Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْإِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَكَرَّمَهُ بِالْعَقْلِ لِيَعْمُرَ الْأَرْضَ وَيُقِيْمَ الْعَدْلَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā dengan sebenar-benar takwa, yaitu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Pada kesempatan yang mulia ini, khatib ingin mengangkat sebuah isu yang sangat relevan dengan zaman kita—sebuah tantangan yang kini hadir di depan mata: fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang dilakukan oleh banyak perusahaan dengan alasan efisiensi setelah mereka mengadopsi teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
Di satu sisi, teknologi adalah nikmat dari Allah. Ia merupakan buah dari akal yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk mempermudah kehidupan dan memakmurkan bumi. Islam tidak pernah anti terhadap kemajuan dan inovasi. Namun, di sisi lain, setiap nikmat adalah ujian. Pertanyaannya bukan lagi “Bolehkah kita menggunakan teknologi?”, tetapi “Bagaimana kita menggunakan teknologi agar selaras dengan nilai-nilai keadilan, rahmat, dan kemanusiaan yang diajarkan Islam?”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ketika sebuah perusahaan mengganti puluhan, ratusan, bahkan ribuan karyawannya dengan mesin atau sistem AI hanya demi mengejar keuntungan yang lebih besar, kita harus berhenti sejenak dan merenung. Islam memandang harta dan kekayaan—termasuk keuntungan perusahaan—bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai amanah dari Allah. Pengelolaan amanah ini harus tunduk pada prinsip yang lebih tinggi, yaitu kemaslahatan bersama (maṣlaḥah ‘āmmah).
Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā telah memperingatkan agar kekayaan tidak hanya berputar di kalangan segelintir orang kaya saja, sementara yang lain terpinggirkan. Allah berfirman dalam Surah Al-Ḥasyr ayat 7:
كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ
Artinya: “…supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS. Al-Ḥasyr: 7)
Ayat ini memberikan sebuah prinsip ekonomi-sosial yang fundamental. Jika penggunaan teknologi AI hanya memperkaya pemilik modal dan menyingkirkan para pekerja, maka hal tersebut berpotensi melanggar prinsip ini. Harta akan semakin terkonsentrasi di puncak, sementara di bawah, banyak orang kehilangan sumber penghidupan, kehilangan kemampuan menafkahi keluarga, dan pada akhirnya, kehilangan martabatnya sebagai manusia.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Islam meletakkan tanggung jawab besar di pundak para pemimpin—baik pemimpin negara, masyarakat, maupun perusahaan. Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka yang dipimpinnya. Efisiensi tidak boleh menjadi berhala yang disembah dengan mengorbankan kesejahteraan manusia. Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: “Setiap dari kalian adalah pemimpin (pemelihara), dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang pemimpin perusahaan adalah rā‘in (pemelihara) bagi para karyawannya. Keputusannya tidak hanya diukur dari neraca laba rugi, tetapi juga dari neraca keadilan dan kemanusiaan di hadapan Allah kelak. Apakah ia telah memikirkan nasib karyawannya? Apakah ada upaya untuk melakukan reskilling (pelatihan ulang) atau upskilling (peningkatan keahlian) agar mereka bisa beradaptasi? Ataukah mereka dilepas begitu saja demi efisiensi semu?
Para ulama kita telah merumuskan sebuah kaidah fikih yang agung sebagai pedoman bagi para pemimpin:
تَصَرُّفُ الْإِمَامِ عَلَى الرَّعِيَّةِ مَنُوطٌ بِالْمَصْلَحَةِ
Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya haruslah dikaitkan dengan kemaslahatan (kebaikan bersama).
Kemaslahatan di sini bukanlah maslahat bagi segelintir orang, melainkan maslahat bagi sebanyak mungkin orang. Jika sebuah kebijakan—termasuk adopsi teknologi—menimbulkan mafsadah (kerusakan) sosial yang lebih besar seperti pengangguran massal dan kemiskinan, maka kebijakan tersebut harus ditinjau ulang dan dicarikan solusi yang lebih adil dan manusiawi.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Lalu, apa solusinya? Islam menawarkan jalan tengah:
- Bagi para pemilik usaha dan pemimpin: Bertakwalah kepada Allah dalam mengelola amanah Anda. Gunakanlah teknologi sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas, namun sertai dengan perencanaan transisi yang adil bagi para pekerja. Ciptakan lapangan kerja baru, berikan pelatihan, dan jangan jadikan manusia sebagai korban dari kemajuan.
