Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Minat Baca 0,001%: Mengapa Indonesia Harus Bertindak Sekarang

Ahmad Zahid Ali by Ahmad Zahid Ali
December 1, 2025
in Kolom
1
Literasi Nasional

Sejumlah siswa sedang membaca dan menulis. (unsplash/Ismail Salad Osman Hajji)

0
SHARES
13
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Membangun Budaya Literasi Nasional: PR Baru, Tantangan Lama

Kualitas literasi membaca Indonesia kembali menjadi sorotan. Beragam data, mulai dari capaian PISA terbaru hingga evaluasi Kemendikdasmen, menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan menulis siswa Indonesia masih berada pada titik yang mengkhawatirkan. Pemerintah pun mendorong perubahan kebijakan yang lebih fundamental—menempatkan membaca sebagai kebiasaan sehari-hari sejak usia sekolah.

Kemampuan Membaca dan Menulis Siswa Masih Lemah

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menegaskan bahwa kemampuan memahami teks siswa Indonesia masih lemah. Hal ini tampak dari capaian literasi dalam berbagai asesmen, baik nasional maupun internasional, yang selalu berada pada posisi tertinggal.

Tidak hanya membaca, kemampuan menulis siswa juga dinilai memasuki titik yang mengkhawatirkan. Budaya literasi yang rapuh ini tidak lahir dalam semalam—ia merupakan akumulasi dari kebiasaan membaca yang minim, prioritas pendidikan yang tidak merata, hingga pola asuh keluarga yang lebih bersifat konsumtif daripada edukatif.

Data UNESCO dan PISA: Potret yang Tidak Bisa Diabaikan

UNESCO mencatat minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang, hanya 1 orang yang rajin membaca. Angka ini memberi gambaran betapa rendahnya budaya literasi di tingkat masyarakat.

Di sisi lain, hasil PISA 2022 menunjukkan:

  • Rata-rata skor literasi membaca siswa Indonesia:

    • 371 (PISA 2018)

    • 359 (PISA 2022) — turun 12 poin

  • Meski skor turun, peringkat Indonesia naik 5 posisi, namun pencapaian 359 poin masih di bawah rata-rata OECD, serta tertinggal jauh dari negara seperti Singapura (543 poin).

Tanpa kemampuan membaca yang baik, mustahil lahir generasi yang mampu berpikir kritis dan berdaya saing global.

Kebiasaan Baru: Membaca Buku dan Menulis Ringkasan

Untuk menjawab persoalan ini, pemerintah meluncurkan kebijakan yang memprioritaskan literasi sebagai kebiasaan harian di sekolah. Salah satu langkah pentingnya adalah mengembalikan PR sebagai tugas berbasis buku.

Murid kini diminta:

  • Membaca 1–2 buku hingga tuntas

  • Menulis ringkasan atau resensi

Langkah ini dinilai lebih relevan dibanding pola lama yang hanya berkutat pada lembar soal. Tujuannya bukan sekadar memahami isi buku, tetapi melatih kemampuan menyusun kembali informasi dengan pemikiran sendiri.

Ini merupakan fondasi sederhana namun krusial bagi kualitas generasi mendatang.

Digitalisasi Tidak Boleh Menggerus Literasi Dasar

Mu’ti mengingatkan bahwa kemajuan teknologi dan penggunaan perangkat berbasis AI di sekolah seharusnya tidak menggantikan kemampuan dasar membaca dan menulis.

Digitalisasi harus:

  • Mendukung, bukan menggantikan latihan literasi manual

  • Mendorong kebiasaan membuat catatan tangan

  • Menjaga agar siswa tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga pengolah informasi

Tanpa literasi yang kuat, teknologi justru berpotensi memperlebar kesenjangan kemampuan dasar antarsiswa.

Peran Keluarga: Mengubah Pola Konsumtif Menjadi Investasi Literasi

Mu’ti juga menyoroti bahwa banyak orang tua di Indonesia masih bersikap konsumtif, namun enggan membeli buku untuk anak-anaknya.

Ia memberi contoh:

“Kalau dia membeli sesuatu yang sifatnya konsumtif, berapa pun harganya dia mau. Tapi beli buku Rp20.000 saja komplain di medsos. Ini masyarakat seperti ini juga perlu kita ubah.”

Perubahan budaya literasi tidak akan pernah berhasil tanpa dukungan keluarga sebagai lingkungan belajar pertama.

Dukungan Sistemik: Dana BOS dan Pengadaan Buku

Sebagai langkah struktural, pemerintah mewajibkan sekolah penerima Dana BOS untuk mengalokasikan minimal 10% dari total dana yang diterima untuk pembelian dan pengadaan buku.

Kebijakan ini dituangkan dalam Permendikbud-Ristek Nomor 8 Tahun 2025.

Jika porsi 10% masih dianggap tidak cukup, pemerintah membuka peluang untuk meningkatkannya pada tahun-tahun berikutnya. Langkah ini diharapkan dapat memperluas akses buku berkualitas bagi seluruh siswa di Indonesia.

Fondasi yang Menentukan Masa Depan

Pada akhirnya, membaca bukan sekadar aktivitas akademik—ia adalah fondasi pembentuk karakter, pengetahuan, dan daya kritis. Pemerintah berharap siswa Indonesia tidak hanya mengenal buku, tetapi membangun kebiasaan membaca hingga selesai, memahami isinya, dan menuliskan kembali dengan pemikiran mereka sendiri.

Membangun literasi adalah kerja panjang. Namun fondasi sederhana ini akan sangat menentukan kualitas generasi yang akan datang.

Baca juga: Menata Ulang Relasi Kita dengan Alam Usai Bencana Banjir dan Longsor di Sumatera


Penulis: Ahmad Zahid Ali
Editor: Ahmad Zahid Ali
Sumber: Kompas, Youtube/Kemendikdasmen

Tags: Abdul Mu’ti KemendikdasmenDana BOS untuk bukudata PISA 2022 Indonesiakebiasaan membaca siswakebijakan literasi Kemendikbudkemampuan menulis siswa Indonesialiterasi membaca Indonesiaminat baca Indonesiaperan keluarga dalam literasiPR berbasis buku
Previous Post

Cerbung: Bayangan Anggaran — Episode Terakhir

Next Post

MUSWIL PW Rifa’iyah dan AMRI Provinsi Kepulauan Riau Resmi Digelar di Batam

Ahmad Zahid Ali

Ahmad Zahid Ali

Khadim di Ponpes Miftahul Muhtadin Pati, Ketua 2 PP AMRI: Biro Pengembangan Pemikiran dan IPTEK, Senior Manajer Production Support di FMCG

Next Post
AMRI Kepulauan Riau

MUSWIL PW Rifa’iyah dan AMRI Provinsi Kepulauan Riau Resmi Digelar di Batam

Comments 1

  1. winph444 says:
    2 days ago

    Been playing on winph444 for a little while now. It’s alright, got a decent variety. Could be better, could be worse. Check it out and make your own judgement: winph444.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id