Di tanggal 14 Februari biasa para remaja menandai sebagai hari Valentine (Valentine Day) atau hari kasih sayang. Sebagian orang tua tidak menyetujui para remaja ikut-ikutan merayakan, bukan tak setuju pada kasih sayangnya yang sungguh diperintahkan oleh Nabi: “tidak beriman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya, seperti mencintai dirinya sendiri.”
Masyarakat muslim tidak setuju kepada Valentine Day kebanyakan didasari pada sentimen keagamaan. Valentine Day disinyalir berasal dari tradisi Kristen, karena memang Valentine adalah nama Santo dalam sejarah umat Kristen. Kasih sayang menurut hadis yang dikutip di atas harus terjadi tidak hanya pada hari-hari tertentu, tetapi berlangsung sepanjang menit dan detik. Karena tanpa kasih sayang, manusia tidak bisa dikatakan sebagai manusia yang utuh lagi. Secara akhlak seorang telah melepas imannya, walaupun sebagian orang mengartikannya tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.
Umat Kristen tentunya setuju juga kalau kasih sayang harus melekat pada setiap manusia. Ia melekat laksana hati pada diri manusia: di mana ada hati disana ada cinta. Ia juga ibarat manis dan gula yang tak mau dipisahkan.
Seandainya perangai manusia tanpa cinta, maka dapat dibimbangkan keberadaan hatinya. Masihkah hatinya hidup, atau sudah padam tanpa cahaya kasih sayang. Kristen dikenal sebagai agama kasih, maka juga seharusnya pengikutnya berhati penuh cinta. Maka keberadaan Valentine Day hanya berfungsi sebagai simbol dari ekspresi kasih sayang sepanjang masa.
Kasih sayang merupakan bagian dari anatomi lahir batin manusia. Sedangkan hari kasih sayang hanya momentum untuk mengingat betapa cinta itu sangat penting. Dalam Islam pun dikenal simbol hari kasih sayang (yaumul marhamah). Hari kasih sayang itu yang mengetengahkan Nabi sendiri, yakni ketika Nabi hendak memasuki kota Makah pada hari ke dua puluh bulan ramadhan. Peristiwa ini juga disebut sebagai Fathul Makkah. Beliau bersabda: “Hari ini adalah hari kasih sayang, Allah telah memuliakan orang-orang Quraisy, dan mengagungkan Kabah.”
Kedatangan Nabi ke Makah menjadikan sebagian Kafir Quraisy ketakutan. Mereka bertebaran melarikan diri ke segala penjuru. Karena ingatan sejarah kelam bahwa mereka ikut serta mengusir Nabi dan para sahabat dari kota Makkah.
Padahal Beliau bersama sahabat datang ke Makkah dengan membawa kasih sayang dan perdamaian. Ummu Hakim, istri dari Ikrimah pada waktu itu memberanikan diri untuk menemui Rasulullah SAW, untuk memintakan perlindungan suaminya yang melarikan diri menuju ke Yaman. Setelah Ummu Hakim menghadap Rasulullah SAW, beliau menjamin perlindungan bagi Ikrimah. Ikrimah pun pulang dari pelariannya dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Sudah tak terhitung sahabat Nabi yang masuk dalam kasih sayang Islam karena cinta yang terpancar dari aura Muhammad bin Abdullah.
Hari kasih sayangpun tentu dialami oleh warga Rifaiyah. Setiap bulan Rajab, warga Rifaiyah selalu menyelenggarakan peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang harmoni dengan cuaca kasih sayang. Karena dilaksanakan pada bulan Rajab, maka peristiwa ini sering disebut Rajaban
Warga Rifaiyah menyelenggarakan peringatan yang mendatangkan pengunjung hingga ribuan orang ini dilaksanakan tiap hari secara bergilir selama sebulan. Satu kampung menyelenggarakan Rajaban tidak hanya untuk kaum Ibu, tetapi juga kaum Bapak.
Berdasarkan keterangan panitia Rajaban yang ada di Pesan Tengah Kedungwuni Pekalongan, “biasanya panitia menyediakan konsumsi untuk 7-8 ribu orang, untuk dua kali rajaban kaum Bapak/Ibu”
Warga bergotong royong untuk mengangkat hajatan besar ini, diantaranya dengan mempersiapkan tempat yang senyaman-nyamannya untuk para pengunjung yang datang dari segenap penjuru dalam maupun luar kota. Panitia juga mempersiapkan tempat ampiran bagi para tamu untuk dijamu.
Pada waktu istirahat, atau dikala pengunjung datang segera panitia membagikan konsumsi. Setiap kepala keluarga di kampung yang ditempati Rajaban menanggung antara 30-50 besek. Bahkan panitia siap siaga dengan besek mentehan, seandainya pengunjung ada yang tidak mendapatkan besek mateng.
Besek atau biasa juga dikenal sebagai berkat sebagai cangkingan para pengunjung untuk dibawa pulang merupakan bagian penting dari peringatan rajabiah ala Rifaiyah.
Berkat yang berasal dari kata Arab Barakah berarti mengandung unsur doa agar segalanya bisa tambah baik selepas mengikuti peringatan rajabiah ini. Sebagaimana arti barakah sendiri yang biasa dimaknai sebagai tambahnya kebaikan dalam kebaikan dari Allah SWT. Bagaimana tidak baik, setiap Rajaban para pengunjung mendapatkan konsumsi lahir maupun batin. Medapatkan sangu ambeng (nama lain berkat) yang memiliki kepanjangan AMBetoho sangu ingkang agENG. Hidup di dunia ibarat perjalanan menuju sorga memang seharusnya membawa bekal yang bisa mengantarkan ke sorga.
Kita semua sepakat bahwa mengunjungi peringatan rajabiah dan silaturahmi ke sanak kandang, sedulur, teman-teman, mutlak sebagai kebaikan. Dalam perilaku kebaikan itu akan ditambahkan lagi kebaikan-kebaikan yang lainnya, berupa tambahnya umur sebagai resiko silaturahmi, mendapatkan banyak pahala, tambahnya taqwa kita kepada Allah; Dijauhkan dari segala macam bala, karena ibu-ibu rata-rata membawa hadiah sebagai oleh-oleh sohibul bait, bukankah Shadaqah itu bisa menolak bala dan merekatkan silaturahim (jalinan kasih sayang).
Pada hari itu, masyarakat saling menukar oleh-oleh, hadiah, dan menukar perasaan saling perhatian di antara mereka. Bisa dilihat beberapa orang membawa oleh-oleh sesuai dengan kesenangan orang yang dituju, baik kerabat, saudara, teman, atas saudara rifaaiyyiin-rifaaiyyat.
Sudah menjadi maklum kalau warga Rifaiyah terkenal dengan keguyuban. Paling tidak keguyuban ini bisa terlihat dimana-mana, saat kekompakan menjadi semangat bersama dalam menyelenggarakan Festival, Hari besar Islam, Pengajian Selapanan, dan majlis-majlis lainnya.
Ketika beberapa kali penulis mengunjungi pengajian selapanan di Wonosobo, terlihat jelas makna silaturahmi yang syarat perjuangan. Beberapa pengunjung datang dari lokasi berkilometer dengan berjalan kaki, juga kadang menggendong anak-cucu mereka untuk sebuah cita-cita jalinan cinta atau yang biasa disebut sebagai silaturahmi. Apalagi kalau kita mengalami peristiwa Haul Akbar setiap 16 Syawal di Wonosobo. Di hari itu merupakan momentum open house terbesar sedunia.
Hari kasih sayang Rifaiyah lainnya adalah hari Idul Fitri. Pada hari itu, semua warga Rifaiyah saling berkunjung secara berombongan. Mereka berkunjung ke sanak famili, teman-teman, dan para sesepuh, guru untuk mengetengahkan bahasa hati dengan kalimat:
Sepindah Kerawuhan Kulo lan Rombongan Silaturahmi enten dalem Jenengan. Kaping kalih mboten sanes ngaturake sedaya kalepatan dlahir lan batin, Ghasab, ghibah ingkang samar lan kinaweruhan, Kulo suwun halale lan mugiya Panjenengan ngapunten sedaya menika.
