Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Hijab: Pelindung Jiwa dan Citra Diri Muslimah

Ahmad Saifullah by Ahmad Saifullah
October 17, 2025
in Kolom
0
hijab

Tiga perempuan berhijab berdiri bersama di bawah ranting bunga bermekaran. (Hasan Almasi/Unsplash)

0
SHARES
44
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Ketika Dunia Berbicara tentang Kecantikan

Di tengah gempuran standar kecantikan media yang tak kenal lelah, banyak perempuan terjebak dalam spiral kecemasan tentang penampilan. Mereka membandingkan tubuhnya dengan model di majalah, mengukur keberhargaan diri dari angka timbangan, dan merasa tak pernah cukup cantik. Namun, sebuah penelitian menarik dari Inggris mengungkap kabar menggembirakan: ada perisai yang melindungi sebagian perempuan Muslim dari badai ini—hijab.

Temuan Ilmiah: Hijab sebagai Benteng Psikologis

Penelitian yang melibatkan 587 perempuan Muslim Inggris ini menemukan fakta yang memukau. Mereka yang mengenakan hijab memiliki citra tubuh yang lebih positif, lebih menghargai tubuh mereka sendiri, dan tidak mudah terpengaruh oleh pesan-pesan media tentang standar kecantikan. Mereka juga menempatkan penampilan fisik pada proporsi yang lebih seimbang dalam kehidupan mereka.

Yang menarik, efek perlindungan ini muncul bukan sekadar dari tingkat religiusitas, tetapi dari praktik mengenakan hijab itu sendiri. Semakin konsisten seorang muslimah mengenakan hijab, semakin kuat perisai psikologisnya terhadap tekanan standar kecantikan yang tidak realistis.

Sinkronisasi Ayat Kauniyah dan Qauliyah

Temuan ilmiah ini sesungguhnya adalah ayat kauniyah (tanda-tanda Allah dalam alam semesta dan fenomena sosial) yang membenarkan ayat qauliyah (firman Allah yang tertulis). Mari kita renungkan bagaimana keduanya bersatu dalam harmoni yang indah.

Hijab sebagai Perisai dari Objektifikasi

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ

“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali sehingga mereka tidak diganggu.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Penelitian menunjukkan bahwa perempuan berhijab memiliki kecemasan sosial yang lebih rendah terhadap evaluasi orang lain tentang penampilan fisik mereka (social physique anxiety). Mereka tidak merasa tubuhnya menjadi objek yang dinilai setiap saat. Inilah yang Allah maksudkan dengan فَلَا يُؤْذَيْنَ (sehingga mereka tidak diganggu)—bukan hanya gangguan fisik, tetapi juga gangguan psikologis dari pandangan yang menjadikan perempuan sebagai objek.

Menjaga Kesucian Pandangan dan Hati

Allah SWT berfirman:

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka.’” (QS. An-Nur: 30)

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا

“Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) terlihat.’” (QS. An-Nur: 31)

Kata أَزْكَىٰ (azkā) berarti “lebih suci/lebih baik”. Penelitian membuktikan dimensi kesucian psikologis ini: perempuan berhijab memiliki tingkat drive for thinness (obsesi untuk kurus) dan body dissatisfaction (ketidakpuasan terhadap tubuh) yang lebih rendah. Mereka lebih “suci” dari racun pikiran negatif tentang tubuh mereka sendiri.

Fokus pada Substansi, Bukan Kemasan

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim)

Penelitian menunjukkan bahwa perempuan berhijab menempatkan penampilan pada tingkat kepentingan yang lebih rendah (lower motivational salience of appearance). Mereka lebih fokus pada pengembangan karakter, ilmu, dan manfaat—bukan pada obsesi penampilan. Inilah aplikasi nyata dari hadis di atas.

Membebaskan Diri dari Perbudakan Standar Media

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:

اَلْعِزُّ فِي الْقَنَاعَةِ وَالذُّلُّ فِي الطَّمَعِ

“Kemuliaan itu dalam qana‘ah (merasa cukup), dan kehinaan itu dalam thama‘ (keserakahan/tidak pernah puas).”

Temuan penelitian sangat mengagumkan: perempuan berhijab memiliki tingkat internalisasi pesan media yang jauh lebih rendah. Mereka tidak menelan mentah-mentah standar kecantikan yang dipropagandakan media. Mereka qana‘ah dengan anugerah tubuh yang Allah berikan, tidak rakus mengejar standar yang terus berubah dan mustahil dicapai.

Hikmah Mendalam: Hijab sebagai Aktualisasi Diri

Psikolog Abraham Maslow berbicara tentang hierarki kebutuhan manusia yang puncaknya adalah aktualisasi diri. Ironinya, banyak perempuan modern yang terjebak di tingkat paling bawah: obsesi dengan keamanan sosial melalui penerimaan penampilan fisik.

