Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan mulia ini, mari kita merenungkan salah satu akhlak mulia yang seringkali terlupakan di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, yaitu tawaduk atau rendah hati. Tawaduk didefinisikan Muzafar al-Qirmisini rahimakumullah.
التَّوَاضُعُ قُبُوْلُ الْحَقِّ مِمَّنْ كَانَ
“Tawaduk adalah menerima kebenaran dari siapa pun,” tidak sombong dalam ketaatan, dan memperlakukan semua orang dengan baik.
Tawaduk itu ibarat kita setiap hari memakan telur, tanpa mempermasalahkan dari mana telur itu keluar dari dubur ayam. Nasehat bisa keluar dari mulut penjahat, juga bisa disampaikan oleh ulama. Asalkan berisi kebenaran dan kebaikan maka kita terima sebagai hikmah.
Fenomena Aktual: Krisis Toleransi dan Ego Sektoral
Di Indonesia, kita sering menyaksikan berbagai fenomena yang bertolak belakang dengan nilai tawaduk. Misalnya, ada seorang Wakil Rakyat yang membodoh-bodohkan rakyatnya, setelah rakyat memberikan pendapat. Munculnya klaim kebenaran sepihak dari kelompok tertentu, di mana setiap golongan merasa paling benar dan enggan menerima pandangan lain. Sehingga harus terjadi bentrok. Hal ini seringkali memicu perpecahan, bahkan konflik horizontal.
Tawaduk mengajarkan kita untuk menyadari bahwa kebenaran itu bersumber dari Allah SWT, dan Dia dapat melimpahkannya kepada siapa saja.
“Kebenaran bukanlah milik golongan, mazhab, kelompok, organisasi, maupun partai tertentu… Kebenaran itu bersumber dari Allah swt., dan terserah Dia akan melimpahkannya pada siapa.”
Sudah maklum di masyarakat pesan dari Sayyidina Ali Karamallahu wajhah yang bisa kita ingat selalu.
اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلاَ تَنْظُرْ مَنْ قَالَ
“Lihatlah apa yang dikatakan, dan jangan melihat siapa yang mengatakan”
Allah SWT berfirman:
وَ إِذْ قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالنَّاسِ وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْيَانًا كَبِيرًا
“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: ‘Sesungguhnya, (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia.’ Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Alquran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” (Q.s. al-Isra [17]:60).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu, termasuk kebenaran, adalah ujian dari Allah. Jangan sampai kesombongan menghalangi kita dari menerima hikmah dan petunjuk-Nya.
Tawaduk dalam Ketaatan dan Pelayanan Sosial
Dewasa ini, kita juga kerap melihat bagaimana seseorang merasa paling berjasa setelah melakukan amal kebaikan atau ibadah. Postingan di media sosial yang menunjukkan ibadah dan sumbangan, kadang tanpa disadari, menjadi ajang pamer dan mencari pujian. Padahal, tawaduk dalam ketaatan adalah ketika amal kebaikan yang kita lakukan tidak membuat kita ujub atau bangga diri. Abu Sulaiman ad-Darani rahimakumullah. berkata:
التَّوَاضُعُ فِي الطَّاعَةِ أَنْ لَا تُعْجَبُ بِعَمَلِكَ
“Tawaduk dalam ketaatan adalah bila amal ketaatan yang kaulakukan tidak membuatmu ujub.”
Demikian pula dalam pelayanan sosial, seringkali kita memilah-milah orang berdasarkan status, kekayaan, atau jabatan. Kita cenderung lebih menghormati orang kaya dan berpangkat, dan kurang memperhatikan mereka yang miskin atau biasa saja. Padahal, tawaduk mengajarkan kita untuk tidak membedakan dalam pelayanan. Abdullah ar-Razi rahimakumullah. mengatakan:
التَّوَاضُعُ تَرْكُ التَّمْزِيْزِ فِي الْخِدْمَةِ
“Tawaduk adalah ketiadaan pembedaan dalam pelayanan.”
