Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ وَجَعَلَهُمَا دَارَ ابْتِلَاءٍ وَدَارَ قَرَارٍ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah menciptakan dunia sebagai ladang ujian dan akhirat sebagai negeri balasan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan yang mulia ini, khatib berwasiat kepada diri pribadi dan kepada seluruh jamaah sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Kehidupan yang kita jalani saat ini, yang kita sebut sebagai dunia, sering kali menyilaukan dan melalaikan. Dunia menawarkan beragam kenikmatan jasmani, sementara agama menuntun kita pada kenikmatan rohani. Manusia ditempatkan di antara keduanya untuk menentukan pilihan: apakah akan menata dunia dengan nilai-nilai agama, atau justru menuhankan dunia dan melupakan hakikat penciptaan kita.
Seorang ulama besar, Yahya bin Mu’adz ar-Razi, pernah mengingatkan kita dengan sebuah untaian hikmah yang mendalam:
لَا يَزَالُ دِيْنُكَ مُتَمَزِّقًا مَا دَامَ قَلْبُكَ يُحِبُّ الدُّنْيَا مُتَعَلِّقًا
“Agamamu akan terus terkoyak selama hatimu luar biasa dalam mencintai dunia.”
Ucapan ini menjadi pengingat keras bagi kita semua. Betapa sering kita mengorbankan nilai-nilai agama demi secuil kenikmatan duniawi yang fana. Demi rating tayangan, tega membuat meme penghinaan. Demi megahnya bangunan gedung, rela bersekongkol dengan koruptor. Kita bekerja keras membanting tulang, namun lupa bahwa tujuan utama dari semua itu adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya mengenai orang-orang yang hanya berorientasi pada kehidupan dunia:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ. أُولٰئِكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (bagian) di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, serta sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Hud: 15–16)
Ayat ini memberikan gambaran yang jelas tentang kerugian besar bagi mereka yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhir. Semua usaha dan jerih payah mereka di dunia akan sia-sia dan tidak bernilai di hadapan Allah kelak.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Bukan berarti Islam melarang kita untuk mencari dunia. Mencari rezeki yang halal, bekerja dengan giat, dan menikmati karunia Allah adalah bagian dari perintah agama. Namun, yang menjadi persoalan adalah ketika dunia telah menguasai hati dan pikiran kita, sehingga kita lupa pada tujuan sebenarnya, yaitu akhirat.
Yahya bin Mu’adz ar-Razi kembali memberikan nasihat indahnya:
الدُّنْيَا دَارُ خَرَابٍ، وَأَخْرَبُ مِنْهَا قَلْبُ مَنْ يَعْمُرُهَا، وَالْآخِرَةُ دَارُ عُمْرَانٍ، وَأَعْمَرُ مِنْهَا قَلْبُ مَنْ يَطْلُبُهَا
“Dunia adalah rumah kehancuran, dan yang paling hancur darinya adalah hati orang yang menyembahnya. Akhirat adalah rumah kemakmuran, dan yang paling makmur darinya adalah hati orang yang mengupayakannya.”
Dunia ini sejatinya hanyalah tempat persinggahan sementara — dalam pepatah Jawa disebut urip mung mampir ngombe — sebuah jembatan yang harus kita seberangi untuk menuju kehidupan abadi di akhirat. Betapa bodohnya seseorang yang membangun istana megah di atas jembatan, padahal ia tahu bahwa jembatan itu akan ia tinggalkan.
Dalam sebuah ungkapan lain disebutkan:
لَيْسَ مِنَ الْعَقْلِ بُنْيَانُ الْقُصُوْرِ عَلَى الْجُسُوْرِ
“Hanya orang bodoh yang berpikir membangun istana di atas jembatan.”
Oleh karena itu, marilah kita posisikan dunia ini sebagaimana mestinya. Jadikanlah dunia sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan akhirat. Gunakan harta, jabatan, dan segala nikmat dunia yang Allah berikan sebagai bekal untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Allah SWT berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۚ وَكَانَ اللهُ سَمِيْعًا بَصِيْرًا
“Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia jelas merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. an-Nisa: 134)
Semoga kita semua termasuk hamba-hamba Allah yang cerdas, yang mampu menyeimbangkan antara urusan dunia dan persiapan untuk akhirat. Semoga Allah senantiasa membimbing kita agar tidak terpedaya oleh gemerlap dunia yang menipu.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَأُذُنٌ بِخَبَرٍ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ
اَللّٰهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا إِلَى النَّارِ مَصِيْرَنَا، وَاجْعَلِ الْجَنَّةَ هِيَ دَارَنَا وَقَرَارَنَا، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ
Download file pdf: Khutbah Jumat: Bangunlah Akhirat di Atas Duniamu
Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra
