Rifaiyah.or.id – Kiai Muhammad Syaikhun merupakan sosok ulama kharismatik yang lahir pada tahun 1935 di Desa Bomo Getas, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak, dari pasangan yang dikenal taat beragama, yakni Mbah Khasbi Umar dan Mbah Sripah. Sejak kecil, Kiai Syaikhun sudah menunjukkan ketertarikan besar terhadap ilmu agama. Semangat dan ketekunannya dalam belajar menjadi modal utama dalam menapaki jalan keilmuan Islam yang penuh perjuangan.
Perjalanan Menuntut Ilmu
Perjalanan intelektual Kiai Syaikhun dimulai saat beliau menimba ilmu di bawah bimbingan Kyai Abdul Hannan di Pesantren Desa Tambang Sari, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Di tempat inilah beliau menghabiskan masa muda selama tiga belas tahun untuk mendalami berbagai cabang ilmu agama.
Dalam kondisi ekonomi yang terbatas, beliau menyalin (menulis ulang) kitab-kitab karya KH Ahmad Rifa’i, yang kemudian dijual untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pengorbanan beliau bahkan sampai pada titik luar biasa, yakni mencampurkan pasir ke dalam beras ketika memasak agar persediaan bahan makanan bisa bertahan lebih lama. Bagi Kiai Syaikhun, kelaparan bukan alasan untuk menyerah dalam mencari ilmu.
Setelah mendapatkan restu dari gurunya, beliau melanjutkan pengembaraan ilmu ke Desa Lebosari, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal, tepatnya untuk berguru kepada Kiai Sholeh. Di sana beliau tinggal dan belajar selama dua tahun. Kesungguhannya dalam menuntut ilmu membuatnya mendapatkan kepercayaan dan doa dari para gurunya sebagai penerus perjuangan dakwah.
Kiprah dan Pengabdian di Tengah Masyarakat
Sekembalinya ke Desa Bomo Getas, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak, Kiai Syaikhun tidak memilih jalan hidup yang tenang. Sebaliknya, beliau justru semakin aktif dalam kegiatan sosial-keagamaan. Sekitar tahun 1975, beliau diangkat sebagai badal oleh Kyai Muhammad Sajuri, putra dari gurunya, KH Abdul Hannan. Badal ini merupakan bentuk kepercayaan dan penghormatan atas kapasitas dan integritas beliau dalam menyampaikan dakwah.
Sebagai tokoh agama di desa, Kiai Syaikhun memiliki peran sentral dalam membina umat. Beliau dikenal sebagai pribadi yang sederhana, rendah hati, namun sangat berilmu. Keistiqamahan beliau dalam menghidupkan majelis taklim menjadi warisan berharga bagi masyarakat Desa Bomo Getas.
Salah satu kontribusi terbesar beliau adalah menyelenggarakan majelis pengajian rutin dua kali dalam seminggu, yakni setiap hari Senin dan Kamis, yang berlangsung selama kurang lebih 40 tahun. Pengajian ini secara khusus membahas kitab-kitab karya KH Ahmad Rifa’i. Kegiatan tersebut tidak hanya menjadi sarana pelestarian warisan keilmuan, tetapi juga media penguatan akidah dan pemahaman keislaman masyarakat setempat.
Selain itu, setiap bulan Ramadhan, beliau juga mengadakan ngaji pasanan (ngaji kilatan) selama 25 hari penuh. Kegiatan ini berlangsung di Masjid Baiturrahman dan selalu dinantikan oleh masyarakat. Dalam kegiatan tersebut, beliau membacakan dan menjelaskan kitab karya KH Ahmad Rifa’i. Tradisi ini menjadi momentum istimewa bagi masyarakat untuk memperdalam ilmu agama selama bulan yang penuh berkah.
Teladan Ketawadukan dan Akhlak Mulia
Ketawadukan Kiai Syaikhun tidak hanya terlihat dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam berbagai peristiwa yang menjadi pelajaran bagi murid-muridnya. Suatu ketika, ada seorang santri yang merasa tersinggung dengan isi ceramah beliau. Tanpa menunggu, Kiai Syaikhun dengan rendah hati datang langsung ke rumah murid tersebut untuk meminta maaf, walaupun sebagai guru, beliau berada di posisi yang lebih tinggi secara keilmuan dan sosial. Sikap seperti inilah yang membuat beliau dicintai dan dihormati oleh semua kalangan, dari yang muda hingga yang tua.
Wafat dan Warisan Spiritual
Setelah mengabdikan diri selama 42 tahun untuk membina umat, menghidupkan majelis taklim, dan menyebarkan nilai-nilai Islam, Kiai Muhammad Syaikhun wafat pada tahun 2017. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam, namun juga menyisakan jejak keberkahan yang terus hidup dalam hati masyarakat dan murid-murid beliau.
Majelis-majelis ilmu yang beliau bina terus dilanjutkan, kitab-kitab yang beliau kaji tetap menjadi bahan pengajian, dan semangat perjuangannya menjadi inspirasi bagi generasi penerus.
Silsilah Keilmuan
Kiai Muhammad Syaikhun memiliki jalur keilmuan yang terhubung langsung dengan KH Ahmad Rifa’i melalui jalur guru-murid sebagai berikut:
- Kiai Muhammad Syaikhun
- Kyai Abdul Hannan
- Kiai Abdul Manan
- Kiai Mafuro
- KH Ahmad Rifa’i
Silsilah ini tidak hanya menunjukkan sanad keilmuan yang kuat, tetapi juga menegaskan posisi beliau sebagai bagian dari mata rantai ulama pejuang yang menghidupkan Islam melalui ilmu dan akhlak.
Baca Juga: Kiyai Abdul Hanan: Ulama Rifa’iyah dari Tambangsari Pati yang Teguh Menegakkan Syariat
Penulis: Taufiq
Editor: Yusril Mahendra



Rahimahullaahu rohmatan waasi’ah.
Beliau adalah salah satu guru saya, kepada beliau saya pernah talaqqi Al Qur’an dan juga kitab2 tarajumah. Ngaji dengan sosok yg santun dan ngemong sungguh menorehkan kenangan yang dalam.