Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Nadhom

Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 9: Pokok-pokok Ajaran Iman

Tim Redaksi by Tim Redaksi
July 9, 2025
in Nadhom
0
Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 9: Pokok-pokok Ajaran Iman
0
SHARES
68
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Artikel ini merupakan bagian kesembilan dari seri penjelasan Kitab Ri’āyah al-Himmah karya KH. Ahmad Rifa’i. Pada bagian ini, dibahas secara mendalam pokok-pokok ajaran iman, mulai dari syarat sahnya iman, tingkatan orang beriman, pentingnya mengamalkan Islam secara kaffah, hingga hal-hal yang dapat merusak keimanan menurut pandangan beliau.

Pokok-Pokok Ajaran Iman

  • Orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat tetapi tidak meyakininya dalam hati, maka ia adalah orang munafik.
  • Orang yang meyakini makna syahadat dan telah mengucapkannya dengan lisan, tetapi tidak taslim (tidak tunduk) terhadap salah satu hukum syara’ yang zhahir (ijma’ ma’lum dharuri) setelah diberikan hujjah kepadanya dan ia tetap ingkar, maka ia adalah iblis, termasuk golongan kafir.

Di dalam Qur’an Surat al-Hujurat ayat 15, Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”

Wahbah Az-Zuhaily menerangkan di dalam kitabnya, Al-Tafsir Al-Munir sebagai berikut:

نزلت في أعراب من بني أسد بن خزيمة قدموا على رسول الله – صلى الله عليه وسلم – في سنة جدبة وأظهروا الشهادتين ولم يكونوا مؤمنين في السر
وأفسدوا طرق المدينة بالعذرات وأغلوا أسعارها ، وكانوا يقولون لرسول الله – صلى الله عليه وسلم – : أتيناك بالأثقال والعيال ولم نقاتلك كما قاتلك بنو فلان فأعطنا من الصدقة ، وجعلوا يمنون عليه فأنزل الله تعالى فيهم هذه الآية

Ayat ini diturunkan bersamaan dengan ayat sebelumnya (Al-Hujurat [49]:14) ketika sekelompok orang dari Bani Asad bin Khuzaimah datang ke Madinah pada masa paceklik. Mereka menampakkan syahadat, sementara hati mereka tidak beriman. Mereka berkata kepada Rasulullah SAW:

“Kami datang membawa keluarga dan harta. Kami tidak memerangimu seperti yang dilakukan oleh Bani Fulan, maka berikanlah bagian dari sedekah kepada kami.”

Mereka menyebut-nyebut keislaman mereka kepada Nabi, lalu Allah menurunkan ayat ini sebagai teguran:

عن أبي سعيد ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : المؤمنون في الدنيا على ثلاثة أجزاء : الذين آمنوا بالله ورسوله ، ثم لم يرتابوا ، وجاهدوا بأموالهم وأنفسهم في سبيل الله ، والذي يأمنه الناس على أموالهم وأنفسهم ، ثم الذي إذا أشرف على طمع ، تركه لله عز وجل

“Dari Abu Sa’id Al-Khudri RA, Nabi SAW bersabda: Orang-orang mukmin di dunia terbagi menjadi tiga golongan:

  1. Orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah;
  2. Orang yang membuat orang lain merasa aman atas harta dan jiwanya;
  3. Orang yang ketika mendekati hawa nafsunya, ia tinggalkan karena Allah SWT.”

Di dalam Qur’an Surat Fathir ayat 32, Allah menernangkan tiga macam orang yang beriman sebagai berikut:

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang berlomba dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar. (Bagi mereka) surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya.”

Penafsiran:

  • Orang yang menzalimi diri sendiri: lebih banyak kesalahan daripada kebaikannya.
  • Orang pertengahan: kebaikan dan kesalahannya seimbang.
  • Orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan (as-sabiq bil-khairat): banyak kebaikan dan sedikit kesalahan.

Menurut Ibnu Katsir, pembagian mukmin menjadi tiga tingkatan:

  1. Orang yang menzalimi diri: suka meninggalkan sebagian kewajiban dan melakukan hal-hal haram.
  2. Orang pertengahan: mengerjakan kewajiban dan sunah, serta meninggalkan yang haram dan makruh.
  3. Orang yang mendahului dalam kebaikan: melakukan kewajiban dan sunah, serta menjauhi yang haram, makruh, dan sebagian perkara mubah.

Menurut Ibnu Abbas RA:

  • As-sabiq bil-khairat: masuk surga tanpa hisab.
  • Al-muqtashid: masuk surga dengan rahmat Allah.
  • Adz-dzalim linafsihi: masuk surga dengan syafaat Rasulullah SAW.

Islam Kaffah

KH. Ahmad Rifa’i mengajak mukallaf mengamalkan Islam secara utuh, mengutip QS Al-Baqarah [2]: 208:

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”

Asbabun Nuzul

Ayat ini turun berkaitan dengan sekelompok orang Yahudi seperti Abdullah bin Salam dan Ts’labah, Asad bin Ubaid, yang telah masuk Islam namun meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk tetap menghormati hari Sabat dan mengamalkan Taurat pada malam hari. Allah SWT kemudian menurunkan ayat ini untuk memerintahkan mereka agar hanya mengamalkan syariat Islam.

