Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Nadhom

Penjelasan Kitab Tasyrihatal Muhtaj 17: Fiqih Rahn

Naufal Al Nabai by Naufal Al Nabai
September 28, 2025
in Nadhom
0
Fiqih Rahn
0
SHARES
74
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Pendahuluan

Pada artikel sebelumnya telah dibahas mengenai hakikat gadai (rahn) dalam syariat Islam, yakni suatu akad yang dibolehkan sebagai bentuk jaminan hutang, di mana barang yang sah diperjualbelikan juga sah dijadikan sebagai barang gadai. Pembahasan tersebut menegaskan bahwa praktik gadai memiliki dasar hukum yang kuat dalam fiqih muamalah serta menjadi salah satu sarana menjaga kepercayaan antara pihak yang berhutang dan pihak yang menghutangi.

Melanjutkan kajian tersebut, pada artikel ini akan dibahas beberapa permasalahan praktis yang sering terjadi dalam akad gadai, seperti bagaimana hukum apabila barang gadaian hilang, bagaimana jika terjadi perbedaan pengakuan antara penggadai dan penerima gadai, serta hukum menetapkan syarat jaminan dalam hutang. Selain itu, juga akan dijelaskan ketentuan mengenai tambahan dalam pelunasan hutang: apakah hal tersebut termasuk riba atau justru dibolehkan. Semua pembahasan ini bersumber dari penjelasan para ulama fiqih, termasuk pendapat KH. Ahmad Rifa’i dalam kitab Tasrihatul Muhtaj, serta diperkuat dengan keterangan Imam an-Nawawi dalam al-Majmū‘ Syarḥ al-Muhadzdzab.

Barang Gadaian yang Hilang

Apabila penerima gadai (murtahin) mengaku bahwa barang gadaian tersebut hilang tanpa menyebutkan sebab atau alasan, maka pengakuannya dapat dibenarkan secara syar’i dengan syarat ia bersumpah.

Namun, jika ia menyebutkan sebab atau alasan hilangnya barang gadaian, maka tidak cukup dengan sumpah saja. Ia harus menghadirkan bayyinah (bukti atau saksi) agar pengakuannya dapat diterima.

Pengakuan Telah Mengembalikan Barang Gadaian

Jika penerima gadai mengaku sudah mengembalikan barang gadaian, sementara pihak yang menggadaikan (rahin) tidak merasa menerimanya, maka penerima gadai wajib mendatangkan bayyinah (saksi atau bukti kuat). Tanpa itu, pengakuannya tidak dapat dibenarkan.

Syarat Gadai dalam Hutang

Tidak dianggap salah dan tidak termasuk perbuatan tercela dalam fiqih jika pemberi hutang (muqridh) mensyaratkan adanya jaminan berupa barang gadaian, penanggung hutang, atau dua orang saksi.

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh KH. Ahmad Rifa’i dalam Tasrihatul Muhtaj, bahwa syarat tersebut sah dan dibenarkan syara’.

Syarat ini bukan termasuk tambahan manfaat yang diharamkan seperti dalam bab riba, melainkan merupakan bentuk jaminan kepercayaan dalam akad hutang.

Tambahan dalam Pelunasan Hutang

Jika seseorang yang berhutang terbiasa melunasi dengan jumlah lebih dari yang ia pinjam tanpa ada permintaan dari pemberi hutang, maka tambahan tersebut boleh dimanfaatkan oleh pemberi hutang.

Hal ini tidak termasuk dalam kategori riba, karena kelebihan tersebut timbul dari kerelaan pihak yang berhutang, bukan sebagai syarat atau paksaan dalam akad.

Penutup

Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa fiqih Islam sangat memperhatikan keadilan dan kejelasan dalam setiap akad muamalah. Barang gadaian yang hilang harus diselesaikan dengan sumpah atau bukti sesuai kondisinya, perbedaan pengakuan antara penggadai dan penerima gadai wajib diselesaikan dengan bayyinah, dan mensyaratkan jaminan dalam hutang bukanlah riba melainkan bentuk kehati-hatian. Sementara itu, tambahan pelunasan yang diberikan secara sukarela oleh pihak yang berhutang justru dianggap sebagai kebaikan dan boleh dimanfaatkan oleh pemberi hutang.

Dengan demikian, syariat Islam tidak hanya mengatur hukum pokok dari gadai dan hutang, tetapi juga memberikan solusi praktis terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul di dalamnya, agar tercipta keadilan, kejelasan, dan saling ridha antara pihak-pihak yang berakad.

المجموع شرح المهذب صفحة 468 جزء 9
فرع ) قد ذكرنا أنه يصح البيع بشرط الرهن والكفيل والإشهاد ، فيصح البيع بشرط أن يرهن المشترى بالثمن ، أو يقيم كفيلا به ، أو يشهد عليه سواء كان الثمن حالا أو مؤجلا ، ويجوز أيضا أن يشترط المشتري على البائع كفيلا بالعهدة ، ويشترط تعيين الرهن والكفيل ، والمعتبر في الرهن المشاهدة أو الوصف بصفة المسلم فيه وفي الكفيل المشاهدة أو المعرفة بالاسم والنسب ، ولا يكفي الوصف ، كقوله : رجل موسر ثقة ، هكذا ذكره الأصحاب ونص عليه ونقله الرافعي عنهم ثم قال : ولو قال قائل : الاكتفاء بالوصف أولى من الاكتفاء بمشاهدة من لا يعرف لم يكن مبعدا ، وقالابن كج : لا يشترط تعيين الكفيل ، فإذا أطلق أقام من شاء كفيلا وهذا شاذ مردود لأن الغرض يختلف به اختلافا ظاهرا ، ولا يشترط تعيين الشهود على أصح الوجهين ، وادعى إمام الحرمين أنه لا يشترط قطعا ، وجعل الخلاف في أنه لو عين شهودا هل يتعينون ؟ ولا يشترط كون المرهون عند المرتهن ، أو عند عدل على أصح الوجهين بل إن اتفقا على يد المرتهن ، أو عدل ، وإلا جعله الحاكم في يد عدل ( والثاني ) يشترط ليقطع النزاع ، فلو لم يرهن المشتري ما شرطه ، أو لم يشهد ، أو لم يقم كفيلا أو لم يتكفل الذي عينه لم يجبر على شيء من ذلك بل للبائع الخيار في فسخ البيع ولا يقوم رهن آخر ولا كفيل آخر مقام المعين ، فإن فسخ فذاك ، وإن أجاز لزم البيع ، ولا خيار للمشتري . ولو عين شاهدين فامتنعا من التحمل – فإن قلنا : يشترط تعيينهما – فللبائع الخيار وإلا فلا

Sumber:

  1. Tasrihatul Muhtaj
  2. Al-Majmū‘ Syarḥ al-Muhadzdzab

Baca sebelumnya: Penjelasan Kitab Tasyrihatal Muhtaj 16: Hukum Gadai dalam Fikih


Penulis: Naufal Al Nabai
Editor: Yusril Mahendra

Tags: Fiqihhukum gadaimuamalahrahnTasyrihatal Muhtaj
Previous Post

Besek Akherat di Sluku Batok

Next Post

Cerbung: Bayangan Anggaran (Episode 3)

Naufal Al Nabai

Naufal Al Nabai

Alumni PP Tanbiihul Ghoofiliin Sambek Wonosobo.

Next Post
Bayangan Anggaran

Cerbung: Bayangan Anggaran (Episode 3)

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id