Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Pilihan Kata dalam Komunikasi dan Kitab KH. Ahmad Rifa’i

Ahmad Saifullah by Ahmad Saifullah
September 3, 2025
in Kolom
0
Diksi dalam komunikasi

Kitab Abyanal Hawaij Juz 1. (Foto: Wanantara)

0
SHARES
39
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Rifaiyah.or.id – Suatu hari, salah seorang psikolog terkemuka asal Amerika Serikat, Elizabeth Loftus, bersama mahasiswanya mengadakan percobaan yang melibatkan lebih dari 20.000 orang. Percobaan tersebut membahas memori palsu dan kaitannya dengan pilihan kata (diksi). Dari hasil penelitiannya, ditemukan bahwa sebagian besar memori orang dewasa dapat diubah dengan mengubah pilihan kata dalam pertanyaan percobaan.

Misalnya, ketika beberapa saksi kecelakaan lalu lintas ditanyai tentang perkiraan kecepatan mobil yang melaju, responden cenderung memberikan perkiraan lebih tinggi saat kata “menabrak” diganti dengan “meremukkan”. Salah satu pertanyaan yang diajukan berbunyi: “Seberapa cepat mobil itu melaju ketika ia menabrak (meremukkan) mobil kedua?”

Pelajaran dari Percobaan Psikologi

Percobaan tersebut memberikan pelajaran penting tentang pemilihan kata dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Pilihan kata ternyata berpengaruh pada kerja otak dalam menyimpan memori sekaligus mengendalikan tubuh. Selain itu, hal ini juga berkaitan dengan akhlak sesrawung manusia.

Sebagai contoh, ketika seorang santri ditanya apakah ia bersedia menyapa gurunya dengan kata ganti “kowe” (bahasa Jawa ngoko), hampir semua santri menolak. Sebab, hal itu dianggap tidak sopan dan tidak menghormati guru. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Kanjeng Nabi mewanti-wanti, “berkata baik atau memilih diam.”

Komunikasi sebagai Cerminan Akhlak

Dari dua ibrah tersebut, dapat ditarik garis bahwa komunikasi merupakan ekspresi akhlak. Dengan demikian, komunikasi yang baik mencerminkan akhlak yang baik, sedangkan komunikasi yang buruk mencerminkan akhlak madzmumah.

Komunikasi tidak bisa dilepaskan dari bahasa yang terdiri atas kata-kata. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengetahui, menyadari, dan memahami pesan yang hendak disampaikan. Memilih kata (diksi) dalam rangkaian kalimat adalah bagian dari ibadah karena sekaligus merupakan bagian dari penataan akhlak.

Makna Diksi dalam Kehidupan

Diksi berarti pilihan kata. Dalam berkomunikasi, manusia secara otomatis mempertimbangkan kata yang akan diucapkan maupun dituliskan. Ucapan dan tulisan berkaitan dengan makna, pemahaman, serta interaksi manusia dengan sesamanya. Dengan demikian, setiap ucapan maupun tulisan harus dipertimbangkan matang-matang, baik dari sisi pilihan kata maupun ketepatan penempatannya dalam kalimat.

Keindahan Diksi dalam Karya KH. Ahmad Rifa’i

Jika kita men-tadabburi kitab Tarajumah karya KH. Ahmad Rifa’i, kita akan dibuat takjub. Beliau begitu indah dalam memilih kata dan menempatkannya dalam kalimat. Keindahan itu tampak jelas pada ketepatan susunan kalimat yang beliau gunakan.

Dalam kitab Abyan al-Hawaij, sejak halaman pertama, kita menemukan bait nadzam:

miwiti hamba ing nadzam iki tarajumahan, sarta nebut asmane Allah murah kadonyan

Hamba mengawali terjemahan nadzam ini dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah di dunia.

Variasi Pembukaan dalam Kitab-Kitab KH. Ahmad Rifa’i

Bait tersebut menjadi pembukaan kitab setelah kalimat basmalah dalam kitab Abyanal Khawaij, Riayat al-Himmah, Tabyinal Ishlah, Takhsinah, Wadhikhah, dan lain-lain. Namun, tidak semua kitab karya KH. Ahmad Rifa’i diawali dengan muqaddimah berupa idiom miwiti hamba. Ada pula yang dimulai langsung dengan hamdalah, seperti kitab Tasyrikhatal Mukhtaj, Tadzkiyah, Rukhsiyah. Bahkan, beberapa kitab tidak diawali dengan hamdalah, melainkan langsung masuk pada pembahasan, seperti Arja Syafaat.