Ini berarti, memperlakukan orang kaya dan miskin dengan setara, menghormati kiai dan santri, pejabat dan rakyat, mencintai orang tua dan menyayangi anak kecil. Singkatnya, semua manusia dihormati atas dasar cinta dan kasih sayang.
Allah SWT berfirman:
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Q.s. al-Furqan [25]:63).
Ayat ini menggambarkan karakteristik hamba Allah yang Maha Penyayang, yaitu mereka yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan bersikap sabar menghadapi kebodohan.
Pentingnya Tawaduk untuk Keberkahan Hidup
Tawaduk bukan hanya sekadar etika, tetapi juga kunci menuju keberkahan hidup. Dengan tawaduk, kita akan mampu mengendalikan nafsu dan kepentingan pribadi, tidak mencari pengakuan atau pujian, serta mampu menyembunyikan kebaikan yang kita lakukan dari pandangan orang lain, kecuali jika ada maslahat.
Sebagaimana Yahya bin Muaz ar-Razi rahimakumullah. mengatakan:
مَنْ أَذَلَّ نَفْسَهُ رَفَعَ اللهُ قَدْرَهُ، وَ مَنْ أَعَزَّ نَفْسَهُ أَذَلَّهُ اللهُ فِي أَعْيَنِ عِبَادِهِ
“Barangsiapa menghinakan diri sendiri (di hadapan Allah), maka Allah swt. meninggikan kadar kemuliaannya. Dan, barangsiapa memuliakan diri sendiri, maka Allah swt. menghinakan dirinya di hadapan para hambaNya.”
Ini adalah janji Allah, bahwa siapa yang merendahkan diri di hadapan-Nya, maka Dia akan mengangkat derajatnya. Sebaliknya, siapa yang menyombongkan diri, maka Allah akan merendahkannya di mata manusia.
Marilah kita berusaha menanamkan sifat tawaduk dalam diri kita, dalam setiap aspek kehidupan. Semoga dengan tawaduk, hati kita menjadi bersih, amalan kita diterima, dan kita semua meraih keberkahan serta kemuliaan di sisi Allah SWT.
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، سَيِّدُ الْبَشَرِ، صَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللَّهِ
اِتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ الْكِرَامُ
لِنَجْعَلِ التَّوَاضُعَ زَادَنَا فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ، وَلْنَبْتَعِدْ عَنِ الْكِبْرِ وَالْعُجْبِ وَالرِّيَاءِ. لِنُطَهِّرْ قُلُوبَنَا بِالتَّوَاضُعِ، فَقَدْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ شَيْبَانَ الْحُجَّاهُ رَحِمَهُ اللَّهُ: “التَّوَاضُعُ مِنْ تَصْفِيَةِ الْبَاطِنِ تَلْقَى بَرَكَاتُهُ عَلَى الظَّاهِرِ.” فَمَنْ طَهُرَ بَاطِنُهُ بِالتَّوَاضُعِ، ظَهَرَتْ أَنْوَارُ الْبَرَكَةِ عَلَى ظَاهِرِهِ وَفِي حَيَاتِهِ
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَوَاضِعِينَ لَكَ، الْخَاضِعِينَ لِحُكْمِكَ، الْمُسْتَسْلِمِينَ لِأَمْرِكَ، وَاحْفَظْ قُلُوبَنَا مِنَ الْكِبْرِ وَالْعُجْبِ وَالرِّيَاءِ
اَللّٰهُمَّ طَهِّرْ بَوَاطِنَنَا مِنَ الْغُرُورِ، وَزَيِّنْ ظَوَاهِرَنَا بِالْأَدَبِ وَالْخُلُقِ الْكَرِيمِ، وَارْزُقْنَا صِدْقَ التَّوَاضُعِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَنِ
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِفْتَاحًا لِلْخَيْرِ مِغْلَاقًا لِلشَّرِّ، وَارْزُقْنَا حَيَاءً يَمْنَعُنَا مِنَ الْمَعَاصِي، وَتَوَاضُعًا يَرْفَعُ قَدْرَنَا عِنْدَكَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْـحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Download file pdf: Khutbah Jumat: Meraih Keberkahan dengan Tawaduk di Tengah Masyarakat
Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra


