Pondok pesantren secara umum adalah lembaga pendidikan Islam, dengan kiai sebagai tokoh sentral. Setelah wafatnya tokoh sentral Rifa’iyah, KH. Ahmad Rifa’i, pada tahun 1870 M, para murid pertamanya tetap meneruskan dakwah dengan mendirikan pesantren. Ada tiga pesantren Rifa’iyah yang masyhur dan diasuh oleh generasi pertama KH. Ahmad Rifa’i, yaitu: Pondok Pesantren asuhan KH. Abdul Hamid di Karangsambo, Tempursari, Sapuran, Wonosobo; Kiai Abu Ilham di Kalipucang, Batang; dan Pondok Pesantren asuhan Kiai Thubo di Purwosari, Patebon, Kendal.
Selain itu, ada pula pesantren yang didirikan oleh pengikut Rifa’iyah generasi selanjutnya, seperti Pesantren yang diasuh oleh Kiai Bashori di Kesesi, Pekalongan. Adapun pondok pesantren yang masih eksis hingga sekarang adalah Pondok Pesantren Paesan, Kedungwuni, Pekalongan, yang diberi nama INSAP, singkatan dari Ikatan Santri Paesan. Salah satu pendiri Pondok Pesantren INSAP adalah KH. Sholeh, seorang kiai yang dilahirkan di Paesan pada tahun 1879. Mula-mula jumlah santri yang mengaji kurang dari lima orang. Namun, seiring waktu, jumlah santri semakin bertambah banyak.
Letak Geografis
Pondok Pesantren Al-INSAP merupakan salah satu pondok Rifa’iyah tertua di Pekalongan, Jawa Tengah, tepatnya di Paesan Tengah RT 002 RW 007, Kedungwuni, Pekalongan. Pondok ini berada di lingkungan Rifa’iyah ranting Paesan. Letak Pondok Al-INSAP bisa dibilang sangat strategis, tidak jauh dari Alun-Alun Gemek, Kecamatan Kedungwuni. Jalur menuju Pondok Pesantren Al-INSAP juga sangat mudah dijangkau oleh berbagai jenis kendaraan.
Sejarah Berdirinya Pesantren
Salah satu murid KH. Ahmad Rifa’i angkatan pertama adalah K. Abu Salim dari Paesan, Kedungwuni. Setelah gurunya diasingkan ke Ambon pada tahun 1859, Abu Salim pulang ke kampung halamannya, Paesan. Setelah pesantren gurunya diobrak-abrik dan dimusnahkan oleh kolonial Belanda dan antek-anteknya, K. Abu Salim menghilang (mengasingkan diri) selama beberapa tahun demi mengelabui kejaran para cecunguk Belanda. Baru setelah situasi kembali aman, Kiai Abu Salim mulai berdakwah mengajarkan ajaran-ajaran Islam melalui media kitab Tarajumah yang telah ia pelajari dari gurunya. Meskipun demikian, dakwahnya masih menemui banyak kesulitan.
Namun, semangat (ghirah) Kiai Abu Salim dan jamaahnya dalam berdakwah tidak luntur meskipun menghadapi banyak ancaman dan rintangan. Ikhtiar tersebut membuahkan hasil; Kiai Abu Salim diakui sebagai ulama dan mulai membuka dan membangun desa pada tahun 1870 hingga 1900.
Setelah K. Abu Salim wafat, jamaahnya diasuh oleh seorang ulama yang pernah belajar di Mekkah selama tujuh tahun, yaitu H. Abdul Karim bin Terima, dibantu oleh rekan-rekan seperjuangannya, antara lain: KH. Sholeh bin Dasiban, KH. Sholih bin Bukhairi, K. Munajat, dan K. Mudhaf.
Pada masa inilah, Paesan melahirkan pondok pesantren yang kemudian disebut Pondok Pesantren Al-INSAP Paesan Tengah, Kedungwuni, Pekalongan.
Pada tahun 1955 hingga 1976, dibangun pondok pesantren di sebelah Masjid Al-Istiqomah dan Tajuk Pusaka, setelah KH. Abdul Karim dan rekan-rekannya wafat. Pembangunan ini diteruskan oleh santrinya yang telah menjadi ulama kharismatik, yaitu K. Ahmad Nasikhun bin Abu Hasan, dengan dibantu oleh KH. Syafi’i bin Toyyib, KH. As’ad bin H. Zaenuri, dan KH. Rohmatullah bin Muslani.
Pada periode K. Ahmad Nasikhun inilah, Pesantren Paesan mulai dikenal luas oleh para pengikut KH. Ahmad Rifa’i yang tersebar di Pulau Jawa, terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Banyak orang atau santri berdatangan untuk menimba ilmu di Pesantren Al-INSAP, baik laki-laki maupun perempuan. Karena banyaknya santri dan tempat yang belum memadai, rumah beliau pun akhirnya direlakan untuk dijadikan tempat belajar. Hingga akhirnya, pesantren dibangun dan dikelola oleh anak menantunya, yaitu KH. Abdul Aziz bin Badri.
Setelah K. Ahmad Nasikhun wafat, kepengasuhan pesantren dilanjutkan oleh KH. Abdul Aziz Badri. Pada tahun 1978, didirikanlah Pesantren Putri di Mushola (langgar) Fadhilah, yang dikelola oleh KH. Rohmatullah. Seiring waktu, jumlah santri putra dan santri putri semakin bertambah banyak.
Dengan semangat baru, kepengasuhan saat ini dipimpin oleh KH. Amrudin Nasikhun sehingga memiliki pendidikan formal maupun non formal.
VISI MISI
- Membentuk pribadi muslim yang bertaqwa dan berbudi luhur.
- Mencetak manusia alim,amil, dan berpegang teguh pada al qur’an dan sunnah rasul
serta melestarikan Pemikiran KH. Ahmad Rifa’i - Ikut serta dalam meneruskan progam pemerintah indonesia dalam pendidikan.
FASILITAS
- Gedung Asrama Putra
- Gedung Asrama Putri 01
- Gedung Asrama Putri 02
- Kamar Mandi
- Kelas Madrasah
- Musholla
- Dll
Untuk mengetahui lebih lengkap, silakan bisa menghubungi nomor Whatsapp ini : 0856-0074-7471.
Kontributor: Isa A.
Sumber: Siskesakti
Editor: Yusril Mahendra