Setelah sebelumnya dibahas mengenai syarat sah penjual dan pembeli dalam akad jual beli, kini kita lanjutkan pembahasan dari KH. Ahmad Rifa’i tentang syarat sah barang (mabi’) yang diperjualbelikan. Dalam penjelasan beliau, disebutkan bahwa barang yang dijual harus memenuhi lima syarat utama.
Perlu dicatat bahwa KH. Ahmad Rifa’i tidak menyebutkan secara eksplisit perkara harga (tsaman) dalam syarat ini, karena menurut beliau, terkadang ketika dikatakan mabi’ (barang yang dijual), yang dimaksud sudah mencakup ma’qud ‘alaih (yaitu barang dan harga secara keseluruhan)¹.
- Suci
Syarat pertama adalah suci, sebagaimana syarat suci dalam perkara ibadah. Kesucian ini bisa berarti:
- Suci secara dzatiyah (zat barangnya memang suci)
- Mutanajis, yaitu suci namun terkena najis
Untuk barang yang mutanajis, masih sah jika bisa disucikan (misalnya telur ayam atau telur burung yang terkena najis). Namun, tidak sah menjual:
- Barang yang najis secara zat (seperti kotoran hewan)
- Barang yang terkena najis dan tidak bisa disucikan
Kemudian, hukum terkait juga akan dirinci berdasarkan bentuk barang, apakah cair atau padat.
Barang Cair
Misalnya seperti obat tanaman dari air kencing hewan:
- Tidak sah menurut pendapat yang ashah
- Sah menurut pendapat yang muqābil ashah²
Barang Padat
Misalnya seperti pupuk kandang:
- Mayoritas ulama Syafi’iyah menyatakan tidak sah
Namun tetap ada solusi, mengingat kebutuhan masyarakat:
- Mengikuti pendapat Hanafiyah³
- Menggunakan konsep naql yad (pemindahan kepemilikan secara adat kebiasaan)⁴
- Bermanfaat
Barang yang dijual harus memiliki kemanfaatan, baik secara syar’i maupun ‘urf (kebiasaan umum masyarakat). Karena setiap barang pasti ada manfaatnya, namun yang dinilai adalah manfaat yang dianggap syar’i⁵.
Jika barang tersebut tidak ada manfaat sama sekali, maka tidak sah dijual.
Tidak ada manfaat ditimbang dari dua aspek:
- Karena sangat sedikit, seperti menjual dua butir beras
- Karena hina, seperti menjual serangga tak berguna⁶
KH. Ahmad Rifa’i bahkan menyebut bahwa alat musik, meskipun dalam bentuk rongsokan, tetap tidak boleh diperjualbelikan karena tidak memiliki manfaat syar’i dan bahkan dihukumi haram.
- Mampu untuk Menyerahkan
Syarat ini lebih berkaitan dengan pelaku (penjual dan pembeli), namun tetap berhubungan dengan barang. Artinya, masing-masing pihak harus mampu menyerahkan barang dan harga secara seimbang.
Penyerahan bisa dilakukan:
- Secara langsung
- Melalui perantara (wakil)
Jika salah satu pihak tidak mampu menyerahkan, maka tidak sah, karena bisa menimbulkan unsur riba, terutama jika terjadi penundaan dari satu pihak.
Contoh yang tidak sah:
- Menjual hewan peliharaan yang sedang kabur
- Menjual barang hasil ghasaban (diperoleh tanpa hak)
- Kepemilikan yang Sah
Barang yang diperjualbelikan harus milik sendiri secara penuh, atau penjual adalah orang yang memiliki otoritas syar’i untuk menjual, seperti:
- Wali
- Wakil
- Orang yang diberi hak oleh hukum (misalnya wali bagi orang gila atau anak kecil)
Termasuk kepemilikan yang sah: seorang ahli waris menjual harta orang tuanya karena menyangka orang tuanya masih hidup, dan ternyata sudah meninggal. Maka akad yang seperti ini tetap sah, karena hak milik telah berpindah secara hukum⁷.
Sebaliknya, tidak sah menjual:
- Barang yang belum dibayar lunas
- Barang yang bukan milik sendiri, kecuali dengan izin atau kuasa
- Barangnya Jelas
Barang yang dijual harus ma’lūm (diketahui dan jelas) oleh kedua pihak. Jelas dalam hal:
- Bentuk
- Ukuran
- Kadar
- Timbangan
Karena jika tidak jelas, akan menimbulkan perselisihan dan permusuhan, dan ini bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.
Catatan Penutup: Bagaimana dengan Pulsa, Aplikasi, Follower?
Lalu, bagaimana hukum jual beli barang-barang tidak kasat mata seperti:
- Pulsa
- Aplikasi digital
- Follower media sosial
Apakah sah? Apakah termasuk barang yang jelas dan bermanfaat?
