Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Percikan Ilmu Pendidikan KH. Ahmad Rifa’i (3)

Ahmad Saifullah by Ahmad Saifullah
May 24, 2025
in Kolom, Sejarah
0
Percikan Ilmu Pendidikan KH. Ahmad Rifa’i (3)
0
SHARES
84
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Ilmu Bermanfaat

Menuntut ilmu saja tidak cukup, dibutuhkan langkah nyata untuk mengamalkannya. Orang yang mengetahui tetapi tidak mengamalkan ilmunya disebut oleh KH. Ahmad Rifa’i sebagai alim fasiq, dan sebaliknya, orang yang mengetahui, mau, serta mampu mengamalkan ilmunya disebut sebagai alim adil. Lebih jelasnya, KH. Ahmad Rifa’i pernah mendefinisikan alim adil dalam kitab Takhyiroh Mukhtashor:

“Aran adil riwayat kumpul papat: Islam, Aqil, Baligh, Ora Fasiq”
“Jadi yang dinamakan adil itu syaratnya ada empat: beragama dan berperilaku Islam, berakal, balig, dan tidak melakukan maksiat (larangan-larangan dari Allah dan Rasulullah).”

Dalam kesempatan lain, di kitab Abyanal Khawaij, KH. Ahmad Rifa’i menyebutkan bahwa orang yang masih gemar melakukan ma’siat tidak disebut sebagai alim, sebaliknya ia seorang yang bodoh (jahil).

مَنْ عَصَى اللهُ تَعَالَىْ فَهُوَ جَاهِلٌ
سَفَا وَوَعَىْ دُوْركَاَ اِعْ الله تَعَالَىْ ۞ مَكَ يَا وَوَعِيْكُوْ كَعْ بُودُوْ فَرْتَيْلَا

“Siapa orangnya yang durhaka kepada Allah Ta’ala ۞ maka orang itu jelas bodoh.”

Dalam tradisi Jawa dikenal istilah “ilmu kelakone kanthi laku,” artinya ilmu itu baru disebut ilmu jika sudah diamalkan. Jika belum, ia hanya sebatas pengetahuan. Ibarat aplikasi dalam HP, bisa saja satu HP memiliki puluhan aplikasi, tapi tidak semuanya bermanfaat—hanya aplikasi-aplikasi tertentu yang biasa digunakan. Ilmu yang menjadi pedoman laku hidup dalam tradisi pesantren disebut sebagai ilmu nafi’ atau ilmu yang bermanfaat.

Semakin seseorang berpengetahuan, idealnya semakin berilmu, artinya ia mengamalkan pengetahuannya. Semakin berilmu berarti semakin bermanfaat bagi sesama manusia dan alam. Bukankah Nabi sendiri pernah bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia.”

Kebaikan manusia tidak diukur dari seberapa banyak ia menumpuk pengetahuan, tetapi sejauh mana ia mengolah pengetahuannya menjadi perilaku, menjadi akhlak kehidupan, dan menjadi karya yang bermanfaat bagi sesama.

Lebih gamblang, KH. Ahmad Rifa’i menguraikan tentang ilmu nafi’ dalam kitab Irsyad, korasan pertama:

اَلْعِلْمُ النَّافِعُ يَزِيْدُ فِىْ خَوْفِكَ مِنَ اللهِ

….
“Kamu dikatakan memiliki ilmu yang bermanfaat ketika bertambah takut kepada siksa Allah.
(Karena takut kepada Allah maka kamu) melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan, atau takut kepada dosa.
(Ada juga orang yang) takut kepada Allah karena keagungan kekuasaan-Nya. Itulah kenyataan takutnya para Nabi kepada Allah.
Semua itu merupakan perilaku orang yang ilmunya bermanfaat, karena tahu pranata pengabdian (kepada Allah).
Kecenderungan hatinya condong kepada akhirat, menghindari dunia yang menyeret pada maksiat.
Dan memahami hikmah Allah di dunia, yaitu melihat keburukan dan kebaikan dirinya juga orang lain.
Bisa membedakan tindakan darurat dari yang tidak darurat dan tidak berudzur.
Ilmu takut kepada Allah itu harus dicari karena manfaatnya adalah ridha Allah akan didapat.”

Mari kita bersama-sama memahami teks tersebut. Pertama, KH. Ahmad Rifa’i mengutarakan tentang ciri-ciri ilmu yang bermanfaat, di antaranya ilmu yang laksana obor: membuat kita waspada dalam berjalan di jalan Allah, hingga takut menyimpang dari jalan-Nya. Walaupun, dalam teks tersebut dikatakan bahwa tingkat ketakutan orang awam berbeda dengan para Nabi.

