Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Khutbah

Khutbah Jumat: Meneladani Perjuangan Lahir dan Batin Para Pahlawan

Tim Redaksi by Tim Redaksi
August 15, 2025
in Khutbah
0
Perjuangan lahir dan batin para pahlawan
0
SHARES
61
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ وَالْاِسْتِقْلَالِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan kita nikmat tak terhingga, terutama nikmat iman, Islam, dan nikmat kemerdekaan yang sebentar lagi akan kita rayakan hari jadinya di negeri tercinta ini. Kemerdekaan ini bukanlah hadiah yang datang tiba-tiba, melainkan buah dari perjuangan darah, air mata, dan pengorbanan jiwa raga para pahlawan kita.

Maka, wujud syukur terbaik atas nikmat kemerdekaan ini adalah dengan merenungi dan memahami hakikatnya, agar kita dapat mengisi kemerdekaan ini sesuai dengan cita-cita luhur para pendahulu kita.

Sejarah perjuangan bangsa mengenalkan kepada kita, dua sosok pahlawan besar dengan dua strategi perjuangan yang berbeda namun saling melengkapi: Pangeran Diponegoro dan Kiai Haji Ahmad Rifa’i. Jika Pangeran Diponegoro diibaratkan “menebas batang pohon penjajahan” melalui perlawanan fisik yang gagah berani, maka KH. Ahmad Rifa’i “mencabut akar penjajahan” melalui perjuangan intelektual dan pembebasan jiwa dari mentalitas manusia terjajah. Keduanya adalah dua sisi mata uang dari sebuah perjuangan total menuju kemerdekaan yang hakiki.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Perjuangan fisik Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825-1830) adalah bentuk perlawanan nyata terhadap kezaliman penjajah. Beliau memobilisasi seluruh elemen masyarakat untuk mengangkat senjata demi kehormatan dan kedaulatan bangsa. Ini adalah jihad fisik untuk membebaskan tanah air dari belenggu penjajahan. Perjuangan ini mengajarkan kita pentingnya memiliki kekuatan, keberanian, dan persatuan untuk menjaga kedaulatan lahiriah sebuah bangsa.

Namun, KH. Ahmad Rifa’i, seorang ulama yang hidup sezaman, memberikan kita perspektif lain yang lebih dalam. Beliau menyadarkan kita bahwa ada penjajahan yang lebih berbahaya, yaitu penjajahan jiwa dan mental. Menurut beliau, akar masalah keterjajahan seringkali bukan hanya karena kuatnya musuh dari luar, tetapi karena adanya penyakit di dalam diri yang membuat kita “berharap untuk dijajah”. Penyakit itu adalah loba (ketamakan) dan hilangnya ketergantungan mutlak kepada Allah SWT. Sehingga ndepe-ndepe kepada penjajah.

Dalam kitabnya, Bayan Akhir, KH. Ahmad Rifa’i mendefinisikan kemerdekaan sejati sebagai berikut:

أَنْتَ حُرٌّ مِمَّا لَهُ أَيِسٌ، وَعَبْدٌ لِمَا أَنْتَ لَهُ طَامِعٌ

“(Dikatakan merdeka itu ketika) anda tidak berharap lebih kepada siapapun, maupun apapun. (Dan sebaliknya) manusia menjadi budak dari sesuatu yang ia ingini.)”

Beliau menjelaskan lebih lanjut bahwa kemerdekaan hakiki adalah ketika hati seorang hamba:

“Tidak berhadap kepada pemberian rizqi dari manusia, tetapi mengharapkan anugerah dari Allah SWT semata. Meskipun manusia (kadang) mengulurkan tangan (memberi sesuatu), (tetapi dalam hati tetap) memandang bahwa semua itu hakekatnya dari Allah.”

Inilah inti dari kemerdekaan batin: terbebas dari perbudakan terhadap materi, jabatan, dan pengharapan kepada selain Allah. Konsep ini selaras dengan sabda Rasulullah ﷺ tentang kekayaan sejati:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلٰكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Artinya: “Kekayaan itu bukanlah tentang banyaknya harta benda, akan tetapi kekayaan yang hakiki adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jiwa yang kaya adalah jiwa yang merdeka, yang tidak terikat dan diperbudak oleh dunianya.