Makna Ayat

Allah SWT memerintahkan orang-orang mukmin agar masuk Islam secara menyeluruh, menetapi semua ajaran, hukum, dan adab-adabnya, serta mengamalkan semua perintah dan larangan-Nya. Mereka tidak boleh mengimani sebagian isi kitab dan mengingkari sebagian lainnya sebagaimana dilakukan oleh kaum Yahudi.

Menurut KH. Ahmad Rifa’i, makna “mengikuti langkah-langkah setan” adalah membenarkan sebagian hukum Islam yang dianggap bermanfaat secara duniawi dan menolak sebagian lainnya. Maka dari itu, Islam kaffah menurut beliau adalah meyakini dan mengamalkan Islam secara menyeluruh tanpa memilah-milih sesuai keinginan atau kebiasaan masyarakat.

Contohnya, Abdullah bin Salam dan teman-temannya dari kalangan Yahudi ingin mempertahankan simbol-simbol Yahudi seperti hari Sabat dan Taurat. Keinginan tersebut ditolak tegas oleh Allah melalui ayat ini.

Sebagian orang berpendapat bahwa hukum Islam tidak dapat diterapkan sepenuhnya di tanah Jawa karena adanya aturan lokal. Mereka beranggapan bahwa Islam kaffah hanya mungkin diterapkan di tanah Arab. Menurut KH. Ahmad Rifa’i, anggapan ini bertentangan dengan QS Al-Baqarah: 208 dan tergolong kekufuran.

Beliau mengkritik keras hal ini dalam Kitab Abyanal Hawaii, Juz 3. Dalam pengamatannya, terdapat ulama atau guru ngaji yang beribadah berdasarkan tradisi, bukan ilmu. Banyak pula ucapan, mantra, atau jampi yang menyimpang dari syariat. Jika setelah dijelaskan berdasarkan Al-Qur’an, hadis, atau pendapat ulama, mereka tetap menolak, meremehkan, atau menghina, maka mereka termasuk orang kafir.

Hal-Hal yang Merusak Iman

KH. Ahmad Rifa’i menjelaskan bahwa hal-hal yang membatalkan iman ada dua:

  1. Ragu terhadap sebagian ajaran Islam.
  2. Benci, tidak suka, atau merasa tidak cocok terhadap sebagian ajaran Islam yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.

Orang yang batal imannya dan meninggal dunia tanpa membawa iman dipastikan masuk neraka selama-lamanya. Sebaliknya, orang yang meninggal dunia dengan membawa iman yang sah, pasti masuk surga.

Allah berfirman di dalam Qur’an Surat At-Taubat ayat 72:

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَـٰتِ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا وَمَسَـٰكِنَ طَيِّبَةًۭ فِى جَنَّـٰتِ عَدْنٍۢ ۚ وَرِضْوَٰنٌۭ مِّنَ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di surga ‘Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung.”

Adapun anak-anak di bawah umur, orang gila, dan orang yang terasing—yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan ajaran Islam, atau buta dan tuli sejak lahir (ghairu mukallaf)—tetap masuk surga meskipun tidak memiliki iman dalam hati. Mereka termasuk golongan seperti orang yang meninggal di zaman fatrah (masa antara dua nabi atau masa belum sampai dakwah).

Mukallaf adalah orang yang berakal, baligh, dan telah sampai kepadanya dakwah Rasulullah SAW.

KH. Ahmad Rifa’i menyatakan bahwa iman adalah sumber kebahagiaan. Beliau mengutip qaul ulama sebagai berikut:

Selanjutnya beliau memberikan peringatan agar setiap orang yang beriman menjaga keimanannya secara hati-hati dengan ungkapan:

Banyak orang awam terjatuh dalam kemunafikan atau kekufuran tanpa sadar, seperti orang yang bodoh dan melakukan salat yang sia-sia karena tidak memenuhi syarat dan rukun salat. Orang munafik dan orang bodoh yang tidak mau belajar agama dipandang sama dalam menjalankan ibadah; keduanya merasa benar dan tidak merasa bersalah, padahal salatnya tidak sah. Yang satu ibadahnya pura-pura, sedangkan yang lain salat tanpa pengetahuan.

Baca sebelumnya: Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 8: Syarat Sah Iman


Penyusun: KH. Muhammad Toha, KH. Muhammad Abidun, Lc, KH. Sodikin, M.Pd.I, KH. Ahmad Rifa’i
Editor: Yusril Mahendra

Sumber: Metode Pengajaran Kitab Tarajumah (Ri’ayah al-Himmah).
Penerbit: UMRI Kab. Pati

Tags: imanislamKH. Ahmad RifaiRiayatal Himmah
Previous Post

Menyelami Samudra Ilmu dan Makrifat: Jalan Akal Menuju Cahaya Hati

Next Post

PD Rifa’iyah Kabupaten Pekalongan Gandeng DPRD Jateng untuk Beasiswa Kedokteran Kader Muda

Tim Redaksi

Tim Redaksi

Next Post
PD Rifa’iyah Kabupaten Pekalongan Gandeng DPRD Jateng untuk Beasiswa Kedokteran Kader Muda

PD Rifa'iyah Kabupaten Pekalongan Gandeng DPRD Jateng untuk Beasiswa Kedokteran Kader Muda

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id