Orang-orang seperti saya masih dalam tingkatan takut terhadap siksa Allah, sedangkan para Nabi takut (takjub) kepada keagungan kuasa Allah.

Untuk memahami ketakutan Nabi kepada keagungan Allah semata, bisa kita kutip ungkapan Kanjeng Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah di Thaif yang disambut dengan penolakan, caci maki, dan lemparan batu hingga beliau terluka. Nabi berdoa:

…..أَعُوْذُ بِنُوْرِ وَجْهِكَ الَّذِىْ أَشْرَقَتْ لَهُ الظُّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ يَنْزِلَ بِيْ غَضَبُكَ أَوْ تَحِلَّ عَلَيَّ سَخَطُكَ. لَكَ الْعُتْبَى حَتَّى تَرْضَى، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ

“…..Aku berlindung kepada Nur Wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karenanya membawa kebaikan bagi dunia dan akhirat—daripada kemurkaan-Mu yang akan Kau timpakan kepadaku. Engkaulah yang berhak menegur hingga Engkau ridha. Dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan-Mu.”

Dalam doa itu tampak ketakutan Nabi Muhammad terhadap murka Allah. Penderitaan apa pun yang menimpa beliau tidak masalah, asalkan Allah tidak marah kepadanya. Dalam bahasa Nabi:

إنْ لَمْ يَكُنْ بِكَ عَلَيَّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِيْ

“Asalkan Engkau tidak marah kepadaku (nasib apa pun yang menimpaku), aku tidak peduli.”

Kedua, ciri ilmu yang bermanfaat itu dilandasi oleh pengetahuan dan kesadaran pengabdian yang ditujukan hanya kepada Allah semata. Sebaliknya, ilmu yang tidak bermanfaat, atau pelakunya disebut sebagai alim fasiq, digambarkan oleh KH. Ahmad Rifa’i dalam teksnya:

تِنَمُوْ عَالِمْ فَاسِقْ عَوُلَ إعْ وَوعْ جِلَاكَا ۞ سَكِعْ عِلْمُ نَافِعْ رِضَانَىْ اَلله اَوْرَا كَدُوْكَا
إِيْكُوْلَهْ عَالِمْ فَاسِقْ اَوْرَا دُوَىْ عِلْمُ مُنْفَعَةْ

Bagaimana dengan pengetahuan yang tidak diamalkan? Tentunya di akhirat akan dihisab. Segala jenis milik akan dipertanggungjawabkan di hadapan pengadilan Dzat Yang Maha Adil. Pernyataan ini bersandar pada QS. Ash-Shaff (61): 2–3:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ۞ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.”

Berpengetahuan tetapi tidak berilmu berisiko dibenci Allah, karena ia hanya sebatas mengumpulkan pengetahuan tanpa mengamalkannya. Dalam Mu’jam Mufradat Alfāẓ al-Qur’ān disebutkan bahwa orang bodoh (orang yang tahu tapi tidak mau mengamalkan) disamakan dengan keledai. Dalam QS. Al-Jumu‘ah (62): 5 disebutkan perumpamaannya: “…sebagaimana keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.” Pengetahuannya hanya menjadi tumpukan data, tapi tidak pernah dimanfaatkan.

Di antara tanda lain dari ilmu yang tidak bermanfaat, menurut KH. Ahmad Rifa’i, adalah ilmu yang hanya menjadi alat untuk memburu kepuasan dunia, harta, dan kekuasaan.

سَمُوْوْنَا عِلْمُوْنِى أَكِيْه كَنْوِىْ أَلَة ۞ بُوْرُوْ أَرْتَ مِلْيَا دُنْيَا كَع دَحْجَة

“Ilmunya sebatas menjadi alat untuk memburu harta dan kemuliaan dunia yang dihajatkan.”

Baca sebelumnya: Percikan Ilmu Pendidikan KH. Ahmad Rifa’i (2)


Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra

Tags: KH. Ahmad RifaipendidikanTarajumah
Previous Post

Penjelasan Kitab Tasyrihatal Muhtaj 3: Macam-macam Jual Beli dalam Islam

Next Post

Mondok di Pesantren Rifa’iyah: Menyambung Sanad, Merawat Warisan KH. Ahmad Rifa’i

Ahmad Saifullah

Ahmad Saifullah

Jurnalis Freelance

Next Post
Menguatkan Tradisi Ilmu: Mondok di Pesantren Rifa’iyah

Mondok di Pesantren Rifa’iyah: Menyambung Sanad, Merawat Warisan KH. Ahmad Rifa’i

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadhan Warga Rifaiyah Jakarta di Masjid Baiturrahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id