Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Bumi Bulat vs Bumi Datar: Pandangan Islam dan Sains

Tim Redaksi by Tim Redaksi
August 12, 2025
in Kolom
0
Bumi Bulat vs Bumi Datar
0
SHARES
25
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Bumi bulat vs Bumi datar menjadi perdebatan panjang sejak peradaban kuno hingga era digital. Dalam sejarah, berbagai budaya punya pandangan berbeda tentang bentuk planet kita. Islam dan sains modern menghadirkan argumen, bukti, dan penjelasan yang menghubungkan fenomena alam dengan pemahaman agama.

Di Yunani Kuno, tokoh seperti Thales (626–548 SM) membayangkan Bumi datar yang mengambang di air, Anaximander (586–526 SM) menganggapnya silinder datar, dan Anaximenes mengira benda-benda langit pun datar. Namun, perubahan besar datang pada masa Aristoteles (384–322 SM). Ia mengamati gerhana Bulan yang selalu menampilkan bayangan melengkung, perbedaan ketinggian Bintang Utara di berbagai lintang, dan kapal yang “tenggelam” dari lambung terlebih dahulu saat menjauh. Argumen ini mengukuhkan pandangan bahwa Bumi bulat.

Tak lama kemudian, Eratosthenes mengukur keliling Bumi dengan metode sederhana: membandingkan bayangan tongkat di dua lokasi berbeda. Hasilnya 46.250 km—hanya meleset sekitar 15% dari ukuran modern.

Kebangkitan Teori Bumi Datar di Era Modern

Pada abad ke-19, Samuel Rowbotham (1816–1884) mempopulerkan kembali konsep Bumi datar melalui Astronomi Zetetic. Ia menggambarkan Bumi sebagai piringan datar berpusat di Kutub Utara, dikelilingi dinding Antartika, dengan Matahari dan Bulan berjarak sekitar 4.800 km di atasnya.

Gerakan ini berlanjut lewat S.G. Fowler (1952) dan Samuel Shenton yang mengubah Universal Zetetic Society menjadi The International Flat Earth Society (IFS) pada 1956. Penerusnya, Charles K. Johnson, menerbitkan The International Flat Earth News untuk “mengembalikan kewarasan dunia” dengan merujuk Alkitab.

Di Indonesia, isu ini kembali ramai pada 2017 melalui kanal YouTube Flat Earth 101, memicu terbentuknya komunitas hingga rencana konferensi nasional pada 2019.

Pandangan Cendekiawan Muslim

Mayoritas ulama bersepakat Bumi bulat. Ibnu Taimiyyah mengutip Imam Abul Husain Ibnul Munadi yang menyatakan ijma’ bahwa langit dan Bumi berbentuk bola. Ilmuwan Muslim seperti Al-Biruni menolak teori Bumi datar karena tidak sesuai dengan fenomena siang-malam dan penampakan planet. Ibnu Khaldun menulis dalam Muqaddimah bahwa Bumi berbentuk bola, sementara Musa al-Khawarizmi dan Al-Idrisi menghasilkan peta globe.

Beberapa mufasir mendukung pandangan bulat:

  • Ismail Haqqi al-Barwaswi (Tafsir Ruh al-Bayan) – “Bumi itu bulat, tetapi karena sangat besar, setiap bagiannya terlihat datar.”
  • An-Naisaburi – Menolak penafsiran literal yang menafikan kebulatan Bumi.
  • Fakhruddin ar-Razi – Menilai anggapan Bumi datar pada QS. al-Ghasyiyah: 20 sebagai pendapat lemah.
  • Rasyid Rida – Menafsirkan istilah dahw al-ardh sebagai indikasi Bumi berbentuk bola.

Sebaliknya, sebagian mufasir klasik memandang Bumi datar:

  • Jalaluddin (Tafsir Jalalain) – Menyebut Bumi datar menurut ulama syara’.
  • Al-Qurthubi – Menafsirkan QS. ar-Ra’d: 3 sebagai bantahan terhadap pendapat Bumi bulat.

Dampak pada Praktik Ibadah

Empat praktik ibadah utama yang memerlukan kajian astronomi: arah kiblat, awal bulan hijriah, waktu salat, dan salat gerhana.

Kasus arah kiblat kota Hanoi (Vietnam) menunjukkan perbedaan signifikan:

  • Model Bumi bulat → 283,56° (condong ±14° ke utara dari barat).
  • Model Bumi datar → 303,26° (melenceng ±19,70° dari arah sebenarnya).

Model Bumi bulat juga digunakan dalam perhitungan waktu salat, rukyatul hilal, hingga prediksi gerhana, lengkap dengan koreksi refraksi, ketinggian, perata waktu, dan ufuk. Hingga kini, belum ada metode astronomis berbasis Bumi datar yang setara.

Bukti Astronomis Bumi Bulat

  1. Bintang Sirkumpolar – Di lintang tertentu, ada bintang yang tak pernah terbenam. Rumusnya: deklinasi bintang > (90° − lintang pengamat). Fenomena ini tak terjadi di ekuator, tapi di kutub semua bintang terlihat sirkumpolar.
  2. Gerhana Bulan – Bayangan Bumi yang menutupi Bulan selalu melengkung.
  3. Fase Planet Inferior – Venus dan Merkurius menunjukkan fase sabit hingga cembung sesuai posisinya terhadap Matahari, hanya mungkin dijelaskan pada model heliosentris.
  4. Gerak Retrograde Planet Superior – Planet seperti Mars tampak bergerak mundur terhadap latar bintang akibat perbedaan kecepatan orbit Bumi dan planet tersebut.

Kesimpulan

Sejarah membuktikan bahwa gagasan Bumi datar lahir dari mitologi dan keterbatasan pengamatan zaman kuno. Meski sempat bangkit di era modern, bukti astronomis konsisten mendukung bentuk Bumi bulat.

Dalam Islam, perbedaan pandangan ini bukan masalah akidah, sehingga tidak layak memecah persatuan umat. Yang terpenting, praktik ibadah tetap berlandaskan perhitungan astronomi yang akurat, sebagaimana diwariskan ilmu falak yang memadukan agama dan sains.

Referensi: https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/elfalaky/article/view/29488/17700


Penulis: Yusril Mahendra
Editor: Yusril Mahendra

Tags: astronomi islambumi bulat vs bumi datarilmu falakteori bumi bulatteori bumi datar
Previous Post

Rifa‘iyah: Menjaga Ruh Organik dalam Jasad Organisasi

Next Post

KH Ahmad Rifa’i: Ketika Buku Sejarah Tak Lagi Menyebut Namanya

Tim Redaksi

Tim Redaksi

Next Post
KH. Ahmad Rifa’i

KH Ahmad Rifa’i: Ketika Buku Sejarah Tak Lagi Menyebut Namanya

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id