Apa itu Maulid Barzanji?
Maulid Barzanji adalah sebuah karya sastra keagamaan yang berisi doa, puji-pujian, dan kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad saw. Teks ini dilantunkan dengan irama yang indah, sehingga tidak hanya menjadi bacaan, tetapi juga tradisi keagamaan yang sarat makna.
Isi Maulid Barzanji mengisahkan silsilah Nabi Muhammad saw, masa kecil, remaja, hingga dewasa, pernikahan dengan Sayyidah Khadijah ra, diangkatnya beliau sebagai rasul, perjalanan dakwah, hingga wafatnya. Di dalamnya juga terdapat gambaran akhlak mulia Nabi serta peristiwa-peristiwa penting yang dijadikan teladan bagi umat Islam.
Kitab ini sebenarnya berjudul ‘Iqdul Jauhar fî Maulidin Nabiyyil Azhar (Kalung Permata dalam Maulid Nabi yang Bercahaya), namun lebih populer dengan sebutan Maulid Barzanji, dinisbatkan kepada penyusunnya.
Penyusun Maulid Barzanji
Penyusun kitab ini adalah Sayyid Ja’far bin Hasan bin ‘Abdul Karim al-Husaini al-Barzanji, seorang ulama besar keturunan Rasulullah saw melalui jalur Sayidina Husain ra. Beliau lahir di Madinah al-Munawwarah pada awal Dzulhijjah 1128 H/1716 M dan wafat pada 4 Sya’ban 1177 H/1763 M.
Sayyid Ja’far tumbuh dalam lingkungan ilmu. Sejak kecil ia menghafal Al-Qur’an 30 juz kepada Syaikh Ismail al-Yamani, mempelajari hadits, tafsir, fiqh, ushul fiqh, hingga tasawuf dari banyak ulama besar di Masjid Nabawi. Pada usia 31 tahun, beliau telah menjadi mufti mazhab Syafi’iyah di Madinah dan juga khatib di Masjid Nabawi.
Ulama sezamannya menggambarkan beliau sebagai sosok alim, zuhud, berakhlak mulia, pemurah, serta memiliki suara merdu. Karena kealiman dan keluasan ilmunya, banyak orang datang untuk meminta fatwa kepadanya.
Selain Maulid Barzanji, beliau menulis berbagai karya, di antaranya Mukhtashar Dlau-ul Wahhaj, al-Ghusnul Wardi, an-Nafhud Darriji, hingga al-Janid Dani fî Manâqibis Syekh Abdil Qadir al-Jîlâni.
Sejarah Munculnya Maulid Barzanji
Tradisi pembacaan maulid Nabi pertama kali dipopulerkan pada masa Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1174–1193 M). Saat itu umat Islam kehilangan semangat juang akibat serangan tentara salib. Salahuddin kemudian menyerukan agar peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw dijadikan momentum untuk menghidupkan kembali kecintaan umat kepada Rasulullah dan semangat jihad mereka.
Salah satu kegiatan penting yang digagas adalah sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian dengan bahasa yang indah. Sayyid Ja’far al-Barzanji menjadi pemenang utama dalam kompetisi tersebut, dan karyanya kemudian dikenal luas sebagai Maulid Barzanji.
Kitab ini disusun dengan gaya bahasa yang indah, menggabungkan prosa (natsar) dan puisi (nadzam). Secara garis besar, isinya mencakup:
- Silsilah keturunan Nabi Muhammad saw hingga ‘Adnan.
- Masa kecil dan tanda-tanda keistimewaan beliau.
- Perjalanan dagang ke Syam pada usia 12 tahun.
- Pernikahan dengan Sayyidah Khadijah ra pada usia 25 tahun.
- Pengangkatan menjadi Rasul pada usia 40 tahun.
- Dakwah Islam hingga wafat pada usia 62 tahun.
Dikisahkan pula peristiwa ajaib saat kelahiran Nabi, seperti istana Kisra yang runtuh, padamnya api sesembahan kaum Majusi, serta pohon-pohon yang sebelumnya tidak berbuah menjadi berbuah.
Keutamaan Maulid Barzanji
Syekh Nawawi al-Bantani menyebut Maulid Barzanji sebagai “sihir halal” (sihrul halâl), karena mampu menjadi sebab datangnya berbagai kebaikan. Membacanya dapat mendatangkan keberkahan, memudahkan urusan, menjauhkan dari penyakit, serta mengundang keridhaan Allah swt.
Dalam tradisi masyarakat Muslim, Maulid Barzanji dibacakan tidak hanya pada peringatan maulid Nabi, tetapi juga pada berbagai acara, seperti aqiqah, khitanan, pernikahan, haul, hingga doa bersama sebelum keberangkatan haji.
Cara Membaca Maulid Barzanji
Pembacaan Maulid Barzanji biasanya dilakukan dengan urutan tertentu:
1. Membaca surat Al-Fatihah yang dihadiahkan kepada Rasulullah saw dan penyusunnya.
2. Melantunkan shalawat, seperti:
اَلْجَنَّةُ وَنَعِيْمُهَا سَعْدٌ لِمَنْ يُصَلِّي *** وَيُسَلِّمُ وَيُبَارِكُ عَلَيه
“Surga dan segala kenikmatannya merupakan kebahagiaan bagi orang-orang yang bershalawat, mendoakan keselamatan, dan keberkahan untuk Nabi Muhammad saw.”
3. Di setiap pergantian bab, pembacaan ditutup dengan doa:
عَطِّرِ اللهم قَبْرَهُ الكَرِيْم، بِعَرْفٍ شَدِيٍ مِنْ صَلَاةٍ وَتَسْلِيمٍ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْه
“Ya Allah, limpahkanlah wewangian pada kuburnya yang mulia dengan wangian shalawat dan salam. Ya Allah, berilah shalawat, salam, dan keberkahan kepadanya.”
Penutup
Maulid Barzanji bukan hanya sekadar bacaan, melainkan juga tradisi yang menumbuhkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan melantunkannya, umat Islam tidak hanya mengenang perjalanan hidup Rasulullah, tetapi juga berharap mendapatkan keberkahan, keselamatan, dan syafa’at beliau di akhirat kelak.
Sumber
Penulis: Yusril Mahendra
Editor: Yusril Mahendra