Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْإِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَهَدَاهُ النَّجْدَيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali Imran [3]: 102)
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Pada kesempatan yang penuh berkah ini, marilah kita merenungkan sebuah hakikat fundamental dalam kehidupan kita sebagai hamba Allah. Sebuah hakikat yang menentukan nilai seluruh amal perbuatan kita, yaitu NIAT.
Yahya bin Muaz ar-Razi rahimahullah berkata dengan sangat indah:
الْأَبْدَانُ فِي سَجْنِ النِّيَّاتِ
“Aktivitas tubuh dalam kendali niat.”
Saudara-saudaraku, perhatikanlah! Tubuh kita dengan seluruh gerakannya, tangan kita dengan segala aktivitasnya, kaki kita dengan langkah-langkahnya, mata kita dengan pandangannya, telinga kita dengan pendengarannya—semuanya terikat dalam penjara niat. Niat adalah komandan yang mengendalikan pasukan anggota tubuh kita.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari:
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
” Amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang diniatkannya.”
فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang ditujunya.”
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Niat bukanlah sekadar ucapan di lisan. Niat adalah aktivitas hati yang tersembunyi, yang hanya diketahui oleh pelakunya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita bisa saja melafalkan niat dengan keras agar orang lain mendengar, kita bisa memublikasikan kebaikan kita di media sosial, kita bisa mengumumkan sedekah kita kepada khalayak. Tetapi ingatlah, orisinalitas niat adalah perjanjian sakral antara hamba dengan Rabbnya yang Mahasuci.
Perhatikan firman Allah Ta’ala:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh balasan di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud [11]: 15-16)
Subhanallah! Alangkah mengerikannya kondisi ini. Seseorang yang beramal dengan niat duniawi, Allah akan memberinya balasan di dunia dengan sempurna—popularitas, harta, kedudukan, pujian manusia. Tetapi di akhirat nanti, semua amalnya akan lenyap bagaikan debu yang tertiup angin. Tidak tersisa sedikitpun pahala untuk bekal menghadap Sang Khaliq.
Saudara-saudaraku sekalian,
Syekh Yahya bin Muaz ar-Razi rahimahullah membagi manusia menjadi tiga kategori berdasarkan niatnya:
Pertama: Mereka yang sibuk dengan urusan dunia hingga melupakan Allah. Inilah golongan yang celaka, yang hatinya terpenjara oleh cinta dunia.
Kedua: Mereka yang sibuk dengan urusan akhirat karena ingin memperoleh surga dan nikmatnya. Ini adalah tingkatan yang baik, namun belum sempurna.
Ketiga: Mereka yang sibuk memuji Allah dan beribadah kepadaNya, tanpa berharap apa-apa selain ridha-Nya. Inilah tingkatan tertinggi, tingkatan para mukhlisin.
Beliau juga berkata:
مَنْ كَانَ قَلْبُهُ مَعَ الْحَسَنَاتِ لَمْ تَضُرَّهُ السَّيِّئَاتُ، وَمَنْ كَانَ مَعَ السَّيِّئَاتِ لَمْ تَنْفَعْهُ الْحَسَنَاتُ
“Seseorang yang hatinya selalu bersama kebaikan, maka keburukan dari luar dirinya tak dapat memengaruhinya. Begitu juga seseorang yang hatinya selalu bersama keburukan, maka kebaikan dari luar dirinya tak dapat memengaruhinya.”
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ إِلَى اللهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. al-Maidah [5]: 105)
Hadirin yang berbahagia,
Abu Said al-Kharaz rahimahullah mengingatkan kita:
كُلُّ بَاطِنٍ يُخَالِفُهُ ظَاهِرٌ فَهُوَ بَاطِلٌ
“Setiap kehendak batin yang tidak sesuai dengan aktivitas lahir, maka aktivitas tersebut dianggap sia-sia.”
Ini adalah peringatan keras bagi kita semua. Jangan sampai kita menjadi orang yang munafik—yang lahirnya menampakkan kebaikan namun batinnya penuh kebusukan. Jangan sampai kita menjadi seperti orang-orang yang digambarkan Allah:
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَى وَاللهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
“Dan di antara orang-orang munafik itu ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan, untuk kekafiran, dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: ‘Kami tidak menghendaki selain kebaikan.’ Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta dalam sumpahnya.” (QS. at-Taubah [9]: 107)
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ia tidak boleh menyakiti tetangganya, ia harus memuliakan tamunya, dan ia harus berkata yang baik atau diam saja.”
Ahmad bin Asim al-Antaki ‘Abu Ali’ rahimahullah menasihati:
إِذَا طَلَبْتَ صَلَاحَ قَلْبِكَ فَاسْتَعِنْ عَلَيْهِ بِحِفْظِ لِسَانِكَ
“Jika engkau menginginkan kebersihan hati, maka bantulah ia dengan menjaga lisanmu.”
Janganlah banyak bicara tentang kejujuran sementara kita masih suka berdusta. Janganlah banyak bicara tentang kerendahan hati sementara kita masih sombong. Janganlah banyak bicara tentang keadilan sementara kita masih suka menzalimi orang lain. Jangan banyak bicara tentang amanat sementara setiap saat kita khianat.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Abu Said al-Kharaz juga berkata:
عَلَامَةُ سُكُوْنِ الْقَلْبِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَنْ يَكُوْنَ بِمَا فِي يَدِ اللهِ تَعَالَى أَوْثَقُ مِنْ مَا فِي يَدِهِ
“Tanda kedamaian hati saat menuju Allah adalah bila seseorang meyakini bahwa apa yang ditetapkan Allah untuknya itu lebih baik daripada apa yang ada di tangannya.”
Sebanyak apa pun derita yang kita alami, itu belum seberapa dibandingkan satu nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita. Sebelum kita mengeluh dan menuntut kepada-Nya, bertanyalah pada diri sendiri: Apakah Allah Mahaingkar hingga kita menagih janji-Nya? Apakah Allah Mahalupa hingga kita mengingatkan-Nya? Apakah Allah Mahabakhil hingga kita tak tahu malu meminta rezeki dari-Nya? Apakah Allah Mahazalim hingga kita menuntut keadilan dari-Nya?
Allah berfirman:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 216)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ، فَقَالَ تَعَالَى
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ قُلُوْبَنَا وَأَعْمَالَنَا، وَاجْعَلْ نِيَّاتِنَا خَالِصَةً لِوَجْهِكَ الْكَرِيْمِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا
اَللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوْبَنَا مِنَ النِّفَاقِ، وَأَعْمَالَنَا مِنَ الرِّيَاءِ، وَأَلْسِنَتَنَا مِنَ الْكَذِبِ، وَأَعْيُنَنَا مِنَ الْخِيَانَةِ، إِنَّكَ تَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُوْرُ
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يَعْمَلُ الْأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ، لَا رِيَاءً وَلَا سُمْعَةً، وَاجْعَلْنَا مِنَ الْمُخْلِصِيْنَ الصَّادِقِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ
Download file pdf: Khutbah Jumat: Niat dan Kehendak dalam Kehidupan Muslim
Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra



Alright, OkeBet168, let’s see what you got! Heard some whispers about good bonuses. If the games are fair and the payouts are quick, I’m staying! okebet168