tersimpan makna dari pepatah lama yang begitu dalam:
“Syubbanul yaum rijaalul ghad” — Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan.
Dan AMRI telah membuktikan itu.
Hari ini AMRI adalah cermin masa depan Rifa’iyah. Apa yang dilakukan oleh pemuda hari ini, itulah gambaran wajah Rifa’iyah di masa mendatang.
AMRI Hari Ini, Rifa’iyah Masa Depan
Dua puluh empat tahun lalu, AMRI mungkin hanya sekelompok pemuda yang berkumpul membawa semangat dan cita-cita. Tapi kini, langkahnya sudah nyata.
Dari kota hingga ke desa-desa di bumi Nusantara, kader AMRI bergerak — menebar manfaat, menjaga nilai, dan menyalakan semangat Tarajumah di tengah arus zaman.
AMRI telah tumbuh, bukan hanya dalam jumlah, tapi dalam kedewasaan.
Sudah makin banyak kader yang memimpin lembaga, mengajar di madrasah, aktif di masyarakat, bahkan berkiprah di dunia profesional dan pemerintahan.
Mereka tak hanya membawa nama organisasi, tapi membawa ruh perjuangan KH. Ahmad Rifa’i dalam langkahnya.
Maka benar jika dikatakan:
AMRI adalah kader bangsa.
AMRI adalah kader Rifa’iyah.
Dua identitas yang tidak perlu dipertentangkan, karena keduanya justru saling melengkapi: menjadi manusia yang bermanfaat bagi bangsa, sekaligus berakar kuat pada nilai-nilai spiritual dan keilmuan Tarajumah.
Dari Kitab Menuju Gerakan
Tema harlah tahun ini — “Dari Kitab Menuju Gerakan” — adalah panggilan. Tidak hanya slogan belaka.
Karena ilmu dalam kitab akan kering tanpa aksi, dan gerakan akan kehilangan arah tanpa dasar ilmu.
Inilah saatnya AMRI bergerak lebih nyata: menghidupkan nilai-nilai dalam kitab ke dalam kehidupan sosial, pendidikan, ekonomi, dan kemasyarakatan.
Menjadikan ajaran KH. Ahmad Rifa’i bukan hanya bahan kajian, tapi juga inspirasi tindakan — agar Tarajumah bukan hanya dibaca, tapi dihidupkan.
Pemuda Rifa’iyah harus hadir di tengah masyarakat: menjadi teladan, bukan sekadar penonton; menjadi solusi, bukan sekadar pengkritik.
Karena masa depan tak dibangun dengan wacana, tapi dengan kerja nyata dan hati yang ikhlas.
Solid di Tengah Perbedaan
Dalam perjalanan panjang, perbedaan pasti ada.
Kadang pandangan politik berbeda, cara berpikir dan kecondongan tidak sama, bahkan arah langkah pun bisa tak seragam. Tapi di atas semua itu, ada satu kenyataan yang jauh lebih besar:
kita adalah sama-sama santri KH. Ahmad Rifa’i.
“Perbedaan pandangan hanyalah riak kecil.
Di atas semuanya, kita tetap satu:
sama-sama santri KH Ahmad Rifa’i,
dan sama-sama ingin melihat Rifa’iyah tumbuh jaya.”
Maka perbedaan bukan alasan untuk berjarak,
tapi ruang untuk saling melengkapi.
Soliditas dan persatuan adalah napas perjuangan.
Karena hanya dengan bersatu, AMRI bisa terus bergerak menembus batas, membawa perubahan yang nyata bagi Rifa’iyah dan bangsa ini.
Menatap ke Depan
Harlah ke-24 ini bukan hanya perayaan ulang tahun, tapi momen tafakkur.
Waktu untuk menengok ke belakang dan berterima kasih pada para pendiri, sambil menatap ke depan dengan tekad yang lebih besar.
AMRI harus terus menjadi rumah bagi semangat muda — tempat di mana cita-cita, nilai, dan aksi berpadu.
Tempat di mana setiap pemuda bisa menemukan makna perjuangan, bukan hanya dalam kata, tapi dalam karya.
Selamat Harlah ke-24, AMRI.
Langkahmu makin nyata, arahmu makin jelas.
Dari kitab menuju gerakan, dari semangat menuju perubahan.
Teruslah menjadi cahaya bagi Rifa’iyah, dan lentera bagi bangsa.
Baca sebelumnya: Menjaga Warisan, Menatap Peluang: Repatriasi Hak Kekayaan Intelektual KH. Ahmad Rifa’i
Penulis: Ahmad Zahid Ali
Editor: Ahmad Zahid Ali