- Bagi para pekerja dan kita semua: Jangan berhenti belajar. Dunia terus berubah. Tingkatkan keahlian kita, beradaptasilah dengan teknologi, dan kuasai bidang-bidang yang tidak bisa digantikan oleh AI, seperti kreativitas, empati, dan hikmah.
- Bagi pemerintah: Buatlah regulasi yang melindungi hak-hak pekerja dan memastikan bahwa buah dari kemajuan teknologi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir elite.
Semoga Allah membimbing kita semua—para pemimpin dan seluruh masyarakat—untuk dapat memanfaatkan nikmat teknologi ini di jalan yang diridai-Nya, jalan yang membawa keadilan, rahmat, dan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَأُذُنٌ بِخَبَرٍ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
أيُّهَا الْإخْوَان رحمكم الله،
إِنَّ التَّقْنِيَةَ الْحَدِيْثَةَ، وَمِنْهَا الذَّكَاءُ الْاِصْطِنَاعِيُّ، هِيَ نِعْمَةٌ مِنَ اللهِ وَفِي الْوَقْتِ نَفْسِهِ ابْتِلَاءٌ. فَهِيَ سِلَاحٌ ذُو حَدَّيْنِ، إِمَّا أَنْ تُسْتَخْدَمَ فِي الْخَيْرِ وَتَعْمِيْرِ الْأَرْضِ، وَإِمَّا أَنْ تَكُوْنَ سَبَبًا فِي الظُّلْمِ وَالْفَسَادِ. وَإِنَّ مَا نَرَاهُ الْيَوْمَ مِنْ تَسْرِيْحِ الْعُمَّالِ بِحُجَّةِ الْكَفَاءَةِ التِّقْنِيَّةِ لَهُوَ أَمْرٌ يَدْعُوْ إِلَى الْوَقْفَةِ وَالتَّأَمُّلِ.
يَا عِبَادَ اللهِ، إِنَّ الْإِسْلَامَ يُؤَكِّدُ عَلَى أَنَّ الْمَالَ وَالْأَرْبَاحَ أَمَانَةٌ، وَأَنَّ التَّصَرُّفَ فِيْهَا يَجِبُ أَنْ يَكُوْنَ وَفْقًا لِمَقَاصِدِ الشَّرِيْعَةِ الْعُلْيَا، وَمِنْ أَهَمِّهَا تَحْقِيْقُ الْعَدَالَةِ الْاِجْتِمَاعِيَّةِ وَحِفْظُ حُقُوْقِ الْإِنْسَانِ وَكَرَامَتِهِ. وَلِهٰذَا، يَجِبُ عَلَى أَصْحَابِ الشَّرِكَاتِ وَالْمُؤَسَّسَاتِ أَنْ يَتَّقُوا اللهَ فِي عُمَّالِهِمْ وَمُوَظَّفِيْهِمْ، فَلَا يَجْعَلُوا الرِّبْحَ الْمَادِيَّ فَوْقَ كُلِّ اعْتِبَارٍ إِنْسَانِيٍّ.
لِنَتَذَكَّرْ مَسْؤُوْلِيَّتَنَا جَمِيْعًا كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ”. فَلْنَسْعَ جَاهِدِيْنَ لِلْمُوَازَنَةِ بَيْنَ التَّقَدُّمِ التِّقْنِيِّ وَبَيْنَ الْمَصْلَحَةِ الْإِنْسَانِيَّةِ الْعَامَّةِ، حَتَّى تَكُوْنَ التِّكْنُوْلُوْجِيَا رَحْمَةً لَا نِقْمَةً، وَسَبَبًا لِلرَّخَاءِ لَا لِلشَّقَاءِ.
ثُمَّ اعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالَى: “إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا“.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ.
Download file pdf: Khutbah Jum’at: Keadilan dan Rahmat di Era Kecerdasan Buatan (AI) – Menyikapi PHK Akibat Teknologi
Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra