Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Mewujudkan Pekalongan Sehat: Melawan Diabetes Bersama, Merawat Kiai Kita

Ahmad Saifullah by Ahmad Saifullah
August 17, 2025
in Kolom
0
Mewujudkan Pekalongan Sehat

Group of healthy food, the shoot includes protein, carbohydrates, good fats, fruits and vegetables.

0
SHARES
51
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Saudaraku di Pekalongan, kabar ini mungkin mengejutkan kita semua: tujuh dari sepuluh Kiai Rifaiyah tercinta di Pekalongan menghadapi tantangan diabetes. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan panggilan hati untuk kita semua.

Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis memang menjadi masalah kesehatan yang meningkat tajam di Pekalongan dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan dokumen International Journal of Public Health Science (IJPHS), berikut adalah data mengenai DM di masyarakat Pekalongan:

  • Dalam tiga tahun terakhir terjadi peningkatan tajam kasus DM pada usia produktif.
  • Total ditemukan 12.287 kasus DM usia produktif di Kabupaten Pekalongan, setara 2,2% dari penduduk usia ≥15 tahun.
  • Tiga wilayah dengan kasus tertinggi:
    • Wiradesa: 1.180 kasus
    • Tirto I: 1.176 kasus
    • Kedungwuni I: 1.112 kasus

Hal ini bukan hanya tentang angka, melainkan tentang orang-orang yang kita cintai, para pemimpin kita, dan masa depan kesehatan komunitas kita.

Mengenal “Si Gula Darah”: Lebih dari Sekadar Manis

Bayangkan tubuh kita seperti mesin canggih yang membutuhkan energi. Energi utama kita berasal dari glukosa, semacam gula sederhana yang diperoleh dari makanan. Glukosa mengalir dalam darah menuju sel-sel untuk menjadi bahan bakar.

Masalah muncul ketika kadar glukosa dalam darah melonjak terlalu tinggi dan terlalu sering. Inilah yang disebut “lonjakan glukosa”. Akibatnya, seperti kereta yang kelebihan muatan batu bara, sel-sel kita kewalahan. Glukosa berlebih ini dapat memicu masalah serius, antara lain:

  • “Sampah Beracun” (Stres Oksidatif): Lonjakan glukosa menyebabkan tubuh memproduksi radikal bebas, semacam sampah yang merusak sel-sel sehat. Hal ini bisa merusak DNA, mempercepat penuaan, serta meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan masalah ingatan. Fruktosa (gula buah dalam bentuk olahan, bukan buah utuh) bahkan lebih buruk efeknya.
  • “Perekatan” Sel (Glikasi dan Peradangan): Bayangkan gula seperti lem yang menempel pada protein dalam tubuh, merusak jaringan. Proses ini mirip “mencokelatkan roti”. Akibatnya, timbul peradangan di seluruh tubuh yang jika kronis, justru merusak organ secara perlahan.
  • Penumpukan Lemak: Pankreas melepaskan insulin untuk menyimpan glukosa berlebih. Awalnya disimpan sebagai cadangan energi di hati dan otot. Namun, jika berlebihan, glukosa akan diubah menjadi lemak dan disimpan di tubuh, termasuk lemak perut yang berbahaya. Fruktosa lebih cepat diubah menjadi lemak. Akumulasi insulin tinggi juga membuat kita lebih cepat lapar.

Singkatnya, lonjakan glukosa kronis dapat menyebabkan kelelahan, jerawat, masalah kulit, penuaan dini, penyakit jantung, hingga komplikasi diabetes yang sulit diatasi.

Pekalongan Bergerak: Tantangan dan Harapan

Di Pekalongan, upaya pencegahan dan pengendalian diabetes telah dilakukan melalui program skrining penyakit tidak menular di Posyandu, Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis), serta Posbindu PTM. Namun, tantangan masih ada: kesadaran masyarakat yang rendah, motivasi yang lemah, serta sistem pencatatan yang belum optimal.

Artinya, peran kita sebagai masyarakat sangat penting. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau tenaga kesehatan. Kita harus menjadi bagian dari solusi, terutama dalam mendukung tokoh masyarakat seperti para Kiai.