Nantikan penjelasannya di episode selanjutnya!!
- Al-Baijuri Juz 1 Hal 653
مِنْ كَوْنِ الْمَبِيعِ وَمِثْلُهُ الثَّمَنُ، فَلَوْ عَبَّرَ بِالْمَعْقُودِ عَلَيْهِ لَكَانَ أَعَمَّ لِشُمُولِهِ الْمَبِيعَ وَالثَّمَنَ، وَقَدْ يُجَابُ أَنَّهُ أَرَادَ بِالْمَبِيعِ الْمَعْقُودَ عَلَيْهِ فَيَشْمَلُ الْأَمْرَيْنِ
- Majmu’ Syarah Muhadzab Juz 9 Hal 236
(اَلثَّالِثَةُ) هَلْ يَجُوْزُ بَيْعُ الْمَاءِ النَّجِسِ فِيهِ وَجْهَانِ مَشْهُوْرَانِ ذَكَرَهُمَا الْمُصَنِّفُ بِدَلِيلِهِمَا (أَصَحُّهُمَا) لَا يَجُوْزُ، وَبِهِ قَطَعَ الْغَزَالِيُّ فِي الْبَسِيْطِ. قَالَ الرُّوَيَانِيُّ: وَفِيهِ طَرِيقٌ آخَرُ وَهُوَ الْجَزْمُ بِبُطْلَانِ بَيْعِهِ لِأَنَّهُ لَا يَطْهُرُ بَلْ يَسْتَحِيلُ بِبُلُوغِهِ قُلَّتَيْنِ مِنْ صِفَةِ النَّجَاسَةِ إِلَى الطَّهَارَةِ كَالْخَمْرِ يَتَخَلَّلُ
- Fiqhul Islam Wa Adillatuhu Juz 5 Hal 3431
قَالَ الْحَنَفِيَّةُ: لَا يَنْعَقِدُ بَيْعُ الْخَمْرِ وَالْخِنْزِيرِ وَالْمَيْتَةِ وَالدَّمِ؛ لِأَنَّهَا لَيْسَتْ بِمَالٍ أَصْلًا. -إِلَى أَنْ قَالَ-. وَيَصِحُّ بَيْعُ الْحَشَرَاتِ وَالْهَوَامِّ كَالْحَيَّاتِ وَالْعَقَارِبِ إِذَا كَانَ يُنْتَفَعُ بِهِ
Fiqhul Islam Wa Adillatuhu Juz 4 Hal 3029
وَلَمْ يَشْتَرِطِ الْحَنَفِيَّةُ هَذَا الشَّرْطَ فَأَجَازُوا بَيْعَ النَّجَاسَاتِ كَشَعْرِ الْخِنْزِيرِ وَجِلْدِ الْمَيْتَةِ لِلِانْتِفَاعِ بِهَا إِلَّا مَا وَرَدَ النَّهْيُ عَنْ بَيْعِهِ مِنْهَا كَالْخَمْرِ وَالْخِنْزِيرِ وَالْمَيْتَةِ وَالدَّمِ. كَمَا أَجَازُوا بَيْعَ الْحَيَوَانَاتِ الْمُتَوَحِّشَةِ، وَالْمُتَنَجِّسِ الَّذِي يُمْكِنُ الِانْتِفَاعُ بِهِ فِي غَيْرِ الْأَكْلِ. وَالضَّابِطُ عِنْدَهُمْ: أَنَّ كُلَّ مَا فِيهِ مَنْفَعَةٌ تَحِلُّ شَرْعًا فَإِنَّ بَيْعَهُ يَجُوزُ لِأَنَّ الْأَعْيَانَ خُلِقَتْ لِمَنْفَعَةِ الْإِنْسَانِ بِدَلِيلِ قَوْلِهِ تَعَالَى: {خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا} [البقرة: 29/2]
- Al-Baijuri Juz 1 Hal 356
يَجُوْزُ نَقْلُ الْيَدِ عَنِ النَّجَسِ بِالدَّرَاهِمِ كَمَا فِي النُّزُولِ عَنِ الْوَظَائِفِ، وَطَرِيقُهُ أَنْ يَقُولَ الْمُسْتَحِقُّ لَهُ: أَسْقَطْتُ حَقِّي مِنْ هَذَا بِكَذَا، فَيَقُولُ الْآخَرُ: قَبِلْتُ
Fatawi Ismail Zain Hal 128
