Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Kisah di Balik Abdullah Hampir Dikurbankan Abdul Muthallib

Ahmad Zahid Ali by Ahmad Zahid Ali
September 5, 2025
in Kolom, Sejarah
0
Kisah di Balik Abdullah Hampir Dikurbankan Abdul Muthallib

Unta sebagai hewan kurban dalam tradisi Arab kuno, di padang pasir. Credit: Gambar dibuat dengan teknologi AI, ChatGPT (OpenAI), 2025.

0
SHARES
39
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Rifaiyah.or.id – Bulan Rabiul Awal selalu membawa kita kepada satu perenungan besar: betapa terjaganya kelahiran Nabi Muhammad SAW sejak jauh sebelum beliau dilahirkan. Salah satu kisah yang jarang dibahas adalah nadzar Abdul Muthallib, kakek Rasulullah SAW, yang hampir saja mengorbankan Abdullah—ayahanda Nabi Muhammad SAW—demi menepati janjinya.

Nadzar Abdul Muthallib

Pada awalnya, Abdul Muthallib hanya memiliki satu anak laki-laki, al-Harits. Ia merasa lemah dan kekurangan penopang dalam kehidupan suku Quraisy. Karena itu ia bernadzar: bila Allah menganugerahkan sepuluh anak laki-laki, maka salah satu akan dikurbankan sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur.

Allah mengabulkan doa itu. Sedikit demi sedikit, Abdul Muthallib dikaruniai anak laki-laki hingga jumlahnya genap sepuluh orang. Saat itulah ia merasa wajib menunaikan nadzarnya.

Abdullah yang Terpilih

Abdul Muthallib kemudian melakukan undian di hadapan berhala Ka’bah sesuai tradisi Quraisy. Nama yang keluar adalah Abdullah, anak yang paling disayanginya. Abdullah adalah sosok tampan, berakhlak lembut, dan berbudi luhur—anak yang paling bersinar di antara saudara-saudaranya. Abdul Muthallib gundah, tapi nadzar adalah janji yang berat untuk dilanggar.

Saudara-saudara Abdullah dan orang-orang Quraisy memprotes. Mereka meminta agar undian diulang, tetapi hasilnya tetap Abdullah. Hingga akhirnya para pembesar Quraisy menyarankan jalan lain: tebuslah Abdullah dengan kurban berupa unta.

Seratus Ekor Unta sebagai Tebusan

Dilakukanlah undian ulang antara Abdullah dan sepuluh ekor unta. Jika undian jatuh pada Abdullah, jumlah unta ditambah sepuluh lagi. Begitu seterusnya, hingga jumlah unta mencapai seratus ekor. Barulah undian jatuh pada unta, bukan Abdullah.

Maka disembelihlah seratus ekor unta sebagai tebusan nadzar Abdul Muthallib. Sejak itu, jumlah “seratus ekor unta” dikenal sebagai standar diyat (denda) dalam syariat Arab pra-Islam, yang kemudian juga disahkan dalam Islam.

Hikmah Besar: Allah Menjaga Nasab Nabi Muhammad SAW

Dari peristiwa ini kita bisa melihat betapa Allah menjaga nasab Nabi Muhammad SAW. Abdullah yang hampir saja dikurbankan ternyata diselamatkan, karena darinyalah akan lahir manusia agung, Nabi terakhir dan penutup para rasul.

Kisah ini menjadi isyarat bahwa kelahiran Rasulullah SAW bukanlah peristiwa biasa. Semua sudah dalam rencana Allah. Bahkan ayah beliau pun dijaga dari kematian dini agar cahaya kenabian tetap lahir ke dunia.

Penutup: Syukur atas Nikmat Cinta kepada Rasulullah SAW

Saat Maulid Nabi Muhammad SAW, mari kita renungkan betapa besar nikmat Allah kepada umat Islam. Kita bukan hanya diberi seorang Nabi yang membawa risalah kebenaran, tetapi juga dijaga silsilah dan nasabnya dari awal.

Maka beruntunglah kita, yang masih bisa mencintai Rasulullah SAW. Cinta itu adalah nikmat terbesar, sebab dengan cinta kita akan mendapat syafaatnya, sebagaimana janji beliau:

“Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mari jadikan momentum Maulid ini sebagai rasa syukur dan cinta yang mendalam kepada Nabi Muhammad SAW, yang lahir dari Abdullah—anak yang hampir saja dikurbankan, tetapi diselamatkan untuk melahirkan rahmat bagi seluruh alam.


Penulis: Ahmad Zahid Ali
Editor: Ahmad Zahid Ali

Tags: Abdullah ayah Nabi Muhammad SAWKisah maulid NabiMaulid Nabi MuhammadNadzar Abdul Muthallib
Previous Post

Tidur Qailulah: Sunnah Nabi dan Manfaatnya untuk Kesehatan

Next Post

Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 14: Iman kepada Malaikat

Ahmad Zahid Ali

Ahmad Zahid Ali

Khadim di Ponpes Miftahul Muhtadin Pati, Ketua 2 PP AMRI: Biro Pengembangan Pemikiran dan IPTEK, Senior Manajer Production Support di FMCG

Next Post
Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 14: Iman kepada Malaikat

Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 14: Iman kepada Malaikat

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id