الْـحَمْدُ لِلَّهِ وَشُكْرٌ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Putra-putri warga Rifa’iyah, ayo mondok di Pesantren Rifa’iyah dengan tujuan:
Pertama, agar memiliki sanad yang tersambung dengan guru alim, adil, dan sah di-i‘timad, yaitu KH. Ahmad Rifa’i Kalisalak. Karena sanad ilmu merupakan bagian dari agama:
قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ الْمُبَارَكِ: إِنَّ الإِسْنَادَ مِنَ الدِّيْنِ، وَلَوْلَا الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ
Artinya: Bersanad adalah bagian dari agama Islam. Seandainya tidak bersanad, maka siapa saja akan berbicara semaunya.
Murid-murid supaya mempunyai sanad yang sah dan tersambung dengan KH. Ahmad Rifa’i, yakni harus belajar dari guru, gurunya dari gurunya lagi, dan seterusnya hingga tersambung dengan KH. Ahmad Rifa’i.
Sanad ilmu fikih KH. Ahmad Rifa’i (w. 1286 H) tersambung dengan Syekh Ibrahim al-Bajuri (w. 1276 H), dari gurunya bernama Imam asy-Syarqawi (w. 1227 H), dari guru-gurunya terus hingga Imam Ata’ bin Abi Rabah (tabi‘in), dan dari Abdullah ibn ‘Abbas ra (sahabat), dari Nabi Muḥammad saw.
Sanad ilmu tasawuf KH. Ahmad Rifa’i tersambung dengan Syaikhul A‘dham Ahmad ‘Utsman al-Makki, dari guru-gurunya hingga tersambung dengan Syekh Abul Hasan Ali bin Musa ar-Rida, dari Imam Musa al-Kazim, dari Imam Ja‘far as-Sadiq, dari Imam Muhammad al-Baqir, dari Imam Ali Zainal Abidin, dari Imam Husain bin Ali, dari Imam Ali bin Abi Talib, dari Junjungan Nabi Muhammad saw.
Nasab KH. Ahmad Rifa’i bin Kiai Muhammad bin Kiai Abu Sudja’ terus tersambung hingga Raden Umar Sa’id (Sunan Muria) bin Raden Mas Sa’id (Sunan Kalijaga), terus ke atas hingga tersambung dengan Abdul Asyhar bin Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib.
Tujuan kedua, agar dapat melestarikan ajaran KH. Ahmad Rifa’i yang tertuang dalam kitab-kitab Tarajumah.
Tujuan ketiga, agar terbentuk komunitas santri yang memiliki tradisi dan budaya keislaman yang khas, seperti diwariskan oleh KH. Ahmad Rifa’i dan para masyayikh Rifa’iyah.
Tujuan keempat, mengkader generasi khaira ummah yang unggul dan bermartabat, cerdas dan ikhlas, berani dan tangguh dalam menjalankan amar ma‘ruf nahy munkar.
Tujuan kelima, mempersiapkan generasi yang siap menyongsong Indonesia maju pada tahun 2045.
Kegiatan Belajar di Pesantren Rifa’iyah:
- Belajar Al-Qur’an: tartil dan tahfidz
- Belajar ilmu agama Islam (tafaqquh fi ad-din)
- Belajar kitab-kitab Tarajumah
- Belajar kitab kuning
- Belajar di sekolah/madrasah
- Belajar bahasa: Arab dan Inggris
- Belajar khitabah
Pembinaan Karakter:
Zuhud, karakter santri menjauhi kehidupan dunia yang haram dan penuh syubhat.
Qana’ah, karakter santri menerima panduman, hatinya tenang meskipun menghadapi kehidupan yang sangat sederhana.
Sabar, karakter santri tahan menjalankan perintah dan meninggalkan larangan serta menghadapi berbagai cobaan.
Tawakal, karakter santri pasrah pada keputusan Allah Swt. atas segala kerja dan usaha sebagai ikhtiar yang telah dijalankan, baik dalam upaya mencapai kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akhirat.
Mujahadah, karakter santri tetap semangat dalam perjuangan menegakkan Islam dan melawan hawa nafsu yang menyesatkan, meskipun menghadapi berbagai rintangan.
Rida, karakter santri merasa senang hati menerima karunia Allah Swt., baik berupa rezeki maupun lainnya.
Syukur, karakter santri merasa senang hati atas segala karunia yang Allah berikan, terutama berupa iman dan Islam yang tak ternilai harganya, dan selalu menjalankan perintah untuk mencapai ridha-Nya.
Ikhlas, karakter santri membersihkan diri dari segala bentuk kemusyrikan dan kemunafikan, sehingga amal-amalnya hanya ditujukan kepada Allah Swt. semata.
Mandiri, karakter santri hidup tidak mau bergantung pada orang lain.
Sederhana, karakter santri menjalani hidup sederhana meskipun rezekinya melimpah.
Taat, karakter santri setia menjalankan perintah dan meninggalkan larangan, baik perintah dan larangan dari Allah Swt. maupun dari pondok.
Disiplin, karakter santri bangun tepat waktu, sekolah tepat waktu, mengaji tepat waktu, menghafal sesuai target, dan belajar sesuai jadwal.
Berani, karakter santri berani mengemukakan pendapat, tidak minder, dan berani melakukan tindakan karena benar.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang menyiapkan generasi bangsa yang unggul, cerdas, terampil, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab.
Ayo mondok di Pesantren Rifa’iyah, dan ayo daftar mulai sekarang!
Dr. KH. Mukhlisin Muzarie, M. Ag, Ketua Umum Pimpinan Pusat Rifa’iyah
Penulis: Dr. KH. Mukhlisin Muzarie, M. Ag.
Editor: Yusril Mahendra