Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Cerpen

Cerpen: Pilihan Terakhir

Ahmad Zahid Ali by Ahmad Zahid Ali
September 14, 2025
in Cerpen
0
Cerpen: Pilihan Terakhir

Seorang pemuda sedang menelepon (Mart Production/Pexels)

0
SHARES
33
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Raka Prasetyo, Sosok Perfeksionis

Namanya Raka Prasetyo. Usianya baru 33 tahun, tapi sudah menyandang jabatan bergengsi: Staf Ahli Gubernur bidang Ekonomi dan Pembangunan. Sosoknya tidak terlalu menonjol secara fisik—kulit sawo matang, wajah biasa saja, tidak punya selera humor yang menghibur. Namun, kecerdasannya sudah menjadi legenda sejak masa sekolah. Raka selalu juara satu, selalu yang pertama menemukan jawaban, dan selalu paling rapi dalam bekerja. Tak heran, kawan-kawannya menjulukinya the perfectionist.

Selain itu, ia juga seorang petarung sejati. Sabuk hitam karate yang melingkari pinggangnya bukan sekadar hiasan, melainkan bukti latihan bertahun-tahun. Disiplin, keras, dan tak kenal kalah adalah ciri khasnya. Dalam setiap pergerakan mahasiswa dulu, ia selalu di depan. Kepemimpinannya lahir bukan dari pidato yang manis, melainkan dari keberanian mengambil risiko. Karena itulah, banyak yang mengikutinya, sebab Raka jarang salah langkah.

Dari Aksi ke Ruang Kebijakan

Kini, setelah duduk di ruang dingin penuh pendingin udara di gedung gubernuran, Raka menghadapi medan tempur yang berbeda. Bukan lagi tatami dojo, bukan pula jalanan aksi mahasiswa, tetapi ruang rapat kebijakan.

Sore itu, ia dipanggil oleh Sekretaris Daerah. Di hadapannya tergeletak map berlogo provinsi.

“Raka, ini ada rekomendasi yang harus segera kamu susun,” kata Sekda dengan nada setengah perintah.
“Vendor sudah ditentukan. Tinggal kamu bikin analisanya, supaya tampak meyakinkan.”

Raka membuka map itu. Nama vendor besar tertera jelas. Ia mengenalnya—perusahaan itu punya rekam jejak buruk: proyek mangkrak, laporan keuangan bermasalah, bahkan pernah disidik KPK meski lolos entah bagaimana.

Dadanya mengeras. “Pak, kalau saya boleh bicara, perusahaan ini—”

Namun, Sekda segera memotong cepat. “Saya tahu. Tapi ini sudah keputusan. Kamu cukup buat analisisnya. Formalitas.”

Kata formalitas itu menusuk telinga Raka lebih dalam daripada pukulan di dojo.

Dilema Integritas

Di kamar kerjanya, ia menatap layar laptop. Kertas kosong menunggu analisisnya. Akan tetapi, jemarinya tak mau bergerak. Dalam benaknya, dua jalan terbentang:

  • Menuruti perintah. Kariernya aman, gajinya tetap masuk, statusnya sebagai staf ahli tetap gemilang.

  • Menolak. Integritas terjaga, tetapi risikonya besar: ia bisa tersingkir, dicap pembangkang, dan mungkin tak ada tempat lagi di pemerintahan.

Saat itu, ia teringat masa lalu. Ketika di dojo, ia pernah berhadapan dengan lawan yang jauh lebih besar darinya. Meski tahu akan babak belur, ia tidak mundur. Baginya, kalah dengan terhormat jauh lebih berarti daripada menang dengan cara kotor.

Keputusan Terberat

Malamnya, ia akhirnya mengetik surat pengunduran diri. Kalimat-kalimatnya singkat, lugas, dan mencerminkan dirinya:

“Saya tidak dapat melanjutkan tugas yang berpotensi mengkhianati prinsip integritas dan profesionalisme. Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan.”

Ia menandatangani surat itu dengan tangan mantap.

Keesokan paginya, Raka menyerahkan suratnya langsung kepada Gubernur. Sang Gubernur membaca sekilas, lalu menatapnya.

“Kamu sadar apa risikonya, Nak?”
Raka menunduk sedikit, tetapi suaranya tegas.
“Lebih baik saya kehilangan jabatan daripada kehilangan integritas.”

Pilihan Terakhir

Langkah Raka meninggalkan kantor gubernuran terasa berat, tetapi hatinya lega. Ia tahu, jalan hidupnya mungkin akan lebih sulit setelah ini. Namun, ia juga yakin: seorang petarung sejati tidak diukur dari berapa lama ia bertahan di arena, melainkan dari keberanian untuk keluar ketika arena itu sudah dipenuhi kecurangan.

Dan bagi Raka, keputusan itu adalah kemenangan terbesar dalam hidupnya.

Bersambung…


Penulis: Ahmad Zahid Ali
Editor: Ahmad Zahid Ali

Tags: Cerita pendek indonesiaCerpencerpen politikdilema etikaintegritasstaf ahli gubernur
Previous Post

Khutbah Jumat: Tafakur Sebagai Pondasi Harmoni dan Cinta Ilahi

Next Post

Penjelasan Kitab Tasyrihatal Muhtaj 16: Hukum Gadai dalam Fikih

Ahmad Zahid Ali

Ahmad Zahid Ali

Khadim di Ponpes Miftahul Muhtadin Pati, Ketua 2 PP AMRI: Biro Pengembangan Pemikiran dan IPTEK, Senior Manajer Production Support di FMCG

Next Post
Hukum gadai dalam fikih

Penjelasan Kitab Tasyrihatal Muhtaj 16: Hukum Gadai dalam Fikih

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id