Berkah berdasarkan istilah Arab menunjukkan arti tumbuh, tambah dan berkembangnya kebaikan (nama’ waziyadat al-khair) ada yang mengartikan bertambahnya kebaikan dalam kebaikan (ziyadat al-khair fi al khair min Allah Ta’ala).
Ibarat kebaikan adalah tanah, maka berkah bisa diupamakan tumbuhnya pepohonan dari tanah tersebut. Pohon yang tumbuh dari tanah yang subur akan berkembang lebih baik dibandingkan pohon yang tumbuh di tanah yang gersang. Ia bisa menghasilkan oksigen, buah-buahan, kayu, dan pohon sebagai manager air hujan menjadi air tanah.
Ada istilah Arab alharakah barakah, gerak itu menunjukkan keberkahan. Pohon yang tumbuh pasti bergerak, dan pohon yang mati tidak akan bergerak, kecuali ketika tumbang.
Nabi memperingatkan kepada kita bahwa Ramadhan sebagai bulan penuh keberkahan (syahrun mubaarakun), maka alangkah baiknya Ramadhan diisi dengan amal shalih yang penuh ketulusan. Kalau diisi dengan banyak tidur, tentu nilai keberkahannya patut dipertanyakan. Karena tidur tidak termasuk harakat
Orang yang banyak tidur di bulan Ramadhan juga patut dipertanyakan amal puasanya. Karena bagaimana mungkin seseorang melakukan shiyam (imsak/menahan diri) kalau ia terbuai dalam tidur. Manusia menahan apa ketika tidur?
Barangkali ada yang membela diri, dengan dalih bahwa orang tidur sebenarnya dalam rangka menahan agar tidak melakukan maksiat. Kita bisa menjawab bahwa orang tidur tidak hanya tidak maksiat, tetapi orang tidur tidak melakukan apapun. Tentu yang dimaksud menghindari maksiat itu dengan kesadaran, bukan dengan buaian terlelap.
Kata Nabi SAW taklif diangkat (tidak berlaku) bagi orang tidur sampai ia bangun, dari anak sampai ia balig, orang gila sampai berakal. Mungkinkah tidur menjadi solusi meninggalkan maksiat (rufia qalamu an tsalasatin….)
Ramadhan akan lewat begitu saja tanpa meraih keberkahan kalau sehari-hari dihiasi dengan tidur. Karena shiyam yang berarti imsak (menahan) tidak berlaku bagi orang tidur. Walaupun karena rahmat Allah, maka tidurnya orang puasa dihitung sebagai ibadah, apalagi geraknya utuk ibadah pasti lebih berkah lagi.
Keberkahan Ramadhan digambarkan oleh Nabi Saw dengan bertambahnya kualitas pahala ibadah. Atau dalam bahasa mudah, bulan ramadan bulan penuh bonus pahala. Amal mubah ketika dikerjakan di bulan lain, maka dinilai ibadah, pada bulan ramadhan, asalkan seseorang melakukan puasa. Seperti tidurnya orang berpuasa sebagai ibadah bahkan nafasnya berlaku sebagai tasbih (waanfasakum fiihi tasbih wanaumakum fiihi ibadah).
Nilai lain dari keberkahan Ramadan misalnya ketika sedekah memberi buka, dinilai dengan pahala setara dengan memerdekakan budak. Ibadah sunahnya dihitung ibadah fardlu. Ibadah fardlunya dihitung 70 ibadah fardlu. Belum lagi ketika kita menemui lailatul qadar satu malamnya setara dengan seribu bulan. Kemurahan Tuhan manakah yang kita dustakan?
Jangan lupa juga, segala kemaksiatan yang dilakukan pada bulan Ramadhan juga dosanya dilipatkan.
Ketika kita mengucapkan salam kepada sesama mukmin disana ada doa agar kita diberi keselamatan, kasih sayang Tuhan dan keberkahan (assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh).
Allah selalu menebarkan kasih sayang (rahmat), dengan berbagai macam fasilitas hidup berupa keselamatan, kesehatan, tanah, air, oksigen. Tebaran rahmat itu berpotensi menjadi nikmat berkah, mungkin juga menjadi azab laknat, tergantung bagaimana manusia memperlakukannya.
Langkah selanjutnya diserahkan kepada manusia, apakah ia mau ‘meng-kreatif-i’ rahmat itu jadi berkah atau tidak?
Seorang petani dianugerahi oleh Allah SWT dengan tanah, air, dan bibit padi, tapi apakah nanti tanah air itu diteruskan menjadi sawah atau tidak, hal itu sudah menjadi pilihan manusia. Manusia dianugerahi Tuhan dengan nikmat bentangan hutan yang luas sebagai paru-paru alam, sebagai pengatur sirkulasi air, oksigen dan pangan.
Semua unsur kehidupan manusia dihasilkan dari hutan, tetapi dengan ‘kacamata kuda uang’ manusia sedang bunuh diri dengan menghancurkan hutan dengan dalih penambangan dan pembangunan.
Maka diantara syarat keberkahan hidup manusia adalah ikhtiar. Tentu ikhtiar yang diilandasi ilmu sangat berbeda dengan ikhtiar yang asal-asalan. Ikhtiar dengan ilmu, pasti dengan metode prioritas (dinginake wajib).
Hutan, sungai, sebagai unsur kehidupan makhluk hidup harus diprioritaskan, wajib kita jaga dan lestarikan. Sehingga tidak berdalih bahwa usaha mencari uang dengan menghalalkan pencemaran sungai dan lingkungan.
Kalau kita meyakini bahwa kehidupan kita mustahil tanpa air, tetapi kenapa kita selalu tega merusaknya?
Paesan Tengah, 17/9/1446
Ahmad Saifullah