Dalam sebuah forum keorganisasian Rifa’iyah, seorang tokoh menyampaikan gambaran tentang bagaimana seseorang mengabdi di tengah masyarakat, termasuk dalam wadah organisasi. Ia menjelaskan bahwa ada satu jenis pengabdian yang berasal dari hobi atau kegemaran. Bila seseorang menyukai sesuatu, maka berapa pun biaya yang dikeluarkan untuk menjalani hobinya akan terasa ringan. Misalnya, penggemar vespa rela merogoh kocek hingga ratusan juta, menempuh ratusan kilometer hanya demi bisa berkumpul dengan komunitasnya.
Pertanyaannya: bagaimana cara membangun budaya organisasi yang para pengurusnya memiliki semangat pengabdian layaknya menjalani hobi?
Kisah tersebut telah lama disampaikan, namun tetap relevan untuk kita ambil pelajarannya—terutama dalam cara seorang pemimpin menyampaikan pesan melalui perumpamaan (amtsal).
Mengapa Perumpamaan Itu Penting?
Perumpamaan membantu menyampaikan sesuatu yang abstrak menjadi konkret, sehingga lebih mudah dipahami oleh pendengar. Seorang pemimpin bisa saja mengatakan, “Mari mengabdi dengan cinta,” tetapi apakah semua orang langsung menangkap maksudnya? Tidak selalu. Dengan menyampaikan perumpamaan—seperti hobi vespa tadi—pesan menjadi lebih nyata dan menyentuh.
Hal ini karena pancaindra manusia cenderung lebih mudah menangkap hal-hal yang nyata dan tampak. Ketika diminta menyebutkan apa saja yang ada di dalam ruangan, mayoritas hanya menyebut benda-benda yang terlihat: kursi, pintu, mikrofon. Namun, mereka lupa menyebut hal-hal yang tidak terlihat tetapi hadir: ilmu, perhatian, kasih sayang, atau kerja sama.
Inilah sebabnya banyak orang menilai keberhasilan keluarga dari kemewahan rumah, bukan dari keharmonisannya; keberhasilan hidup dari jumlah harta, bukan dari seberapa besar manfaat yang diberikan.
Amtsal dalam Al-Qur’an
Kata matsal (jamak: amtsal) berarti perumpamaan. Pembahasan tentang amtsal termasuk dalam cabang ilmu ‘Ulum al-Qur’an. Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa amtsal Qur’aniyah berfungsi untuk mendekatkan hal-hal yang abstrak melalui perbandingan dengan hal-hal yang konkret. Abu Abdullah al-Bakrazdi menyebutkan empat tujuan utama amtsal, yaitu:
- Membawa konsep abstrak ke bentuk konkret
- Mempermudah hal-hal yang sulit menjadi mudah
- Menjelaskan hal yang luar biasa dengan yang biasa
- Menerangkan sesuatu yang sulit dijelaskan menjadi mudah dipahami
Terdapat lebih dari 200 perumpamaan dalam Al-Qur’an. Di antaranya:
QS Al-Hasyr: 21
“Jika Kami turunkan Al-Qur’an ke gunung, maka ia akan tunduk dan terpecah karena takut kepada Allah. Itulah perumpamaan-perumpamaan agar manusia berpikir.”
QS Al-‘Ankabut: 41
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil selain Allah sebagai pelindung adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling rapuh adalah rumah laba-laba.”
QS Al-‘Ankabut: 43
“Perumpamaan-perumpamaan itu dibuat untuk manusia, namun hanya orang-orang berilmu yang memahaminya.”
QS Az-Zumar: 27
“Sungguh, telah Kami buat berbagai perumpamaan dalam Al-Qur’an agar mereka mengambil pelajaran.”
Rasulullah SAW pun menyampaikan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk, berisi perintah, larangan, dan penuh dengan perumpamaan sebagai sarana pemahaman umat.
Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Ahmad Zahid Ali