Wonosobo – Dalam acara halal bihalal Ikatan Santri Rifa’iyah (ISR) Kabupaten Wonosobo, Kyai Asnal Matholib menjelaskan tentang karamah KH. Ahmad Rifa’i ketika sedang menuntut ilmu di Timur Tengah.
“Hadrotusyaikh KH. Ahmad Rifa’i ketika belajar di Arab menjadi bahan keheranan orang-orang, bukan hanya Indonesia, terkait karamah beliau,” Ujar Kyai Asnal Matholib.
KH. Ahmad Rifa’i, ulama yang gigih melakukan perlawanan kolonial melalui dakwah dan protes sosial sampai akhir hayatnya. Ia merupakan seorang ulama yang lahir di sebuah desa di Kendal, tepatnya di Desa Tempuran. Lebih jelasnya H. Ahmad Syadzirin Amin dalam bukunya Gerakan Syaikh Ahmad Rifa’i mengambil pendapat Drs. Slamet Siswadi menyebutkan, bahwa KH. Ahmad Rifa’i lahir pada hari Kamis tanggal 9 Muharram 1200 H, bertepatan tahun 1786 Masehi.
KH. Ahmad Rifa’i dilahirkan dari rahim seorang wanita bernama Siti Rahmah, buah cintanya dengan Raden KH. Muhammad Marhum. Jika melihat tahun kelahirannya, ia seangkatan dengan Pangeran Diponegoro (lahir 1785).
Kyai Asnal Matholib menceritakan bahwa ketika di Arab, KH. Ahmad Rifa’i bersama dengan KH. Nawawi al-Bantani, KH. Cholil Bangkalan Madura dan ulama lainnya dari tanah Jawa yang berjumlah 12 orang sedang makan bersama dengan ikan Belut.
Ketika sedang makan, banyak orang melihat dan merasa heran dengan apa yang dimakan oleh KH. Ahmad Rifa’i. Mereka berkata “Orang Indonesia pada rakus – rakus, ular saja dimakan.”
Setelah makan, KH. Ahmad Rifa’i memasukan tangannya kedalam pasir, dan keluar dengan menggenggam 2 ekor hewan, tangan kanan menggenggam seekor belut dan tangan kiri menggenggam seekor ular.
KH. Ahmad Rifa’i berkata kepada yang melihatnya, “Hewan yang dipegang di tangan kanan adalah belut, yang halal dimakan. Sedangkan tangan kanan adalah ular, hewan yang haram dimakan.”
Semua orang terus diam dan memuji karamah KH. Ahmad Rifa’i.(SR)
Penulis: Samsul Rozikin
Editor: Ahmad Zahid Ali