JAKARTA – Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI) dihadapkan pada tantangan besar dalam memajukan pendidikan keagamaan Islam, khususnya di lingkungan pondok pesantren. Harapan besar kini dibebankan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis), terutama Ditjen yang membawahi pesantren, untuk tidak hanya mengurusi aspek administrasi dan kurikulum, tetapi juga mengembalikan kedalaman spiritual dan kualitas intelektual khas pesantren.
Merestorasi Metode Laduni: Ujian Otoritas Spiritual Pesantren
Salah satu sorotan utama Menag adalah kemampuan Ditjen Pesantren untuk “mengembalikan metode laduni” di pondok pesantren. Metode laduni merujuk pada ilmu atau pengetahuan yang diperoleh seorang santri bukan melalui pembelajaran formal biasa, melainkan melalui ilham atau karunia langsung dari Allah SWT, yang sering kali disalurkan melalui bimbingan spiritual mendalam dari kiai atau guru mursyid.
Tantangannya adalah, mampukah sistem pendidikan formal yang kini diatur oleh pemerintah memfasilitasi dan melindungi dimensi spiritual yang sangat pribadi dan tidak terukur ini?
“Pesantren tidak boleh kehilangan rohnya, yaitu kearifan spiritual dan hubungan batin antara guru dan santri. Tantangan ke depan Ditjen Pesantren, mampukah mengembalikan metode laduni?” ujar Menag Nasaruddin Umar dalam sambutannya pada Konferensi Pendidikan Pesantren di Hotel Bidakara, Jakarta (5/11/2025).
Upaya ini menuntut Ditjen Pesantren untuk memberikan otonomi yang lebih besar kepada pesantren dalam mempertahankan tradisi salaf dan metodologi pengajaran yang menekankan sanad keilmuan dan keberkahan ilmu.
Mencetak Darul Hikmah dan Alumni Berkarakter Unggul
Tantangan kedua yang tidak kalah krusial adalah kemampuan pondok pesantren dalam meneladani peran Darul Hikmah, pusat keilmuan besar di Baghdad.
Darul Hikmah adalah lembaga tempat berkumpulnya para pengarang Islam untuk merumuskan pengertian-pengertian umum ilmu pengetahuan dari buku-buku sebelum zaman Islam, terutama falsafat dan ilmu pengetahuan Yunani. Darul Hikmah berhasil melahirkan ulama, cendekiawan, dan pemimpin yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan spiritual (akhlak), intelektual (ilmu), dan sosial (kemaslahatan umat).
“Pesantren harus mampu mencetak alumni seperti alumni Darul Hikmah,” tegas Menag.
Penulis: Samsul Rozikin
Editor: Yusril Mahendra



Ahoy there! Anyone sailing the seas of ah77? Looks like a new spot to explore. Let’s see if it’s treasure or just another empty chest! ah77