Peran Kita dalam Jamuan Makanan: Merawat Kiai dengan Cinta dan Ilmu

Para Kiai sering mendapat jamuan makanan dari masyarakat sebagai bentuk penghormatan. Namun, dengan banyaknya Kiai yang mengidap diabetes, kebiasaan ini perlu diubah dengan ilmu dan kepedulian. Berikut beberapa tips sederhana:

  • Utamakan sarapan gurih. Banyak orang terbiasa sarapan dengan makanan manis atau bertepung. Padahal, tubuh sangat sensitif terhadap glukosa di pagi hari. Sarapan manis memicu lonjakan gula darah tertinggi sepanjang hari. Sajikan sarapan kaya protein, lemak sehat, dan serat, seperti telur dengan sayuran, tahu, tempe, atau yogurt tawar dengan kacang-kacangan.
  • “Pakaian” untuk karbohidrat. Nasi, roti, atau mie sebaiknya tidak dimakan “telanjang”. Sajikan dengan sayuran (serat) dan lauk pauk (protein/lemak seperti ikan, ayam, tahu, tempe). Ini membantu memperlambat penyerapan glukosa.
  • Urutan makan yang bijak. Mulailah dengan sayuran (serat), lalu lauk pauk (protein dan lemak), dan terakhir makanan berkarbohidrat. Urutan ini bekerja seperti “rem” agar gula tidak langsung membanjiri darah.
  • Hindari camilan manis di antara waktu makan. Jika ingin menyajikan makanan manis, berikan sebagai hidangan penutup setelah makan besar, bukan di sela waktu makan. Ini memberi waktu bagi tubuh untuk “membersihkan diri” dan meminimalkan lonjakan gula yang tidak perlu.
  • Cuka sebelum makan manis. Jika ada hidangan manis atau bertepung, satu sendok makan cuka yang dilarutkan dalam segelas air dan diminum beberapa menit sebelumnya dapat membantu meredakan lonjakan glukosa dan insulin.
  • Gerak setelah makan. Setelah jamuan, ajak Kiai dan tamu untuk sedikit bergerak. Jalan kaki ringan 10–20 menit atau melakukan gerakan ringan dapat membantu otot menyerap glukosa. Gerak itu barakah, gerak itu sehat.

Selain itu, budaya jamuan makan besar di malam hari sebaiknya diubah. Lebih baik jamuan disajikan sebelum acara dimulai, sehingga pencernaan bekerja saat acara berlangsung. Menurut Journal of Clinical Gastroenterology, tidur segera setelah makan memperlambat proses pencernaan, memicu perut kembung, begah, serta risiko GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) atau asam lambung naik.

Dampak Tidur Setelah Makan

  • Asam Lambung Naik (GERD): Saat berbaring, gravitasi tidak lagi membantu menahan isi perut. Asam lambung mudah naik ke kerongkongan, menimbulkan heartburn, nyeri, dan kerusakan lapisan kerongkongan bila berulang.
  • Kenaikan Berat Badan: Kalori dari makanan yang tidak terbakar disimpan sebagai lemak. Jika sering tidur setelah makan, risiko obesitas meningkat.
  • Waktu yang Disarankan: Beri jeda 2–3 jam antara makan terakhir dengan tidur. Jika merasa lelah setelah makan, duduk tegak atau berjalan santai, jangan langsung berbaring.

Membangun Pekalongan yang Lebih Sehat

Peningkatan kasus diabetes di Pekalongan adalah tanggung jawab bersama. Selain perhatian pada jamuan makanan, mari kita galakkan:

  • Peningkatan kesadaran: Edukasi berkelanjutan tentang pentingnya skrining, olahraga, berhenti merokok, konsumsi makanan berserat, dan pembatasan gula.
  • Partisipasi aktif: Ajak keluarga dan tetangga untuk terlibat dalam program kesehatan seperti Posyandu dan Posbindu PTM.
  • Dukungan untuk Kiai dan tokoh masyarakat: Dengan memahami ilmu kesehatan, kita dapat memberikan dukungan nyata melalui pola makan sehat, gerakan olahraga, dan kegiatan kebersihan, sehingga para Kiai tetap bugar dalam membimbing umat.

Masa depan kesehatan ada di tangan kita. Dengan kepedulian, ilmu, dan tindakan nyata, kita bisa menciptakan lingkungan sehat bagi semua, menjaga Kiai tetap sehat, dan menjadikan Rifaiyah contoh komunitas tangguh dan sejahtera. Mari wujudkan Pekalongan sehat bersama-sama!

Baca Juga: Rifa‘iyah: Menjaga Ruh Organik dalam Jasad Organisasi

Referensi

Setyo Sri Rahardjo, Prevention and Control of Diabetes Mellitus Complications in Productive Population in Rural, International Journal of Public Health Science (IJPHS), 2024.

Jessie Inchauspé, Revolusi Glukosa, Bentang Pustaka.


Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra

Tags: Diabetes MellitusHidup sehatKesehatanPekalongan sehatPola makan sehat
Previous Post

Menikah dalam Cahaya Ilmu: Pesan KH. Ahmad Rifa’i & Gus Baha

Next Post

AMRI Demak Kukuhkan Pengurus Ranting Surodadi Periode Baru 2025

Ahmad Saifullah

Ahmad Saifullah

Jurnalis Freelance

Next Post
AMRI Demak Kukuhkan Pengurus Ranting Surodadi Periode Baru 2025

AMRI Demak Kukuhkan Pengurus Ranting Surodadi Periode Baru 2025

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id