Rukun iman ketiga ialah iman kepada kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada para nabi dan rasul, semenjak nabi pertama yaitu Nabi Adam hingga nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad saw.

Kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah Swt. seluruhnya berjumlah 104 kitab dengan rincian sebagai berikut:
- Nabi Adam: 10 kitab
- Nabi Syits: 50 kitab (suhuf)
- Nabi Idris: 30 kitab (suhuf)
- Nabi Ibrahim: 10 kitab (suhuf)
- Nabi Dawud: 1 kitab, yaitu Zabur
- Nabi Musa: 1 kitab, yaitu Taurat
- Nabi Isa: 1 kitab, yaitu Injil
- Nabi Muhammad: 1 kitab, yaitu Al-Qur’an
Dalam sebuah hadis riwayat Abu Dzarr Al-Ghifari diterangkan sebagai berikut:
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ الْغِفَارِيْ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، كَمْ كِتَابٍ أَنْزَلَ اللهُ؟ قَالَ: مائة كتاب وأربعة كتبٍ، أنزل على شيث خمسين صحيفةً، وأنزل على أخنوخ ثلاثين صحيفةً، وأنزل على إبراهيم عليه السلام عشر صحائف، وأنزل التوراة، والإنجيل، والزبور، والفرقان
Hadis ini menerangkan bahwa Allah telah menurunkan seratus kitab kepada para nabi dan rasul, ditambah empat kitab besar, yaitu Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dalam hadis disebutkan bahwa tiga puluh kitab diturunkan kepada Ukhnukh. KH. Ahmad Rifa’i menerangkan bahwa yang dimaksud Ukhnukh adalah Nabi Idris, karena kemungkinan Ukhnukh adalah nama lain dari Nabi Idris.
Iman kepada kitabullah bersifat fundamental karena merupakan kepercayaan terhadap ajaran agama yang telah diturunkan oleh Allah Swt. kepada umat manusia melalui para nabi dan rasul. Orang-orang yang tidak percaya atau ragu-ragu terhadap apa yang telah diturunkan oleh Allah, baik sebagian maupun seluruhnya, menjadi kafir. Allah Swt. menurunkan kitab-kitab-Nya agar dijadikan pedoman oleh manusia dalam menjalankan ibadah kepada-Nya dan agar memperoleh keberuntungan. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2): 4–5:
وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْـَٔاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
أُو۟لَـٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدًۭى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“dan mereka beriman kepada (Al-Qur`an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Adapun mengenai iman kepada Al-Qur’an, antara lain diterangkan dalam QS. Shad (38): 29 sebagai berikut:

“Kitab (Al-Qur`an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.”
Dalam Tafsir Jalalain, kata وَلِيَتَذَكَّرَ ditafsirkan sebagai وليغتظ yang artinya menerima nasihat atau pelajaran.

Orang-orang yang ragu terhadap sebagian kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul menjadi kafir. Demikian pula, orang-orang yang membenci atau tidak setuju dengan salah satu hal yang telah menjadi ijma’ atau telah diketahui secara pasti dalam agama (ma‘lūm dharūri), hukumnya kafir.

Untuk mendapatkan sahnya iman dan hidup yang lebih sentosa, setiap orang harus berusaha mengetahui macam-macam dosa yang menyebabkan pelakunya menjadi kufur serta perkara-perkara penting lainnya dalam agama.
Sebab, orang yang ingin sah imannya dan ibadahnya harus mempelajari ilmu syariat. Mempelajari ilmu syariat harus didahulukan daripada mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Allah berfirman dalam QS. Al-Isra’ (17): 82:

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur`an itu) hanya akan menambah kerugian.”
Tentang makna syifā’ (penawar) dalam Tafsir Al-Qurtubi disebutkan:
“Para ulama berbeda pendapat mengenai makna Al-Qur’an sebagai obat. Pertama, bahwa Al-Qur’an adalah obat bagi hati dengan menghilangkan kebodohan dan keraguan, membuka tabir hati agar memahami mukjizat dan tanda kebesaran Allah Swt. Kedua, bahwa Al-Qur’an adalah obat bagi penyakit jasmani melalui ruqyah, doa, dan bacaan ta‘awudz.
Diriwayatkan oleh Abu Sa‘id Al-Khudri bahwa Rasulullah ﷺ pernah mengutus mereka dalam sebuah pasukan yang berjumlah tiga puluh orang. Mereka singgah di suatu kaum Arab dan meminta jamuan, tetapi ditolak. Lalu pemimpin kaum tersebut tersengat kalajengking. Mereka datang dan berkata, “Adakah di antara kalian yang bisa meruqyah?” Abu Sa‘id menjawab, “Ya, tapi kami tidak akan melakukannya hingga kalian memberi imbalan.” Mereka setuju memberi tiga puluh ekor kambing. Lalu Abu Sa‘id membaca Alhamdulillahirabbil ‘alamin (surat Al-Fatihah) tujuh kali, dan orang itu pun sembuh.”
Dalam hadis lain, Nabi bersabda:
مَنْ لَمْ يَسْتَشْفِ بِالْقُرْآنِ فَلَا شَفَاهُ اللهُ
“Barang siapa yang tidak berobat dengan Al-Qur’an, maka Allah tidak akan menyembuhkannya.”
Baca sebelumnya: Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 14: Iman kepada Malaikat
Penyusun: KH. Muhammad Toha, KH. Muhammad Abidun, Lc, KH. Sodikin, M.Pd.I, KH. Ahmad Rifa’i
Editor: Yusril Mahendra
Sumber: Metode Pengajaran Kitab Tarajumah (Ri’ayah al-Himmah)
Penerbit: UMRI Kab. Pati



