Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Pada hari yang mulia ini, khatib ingin mengangkat sebuah fenomena yang sangat dekat dengan kehidupan kita: sebuah ironi di zaman modern. Teknologi, khususnya telepon genggam atau HP, diciptakan untuk mendekatkan yang jauh. Namun, tanpa kita sadari, justru sering kali menjauhkan yang dekat.
Betapa sering kita melihat pemandangan keluarga atau sahabat yang duduk bersama dalam satu ruangan, tetapi pandangan dan hati mereka tertuju pada layar gawai masing-masing. Kehadiran fisik ada, tetapi kehangatan jiwa dan koneksi batin seolah sirna. Silaturahim menjadi hambar, percakapan menjadi dangkal.
Padahal, Islam sebagai agama yang paripurna telah meletakkan fondasi yang kokoh tentang bagaimana seharusnya kita menjalin hubungan persahabatan dan kekerabatan.
Hadirin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah,
Dalam hal ini, kita diingatkan oleh sebuah hadis fundamental dari Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam:
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu bergantung pada agama teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang ia jadikan sebagai teman dekat.” (HR. At-Tirmizi)
Hadis ini menegaskan betapa kuatnya pengaruh seorang teman. Pertemanan bukan sekadar interaksi sosial, melainkan cerminan karakter, keimanan, bahkan nasib kita di akhirat. Jika kita salah memilih teman, maka rusaklah kepribadian kita. Sebaliknya, teman yang saleh akan senantiasa membimbing kita menuju kebaikan.
Lalu, bagaimana Islam mengajarkan etika saat kita sudah berada dalam sebuah majelis atau pertemuan dengan teman-teman kita? Allah berfirman dalam Surah Al-Mujādilah ayat 11:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.”
Para ulama menafsirkan ayat ini tidak hanya sebatas memberikan kelapangan tempat duduk secara fisik, tetapi juga kelapangan hati, perhatian, dan fokus kepada saudara yang hadir bersama kita.
Apa artinya kita duduk berdekatan jika pikiran melayang di dunia maya? Apa gunanya berkumpul jika mata dan jari kita sibuk dengan gawai? Melapangkan majelis di era kini berarti meletakkan sejenak HP kita, menatap wajah saudara kita, mendengarkan ceritanya dengan saksama, dan menghadirkan hati kita sepenuhnya. Supaya kita terhindar dari apa yang difirmankan oleh Allah:
تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُونَ
“…Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al-Ḥasyr: 14)
Seolah-olah jasad kita berkumpul, tetapi sesungguhnya hati kita tidak saling memperhatikan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Di antara adab pertemanan yang luhur dalam Islam adalah ḥusnul khuluq atau akhlak yang baik. Sebagaimana disebutkan dalam kalam ulama:
مِنْ آدَابِ الصُّحْبَةِ حُسْنُ الْخُلُقِ
“Di antara etika berteman adalah menggunakan akhlak yang baik.”
Akhlak yang baik dalam pertemanan mencakup banyak hal, seperti menjaga kehormatan dan menutupi aib teman kita, bukan justru mengumbarnya di media sosial. Adab lainnya adalah tulus dalam memberi nasihat, bukan untuk menjatuhkan. Serta meninggalkan pertemanan yang hanya berorientasi pada kepentingan duniawi semata, seperti status, kekuasaan, atau keuntungan materi.
Mari kita muḥāsabah, introspeksi diri:
Sudahkah kita menjadi teman yang baik?
Sudahkah kita menghargai kehadiran fisik saudara kita dengan perhatian penuh?
Ataukah kita termasuk orang yang “ada tapi tiada” (wujūdhu ka‘adamihī), yang secara tidak sadar telah merenggangkan tali silaturahim karena terlalu asyik dengan dunia sendiri?
Semoga Allah membimbing kita menjadi pribadi yang lebih baik, sahabat yang lebih peduli, dan mampu menghidupkan kembali kehangatan dalam setiap pertemuan kita, sehingga jalinan ukhuwah kita menjadi kuat dan diberkahi oleh Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.
أَمَّا بَعْدُ… فَاتَّقُوا اللهَ عِبَادَ اللهِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ مِنْ أَعْظَمِ الْقُرُبَاتِ وَأَوْثَقِ عُرَى الْإِيمَانِ، الْحُبَّ فِي اللهِ وَالْبُغْضَ فِي اللهِ، وَالْقِيَامَ بِحُقُوقِ الْأُخُوَّةِ وَالصُّحْبَةِ الصَّالِحَةِ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: “إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا”
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ .اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ .اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ. رَبَّنَا اجْعَلْنَا مُقِيمِي الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّاتِنَا رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ
Download file pdf: Khutbah Jumat: Menghidupkan Kembali Kehangatan Silaturahim di Era Digital
Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra