Pada suatu hari seorang petani melihat ada seekor kupu-kupu berjuang keluar dari kepompong. Petani itu merasa kasihan melihat betapa lama dan susahnya kupu-kupu keluar dari kepompong. Maka petani membantunya dengan menyayat kepompong agar kupu-kupu mudah keluar dan petani bisa menikmati keindahan kupu-kupu terbang. Tapi anehnya, setelah satu hari kupu-kupu keluar, kupu-kupu tidak mampu terbang. Ia hanya merayap. Petani bertanya-tanya, kenapa ini?
Sementara dilihatnya beberapa kupu-kupu lain riang gembira terbang kesana kemari. Petani mulai sedih melihat kupu-kupu tersebut. Ia mulai curiga, apakah sayatan tadi menjadikan kupu-kupu tidak bisa terbang? “Mungkin siletnya mengenai sayapnya.” Sangka petani dalam hati.
Saking gusarnya, petani menanyakan hal tersebut kepada Pak Guru Biologi. Pak Guru menerangkan bahwa proses kupu-kupu keluar dari kepompong harus bersifat alamiah, karena ibarat bayi lahir akan prematur seandainya keluar dari kandungan masih tujuh bulan, belum waktunya keluar.
Menyayat kepompong bukannya membantunya, tetapi justru mencelakakannya. Ibarat Selalu menyuapi keinginan anak, bukan merupakan kebijaksanaan, seringkali mencelakakannya di kemudian hari.
Puasa sebagai proses metamorfosa manusia, layaknya kupu-kupu keluar dari kepompong. Proses ini didapati susah dan penuh kepayahan, dan kebanyakan orang tidak mau menjalaninya. Bisa dibuktikan ketika jamak orang tidak melakukan puasa sunnah Senin-Kamis.
Manusia mau menjalani puasa ketika diiming-imingi pahala-surga dan diancam dosa-neraka. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakkan manusia derajat peribadatannya masih ala binatang ternak. Untuk masuk ke kandang saja, kadang kambing butuh dipancing dengan rambanan (pahala) atau dikacor (ancaman neraka/dosa).
Seandainya puasa ramadhan tidak diwajibkan, maka nasibnya sama dengan puasa Senin-Kamis. Sebenarnya itu semua merupakan tanda bahwa manusia berat menjalani puasa.
Istilah puasa sendiri berasal dari bahasa Sanskerta: upawasa yang berarti menjauh dari keinginan nafsu. Sementara kebanyakan manusia tidak mau berpuasa, hal ini menunjukkan cermin terang bahwa hawa nafsulah sumbu utama cara hidup kebanyakan manusia.
Menerangkan lebih lanjut, menurut Pak Guru biologi bahwa manfaat beratnya kupu-kupu keluar dari kepompong diantaranya:
- Pengembangan sayap: Proses keluar dari kepompong yang sulit memungkinkan sayap kupu-kupu mengembang dan mengeras dengan baik, sehingga siap untuk terbang.
- Pengaturan cairan tubuh: Ketika kupu-kupu keluar dari kepompong, cairan tubuhnya harus diatur ulang untuk memastikan bahwa semua organ dan jaringan berfungsi dengan baik.
- Pengerasan eksoskeleton: Proses keluar dari kepompong yang sulit memungkinkan eksoskeleton kupu-kupu mengeras dan menguat, sehingga dapat melindungi tubuhnya dari predator dan lingkungan.
- Pengaturan sistem saraf: Proses keluar dari kepompong yang sulit memungkinkan sistem saraf kupu-kupu beradaptasi dengan lingkungan baru dan mengatur fungsi tubuhnya dengan baik.
Bagaimana Nabi SAW berpesan jauh-jauh hari, shumuu tasikhuu, berpuasalah kalian maka akan sehat lahir batin. Sebagaimana kupu-kupu yang mengalami kesulitan keluar dari kepompong yang membawa berkah bagi kesehatannya, keselamatannya dan kemandirian untuk hidup, maka puasa sangat bermanfaat bagi manusia.
Semoga puasa ini menjadi metamorfosa manusia dari konsumtif menuju berbagi, dari mementingkan jasmani menuju pertumbuhan ruhani, dari keluh kesah menjadi sabar gembira, sehingga setiap manusia laiknya kupu-kupu dengan keindahan kepakan sayapnya menuju bunga-bunga surga.
Paesan Tengah, 18/9/1446 H
Ahmad Saifullah