Hadirin Sidang Jumat yang Berbahagia,

Jika kita refleksikan hari ini, kedua model perjuangan ini sangat relevan. Perjuangan “menebas batang penjajahan” ala Pangeran Diponegoro kita wujudkan dengan menjaga keutuhan NKRI, dengan persatuan dan kesatuan, mempertahankan kedaulatan negara dari intervensi asing, serta membangun kekuatan ekonomi dan pertahanan.

Sementara itu, perjuangan “mencabut akar penjajahan” ala KH. Ahmad Rifa’i, kita wujudkan dengan memberantas korupsi yang merupakan wujud loba dan ketamakan. Kita wujudkan dengan membangun karakter bangsa yang mandiri, berakhlak mulia, dan tidak mudah diadu domba. Kita wujudkan dengan membebaskan diri dari penjajahan pemikiran, budaya, dan gaya hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama dan bangsa kita.

Perjuangan terbesar kita saat ini mungkin bukanlah melawan penjajah dengan senjata, melainkan menaklukkan hawa nafsu dalam diri kita sendiri. Inilah yang disebut Rasulullah ﷺ sebagai Jihad Akbar. Sebagaimana diriwayatkan, setelah kembali dari sebuah pertempuran, beliau bersabda:

قَدِمْتُمْ خَيْرَ مَقْدَمٍ، وَقَدِمْتُمْ مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ. قَالُوْا: وَمَا الْجِهَادُ الْأَكْبَرُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مُجَاهَدَةُ الْعَبْدِ هَوَاهُ

Artinya: “Kalian telah tiba di tempat terbaik, kalian telah datang dari jihad yang lebih kecil menuju jihad yang lebih besar.” Para sahabat bertanya, “Apakah jihad yang lebih besar itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Perjuangan seorang hamba melawan hawa nafsunya.” (Diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi)

Semangat inilah yang digaungkan oleh para ulama kita, termasuk atsar agung dari Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu yang mencerminkan ruh kemerdekaan dalam Islam:

مَتَى اسْتَعْبَدْتُمُ النَّاسَ وَقَدْ وَلَدَتْهُمْ أُمَّهَاتُهُمْ أَحْرَارًا؟

Artinya: “Sejak kapan kalian memperbudak manusia, padahal ibu mereka melahirkan mereka dalam keadaan merdeka?”

Pernyataan ini menegaskan bahwa kemerdekaan adalah fitrah setiap insan yang harus dijaga, baik dari perbudakan oleh sesama manusia maupun dari perbudakan oleh hawa nafsu. Kemerdekaan sejati hanya akan terwujud ketika kita benar-benar menjadi hamba Allah semata, bukan hamba dunia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Artinya: “…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…” (QS. At-Talaq: 2-3).

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk menjadi insan-insan yang merdeka lahir dan batin, mampu mensyukuri nikmat kemerdekaan, dan sanggup mengisinya dengan amal-amal saleh yang diridhai-Nya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَأُذُنٌ بِخَبَرٍ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ بَلْدَتَنَا هٰذِهِ إِنْدُوْنِيْسِيَا بَلْدَةً آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً، سَخَاءً رَخَاءً وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَنَا الَّذِيْنَ ضَحَّوْا بِأَنْفُسِهِمْ لِاسْتِقْلَالِ بِلَادِنَا وَاجْعَلْ قُبُوْرَهُمْ رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الْجِنَانِ

اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ

Download file pdf: Khutbah Jumat: Meneladani Perjuangan Lahir dan Batin Para Pahlawan


Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra

Tags: KemerdekaanKH. Ahmad Rifaikhutbah jumatPahlawan NasionalPangeran Diponegoro
Previous Post

Sejarah Pramuka di Indonesia dan Peran KH Ahmad Rifa’i dalam Perjuangan Bangsa

Next Post

Doa Mempermudah Rezeki dan Melunasi Hutang

Tim Redaksi

Tim Redaksi

Next Post
Doa Mempermudah Rezeki dan Melunasi Hutang

Doa Mempermudah Rezeki dan Melunasi Hutang

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id