Dalam kitab Syarikhul Iman, misalnya, beliau langsung membahas bab iman dan Islam tanpa muqaddimah maupun hamdalah. Saya menduga, Syarikhul Iman tidak diawali muqaddimah karena merupakan kitab kedua yang beliau tulis setelah Biyawara. Pada tahap awal, runutan penulisan mungkin belum diperhatikan. Selain itu, gaya penulisan masih memadukan antara natsar dan nadzam.

Lebih lanjut, setelah itu semua kitabnya disusun secara konsisten: ada yang penuh dengan nadzam, seperti Abyanal Khawaij hingga enam jilid, ada pula yang murni natsar seperti Takhyirah Mukhtashar.

Pemilihan Kata dalam Nadzam “Miwiti Hamba”

Kembali pada pembahasan diksi. Dalam nadzam miwiti hamba, kita menemukan pilihan kata yang mencerminkan kesadaran penulis terhadap posisinya. KH. Ahmad Rifa’i tidak memilih kata “miwiti ingsun”, melainkan “miwiti hamba”. Hal ini menunjukkan kerendahan hati beliau di hadapan Allah.

Beliau menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan ilmu dan kepenulisan adalah titipan Allah, yang perlu dikembangkan sebagai amal jariyah. Karena itu, beliau menulis bukan atas nama diri sendiri (ingsun), melainkan sebagai hamba di hadapan Tuhannya.

Makna Sosial Kata Ganti

Menurut sejarawan Agus Sunyoto, kata ganti “kula” berasal dari kata “kawula” yang berarti budak, sebagaimana kata “hamba” dan “saya” (kependekan dari sahaya) yang juga bermakna budak.

Mengapa pada masa lalu di Jawa kata ganti manusia cenderung merujuk kepada budak? Sebab, sebelum terbentuk masyarakat, struktur sosial Jawa terdiri atas gusti dan kawula. Pola sosial itu tidak setara dan tidak adil. Gusti selalu benar, berkuasa, memerintah, dan memiliki hak milik, sedangkan kawula selalu disalahkan, dikalahkan, diperintah, dan tidak memiliki hak milik apa pun.

Hamba di Hadapan Tuhan, Merdeka di Hadapan Sesama

Dari idiom miwiti hamba, dapat ditarik makna bahwa menurut KH. Ahmad Rifa’i, manusia adalah hamba hanya di hadapan Tuhan. Sebaliknya, di hadapan sesama manusia, ia harus tampil sebagai pribadi merdeka dan bermartabat.

Oleh karena itu, dalam kitab Takhyirah Mukhtashar beliau menuliskan: “angaweruhi ati ningsun” bukan “angaweruhi ati kula.” Sama halnya dengan pernyataan gagah Umar bin Khattab di hadapan kafir Quraisy yang menggetarkan itu.

Dengan demikian, menghadirkan pengakuan tauhid di hadapan manusia harus dengan sikap tegak, menggunakan kata ganti ingsun. Namun, di hadapan Tuhan, manusia hanya mampu menunduk sebagai hamba yang tak henti-henti diuji.

Baca Juga: Jejak Dakwah Walisongo dalam Ajaran Kiai Rifa’i: Tradisi Rabu Wekasan dan Kearifan Lokal


Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra

Tags: diksiElizabeth LoftusKH. Ahmad RifaiKitab Tarajumahkomunikasipsikologi komunikasi
Previous Post

NU dan Rifa’iyah: Persamaan, Perbedaan, dan Hubungan Dakwah di Indonesia

Next Post

Himbauan Shalat Gerhana Bulan 7 September 2025 dari Lembaga Falakiyah Rifa’iyah

Ahmad Saifullah

Ahmad Saifullah

Jurnalis Freelance

Next Post
Shalat Gerhana Bulan 7 September 2025

Himbauan Shalat Gerhana Bulan 7 September 2025 dari Lembaga Falakiyah Rifa’iyah

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id