Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Demokrasi Sudah Busuk Sejak Akar hingga Daun

Sebuah Catatan di Tengah Demonstrasi Rakyat

Ahmad Zahid Ali by Ahmad Zahid Ali
August 30, 2025
in Kolom, Nasional
0
Demokrasi Sudah Busuk Sejak Akar hingga Daun

Rakyat dalam gerakan demonstrasi. Foto: unsplash./Iqro Rinaldi

0
SHARES
66
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

“Demokrasi sudah busuk sejak akar hingga daun!” Kalimat keras ini barangkali bikin sebagian orang terperanjat, tapi bukankah itu cermin jujur dari kenyataan yang kita hadapi? Demokrasi, yang katanya “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat”, kini tak lebih dari drama basi yang penuh tipu daya. Rakyat menjerit di jalan, aparat malah membalas dengan gas air mata, pentungan, bahkan mobil taktis yang melindas seorang driver ojol hingga tewas. Di manakah kemanusiaan? Apakah ini wajah indah demokrasi yang diagungkan itu? Kalau iya, lebih baik kita jujur saja: demokrasi kita sudah lapuk, busuk, dan membunuh rakyat pelan-pelan.

Tragisme demokrasi kita makin kentara bila melihat bagaimana hukum dan regulasi dipermainkan. Sejak 2008, Rancangan Undang-Undang Perampasan Aset Tindak Pidana (RUU PATP) bergelantungan tanpa kepastian. Padahal, undang-undang ini bisa jadi senjata ampuh untuk merampas harta hasil korupsi. Tapi hampir dua dekade, ia hanya digantung di gedung megah Senayan. Kenapa? Karena yang harus disasar justru mereka yang duduk nyaman di kursi empuk itu. Ironisnya, rakyat dituntut patuh bayar pajak, sementara uang pajak mereka bisa dengan mudah dibelanjakan untuk kepentingan kotor para pejabat.

Lalu lihat bagaimana Wakil Ketua Komisi III DPR (saat ini sudah dicopot), Imam Sahroni, terang-terangan mengatakan bahwa pemberantasan korupsi (KPK) perlu “lapor dulu” ke pimpinan partai bila ada kader yang hendak ditangkap. Bayangkan, korupsi dianggap urusan internal partai, bukan lagi kejahatan terhadap rakyat. Bukankah ini puncak kebejatan? Demokrasi yang katanya untuk memberantas tirani justru melahirkan tirani gaya baru—tirani partai politik yang rakus dan kebal hukum.

Kita bisa menutup mata, tapi suara-suara keras dari jalanan hari-hari ini membuktikan: rakyat sudah muak. Demo besar-besaran yang merebak bukan sekadar letupan emosi, tapi teriakan kolektif dari mereka yang terlalu lama diperas. Sayangnya, negara bukannya mendengar, malah menekan. Polisi dan aparat seakan lupa bahwa mereka digaji dari keringat rakyat. Tindakan represif, kekerasan berlebihan, bahkan menghilangkan nyawa, menjadi bukti betapa demokrasi kita sedang sekarat.

Sastrawan Tere Liye pernah menuliskan,

“Dalam sistem dunia sekarang, pemerintah tidak bisa dipercaya, dipenuhi oleh politisi korup dan jahat. Sistem formal dan legal dunia juga korup, kapitalisme, demokrasi, itu cara jahat yang dilegalisasi. Kemiskinan dan kelaparan tetap ada di mana-mana, peperangan, ketidakadilan. Sistem itu sudah rusak.”

Kata-kata ini seolah dibuat untuk Indonesia hari ini. Demokrasi kita sudah tidak lagi berjalan sebagai mekanisme sehat, melainkan mesin besar yang dikuasai segelintir elite dengan kepentingan pribadi.

Dan benar kata Soe Hok Gie:

“Ketika suara hati nurani tidak lagi dihargai dan digantikan dengan manipulasi, di sanalah demokrasi menemukan ajalnya.”

Hari ini kita sedang menyaksikan ajal itu. Demokrasi yang digembar-gemborkan tak lebih dari panggung boneka. Pemilu lima tahunan hanyalah pesta mahal di mana rakyat diberi janji manis, lalu setelahnya ditinggalkan. Seolah-olah suara rakyat hanya dibutuhkan untuk melegalkan para penipu politik naik ke singgasana kekuasaan.

Maka kalau rakyat hari ini marah, itu wajar. Kalau jalan-jalan penuh dengan teriakan dan spanduk, itu bukan sekadar ekspresi, melainkan jeritan hidup yang tak lagi bisa ditahan. Demokrasi yang kita jalani telah berubah menjadi kandang sapi, di mana para politisi berebut kotoran untuk memperkaya diri, sementara rakyat hanya jadi korban.

Kita mungkin masih bisa berpura-pura percaya bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi berapa lama lagi? Sampai berapa banyak lagi rakyat yang jadi korban kekerasan? Sampai berapa triliun uang negara yang raib di kantong politisi korup? Sampai kapan kita terus percaya pada dongeng demokrasi yang sejatinya busuk?

“Demokrasi sudah busuk sejak akar hingga daun”—biarlah kalimat ini menggema, sebab ia lebih jujur daripada ribuan janji manis yang keluar dari bibir para politisi. Dan selama rakyat terus ditindas, kalimat ini akan terus relevan. Demokrasi di Indonesia, nyatanya, memang sudah busuk sejak akar hingga daun.


Penulis: Ahmad Zahid Ali
Editor: Ahmad Zahid Ali

Previous Post

PP AMRI Sampaikan Belasungkawa atas Wafatnya Affan Kurniawan, Desak Kasus Dilindas Mobil Brimob Diusut Tuntas

Next Post

Kisah Kiai Muhammad Tuba: Perjalanan Ilmu dan Pertemuannya dengan KH. Ahmad Rifa’i

Ahmad Zahid Ali

Ahmad Zahid Ali

Khadim di Ponpes Miftahul Muhtadin Pati, Ketua 2 PP AMRI: Biro Pengembangan Pemikiran dan IPTEK, Senior Manajer Production Support di FMCG

Next Post
Kisah Kiai Muhammad Tuba

Kisah Kiai Muhammad Tuba: Perjalanan Ilmu dan Pertemuannya dengan KH. Ahmad Rifa’i

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id