سُؤَالٌ: مَا حُكْمُ بَيْعِ الْأَشْيَاءِ النَّجِسَةِ كَالسِّرْجِينِ وَنَحْوِهِ؟ الْجَوَابُ وَاللَّهُ الْمُوَفِّقُ لِلصَّوَابِ أَنَّ الْأَشْيَاءَ النَّجِسَةَ كَالسِّرْجِينِ وَغَيْرِهِ مِمَّا يُنْتَفَعُ بِهِ وَلَوْ بَعْدَ تَطْهِيرِهِ كَجِلْدِ الْمَيْتَةِ قَبْلَ الدَّبْغِ لَا تُسَمَّى مَمْلُوكَةً وَإِنَّمَا يَكُونُ فِيهَا لِمَنْ هِيَ فِي يَدِهِ نَوْعُ اخْتِصَاصٍ فَلَا يَجُوْزُ بَيْعُهَا لِأَنَّ شَرْطَ الْمَبِيعِ أَنْ يَكُونَ طَاهِرًا، وَلَكِنْ يَجُوْزُ التَّنَازُلُ عَنِ الِاخْتِصَاصِ عَلَى شَيْءٍ مَعْلُومٍ، كَأَنْ يَقُولَ مَنْ هِيَ فِي يَدِهِ لِآخَرَ: نَزَلْتُ لَكَ عَنِ اخْتِصَاصِي عَنْ هَذَا السِّرْجِينِ أَوْ عَنْ جِلْدِ الْمَيْتَةِ أَوْ عَنْ كَلْبِ الصَّيْدِ مَثَلًا عَلَى كَذَا وَكَذَا، فَيَقُولُ: قَبِلْتُ. وَلَا يَجُوْزُ بِلَفْظِ الْبَيْعِ
- Hasyiah Jamal Juz 3 Hal 25
فَلَا يَصِحُّ بَيْعُ حَشَرَاتٍ لَا تَنْفَعُ وَهِيَ صِغَارُ دَوَابِّ الْأَرْضِ كَحَيَّةٍ وَعَقْرَبٍ وَفَأْرَةٍ وَخُنْفُسَاءَ إِذْ لَا نَفْعَ فِيهَا يُقَابَلُ بِالْمَالِ وَإِنْ ذُكِرَ لَهَا مَنَافِعُ فِي الْخَوَاصِّ بِخِلَافِ مَا يَنْفَعُ مِنْهَا كَضَبٍّ لِمَنْفَعَةِ أَكْلِهَا وَعَلَقٍ لِمَنْفَعَةِ امْتِصَاصِ الدَّمِ. قَوْلُهُ: إِذْ لَا نَفْعَ فِيهَا يُقَابَلُ بِالْمَالِ أَيْ لَا نَفْعَ يُعْتَبَرُ وَيُقْصَدُ شَرْعًا بِحَيْثُ يُقَابَلُ بِمَالٍ لِأَنَّهُ الْمُرَادُ، فَالْمَدَارُ عَلَى أَنْ يَكُونَ فِيهِ مَنْفَعَةٌ مَقْصُودَةٌ مُعْتَدٌّ بِهَا شَرْعًا بِحَيْثُ تُقَابَلُ بِالْمَالِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ مِنَ الْوَجْهِ الَّذِي يُرَادُ الِانْتِفَاعُ بِهِ مِنْهُ اهـ
- Al-Bujairami Ala Al-Khatib Juz 2 Hal 178
فَلَا يَصِحُّ بَيْعُ حَشَرَاتٍ لَا تَنْفَعُ. قَالَ الشَّارِحُ: إِذْ عَدَمُ النَّفْعِ إِمَّا لِلْقِلَّةِ كَحَبَّتَيْ بُرٍّ وَإِمَّا لِلْخِسَّةِ كَالْحَشَرَاتِ
- Al-Baijuri Juz 1 Hal 654
لِلْعَاقِدِ عَلَيْهِ وِلَايَةٌ أَيْ بِحَيْثُ يَسْتَحِقُّ عَلَيْهِ وِلَايَةَ التَّصَرُّفِ الْجَائِزِ شَرْعًا بِمِلْكٍ أَوْ وِلَايَةٍ أَوْ وَكَالَةٍ وَلَوْ فِي الْوَاقِعِ، فَلَوْ بَاعَ مَالَ مَوْرِثِهِ ظَانًّا حَيَاتَهُ فَبَانَ مَيِّتًا صَحَّ لِتَبَيُّنِ أَنَّهُ مِلْكُهُ. وَخَرَجَ بِذَلِكَ الْفُضُولِيُّ، وَهُوَ مَنْ لَيْسَ بِمَالِكٍ وَلَا وَلِيٍّ وَلَا وَكِيلٍ فَلَا يَصِحُّ عَقْدُهُ وَإِنْ أَجَازَهُ الْمَالِكُ لِعَدَمِ وِلَايَتِهِ عَلَى الْمَعْقُودِ عَلَيْهِ
Baca sebelumnya: Penjelasan Kitab Tasyrihatal Muhtaj 3: Macam-macam Jual Beli dalam Islam
Penulis: Naufal Al Nabai
Editor: Yusril Mahendra