Hijab membebaskan muslimah dari penjara ini. Dengan menutup aurat, dia menyatakan: “Aku berharga bukan karena lekuk tubuhku, tetapi karena pikiranku, karakterku, dan kontribusiku.” Ini adalah lompatan kuantum menuju aktualisasi diri yang sejati.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari mereka.” (HR. Abu Dawud)

Ketika muslimah melepas hijab untuk menyesuaikan diri dengan standar Barat, dia tidak hanya melepas kain, tetapi juga mentalitas. Dia masuk dalam sistem nilai yang mengukur perempuan dari kilauan kulitnya, bukan kilau akalnya.

Kesaksian dari Lapangan: Suara Para Muslimah

Penelitian ini melibatkan muslimah dari berbagai etnis di Inggris—Bengali, Pakistani, India, Arab—yang hidup di tengah masyarakat sekuler. Mereka menghadapi tekanan ganda: dari media global dan lingkungan sosial yang mempertanyakan pilihan mereka. Namun, data menunjukkan: mereka yang istiqamah dengan hijab justru memiliki kesehatan mental yang lebih baik dalam aspek citra tubuh.

Ini mengingatkan kita pada firman Allah:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra‘d: 28)

Ketaatan pada perintah Allah—termasuk mengenakan hijab—membawa ketenangan batin yang tidak bisa dibeli dengan terapi mahal atau kosmetik berlimpah.

Bukan Jaminan, tetapi Perisai

Penelitian ini jujur menyatakan: hijab bukan jaminan mutlak dari masalah citra tubuh. Masih ada muslimah berhijab yang bergumul dengan body image issues. Namun, hijab berfungsi sebagai buffer—penyangga yang meredam dampak negatif.

Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa hijab adalah salah satu bentuk الْحِجَابُ عَنِ الْمَحَارِمِ (penghalang dari hal-hal terlarang). Ia tidak hanya menghalangi pandangan orang lain, tetapi juga menghalangi pikiran negatif yang merusak jiwa perempuan itu sendiri.

Pesan untuk Orang Tua dan Pendidik

Di era yang memuja penampilan fisik, mendidik anak perempuan tentang hijab bukan sekadar soal aturan agama, tetapi juga tentang kesehatan mental. Penelitian ini memberi kita argumen saintifik: hijab melindungi anak-anak kita dari gangguan makan, depresi akibat body image, dan obsesi yang melumpuhkan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban tentang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang tua bertanggung jawab tidak hanya memastikan anak mengenakan hijab, tetapi juga menanamkan pemahaman: hijab adalah bentuk cinta Allah yang melindungi mereka dari penyakit zaman.

Keajaiban Syariat yang Melampaui Zaman

Empat belas abad yang lalu, di Jazirah Arab, Allah menurunkan syariat hijab. Bukan karena perempuan Arab saat itu menghadapi krisis body image seperti sekarang, tetapi Allah Yang Maha Mengetahui sudah melihat jauh ke depan: suatu hari, umat manusia akan hidup dalam zaman yang mengomodifikasi tubuh perempuan, yang mengukur harga diri dari angka timbangan.

Dan di sanalah, hijab berdiri sebagai benteng.

Penelitian ilmiah hanya mengonfirmasi apa yang sudah Allah firmankan. Ini adalah keajaiban Al-Qur’an: relevan di setiap zaman, menjawab persoalan yang bahkan belum muncul saat ia diturunkan.

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)

Hijab bukan belenggu, tetapi sayap—sayap yang mengangkat muslimah dari kubangan standar palsu menuju langit aktualisasi diri yang hakiki. Sayap yang membawanya terbang melampaui penilaian superfisial, menuju penghargaan terhadap substansi.

Di dunia yang terus berteriak “You’re not enough,” hijab berbisik lembut: “Kamu sudah sempurna sebagaimana Allah ciptakan. Kamu berharga bukan karena tubuhmu, tetapi karena imanmu.”

Dan bisikan itu, terbukti secara ilmiah, menyembuhkan.

Referensi:

  1. Al-Qur’an online
  2. Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin
  3. Viren Swami, et al., Is the Hijab Protective? An Investigation of Body Image and Related Constructs among British Muslim Women, British Journal of Psychology (2014), 105, 352–363 © 2013 The British Psychological Society

Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra

Tags: aurathijabjilbabmuslimahsyariat islam
Previous Post

BPJS Kesehatan Akan Hapus Tunggakan Iuran Rp7,6 Triliun, Mayoritas dari Peserta Miskin dan Sektor Informal

Next Post

Khutbah Jumat: Bangunlah Akhirat di Atas Duniamu

Ahmad Saifullah

Ahmad Saifullah

Jurnalis Freelance

Next Post
khutbah jumat

Khutbah Jumat: Bangunlah Akhirat di Atas Duniamu

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id