Lan nyuwun pandonga mugiya Jembar kalangan, Barakah risqi ingkang halal lan thayyiban, Tambah ilmu kang manfaat dunya akheratan, tetep Islam Dawam, Pejah kelawan pungkasan Khusnul Khotimah.
(Pertama kedatangan kami satu rombongan bertujuan silaturahmi. Kedua kalinya kami menyatakan apabila ada kesalahan lahir maupun batin baik ghashab, ghaibah, yang samar maupun yang terang kami meminta semua itu dihalalkan dan mudah-mudahan anda memaafkan)
(Dan meminta doa agar diberi kelapangan hati. Berkah rejeki yang halal dan baik. Tambah ilmu yang bermanfaat dunia sampai akherat, juga tetap istiqomah dalam Islam. Meninggal dunia dengan khusnul khotimah).
Terus biasanya dijawab oleh tuan Rumah:
Sak wangsule kulo lan sak keluarga (rombongan) mbok menawi enten salah ghasab ghaibah ingkang samar lan kinawaruhan kula suwun halale lan ridlone. Mugiyo Allah ngapunten dateng kita sedoyo. Kula lan sak keluarga nuwun tambah dunga mugiyo panjang umur lan sehat, barakah risqine, ilmune manfaat, Mati dipungkasi khusnul khotimah. Islam, iman dawam lestari ngantos akherat.
(Sebaliknya saya dan keluarga apabila ada kesalahan Ghasab, Ghibah yang samar atau terang-terangan. Saya meminta kehalalan dan keridloan. Mudah-mudahan Allah memberi ampunan Saya dan keluarga. Minta tambah doa mudah-mudahan panjang umur dan sehat. Barakah rejekinya dan ilmunya bermanfaat. Meninggal dunia dalam keadaan khusnul khatimah. Islam Iman berlanjut sampai akherat).
Terus dipungkasi dengan doa bahasa Arab.
Hari kasih sayang idul fitri ini biasanya sudah dipersiapkan sebulan sebelumnya oleh semua warga. Diantara ibu rumah tangga menyicil untuk membuat segala konsumsi suguhan (panganan) yang akan disuguhkan kepada tamu yang datang pada hari kasih sayang. Karpet, babut, dan semua isi rumah telah dibersihkan pada bulan puasa.
Bahkan sudah lazim bagi semua warga untuk mengecat rumahnya, membarui segala hal yang tampak. Semua itu dilakukan untuk menyambut hari kasih-sayang Rifaiyah, juga hari kasih sayang buat umat Islam di seantereo jagat. Walaupun ada istilah bahwa hari Idul Fitri itu bukan ditandai memakai pakaian baru, tetapi hari id adalah tambahnya taqwa bagi setiap hamba.
Semua yang baru yang ditampakkan oleh warga. Bukan berarti mengingkari makna dari kefitrian, justru apa yang nampak baru itu sebagai simbol kefitrian. Karena pada awalnya segala sesuatu pasti bersih, fitri.
Memasuki hari kasih sayang fitri, berarti kita laksana dilahirkan kembali, segalanya harus baru, laksana bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya. Apa yang nampak dan yang abstrak harus baru.
Kalau dulu anak Adam penuh kemaksiatan kepada Allah, maka janji Allah melalui hadis Nabi: Siapa yang berpuasa penuh selama sebulan pada bulan ramadhan akan diampuni dosanya yang telah lampau dan yang akan datang. Seperti kaca manusia yang terkena debu dosa, dan noda itu dienyahkan dengan keikhlasan berpuasa, maka kaca hatipun bening laksana kaca baru. Maka tak hanya hati yang baru, tetapi perangaipun harus baru, yang nampak pun dibarukan untuk mendorong kebaruan dalam batin.
Hati setiap manusia akan terenyuh ketika semua warga dari yang belasan tahun sampai yang kakek-kakek berkunjung untuk saling mengakui kesalahannya; saling meminta maaf dan saling memaafkan; saling bercanda mengabarkan sesama dan saling mendoakan. Semua itu bagian dari ekspresi cinta dan kasih sayang. Demikian Islam mengajarkan tentang kasih sayang yang telah dibingkai dalam budaya Rifaiyah.
Paesan, 8 Januari 2025
Ahmad Saifullah