Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Rahasia Kesabaran: Ketika Imajinasi Mengalahkan Kekuatan Kehendak

Ahmad Saifullah by Ahmad Saifullah
October 28, 2025
in Kolom
0
sabar

Cahaya ilmu dari lembaran pengetahuan. (Clever Visuals/Unsplash)

0
SHARES
11
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

“Amandengo ing sarirane derajat luhur, pinaringan iman tan tinemu lebur. Allah janji angganjar wus ma’lum, tinemu sabar narima ing hukum” (KH. Ahmad Rida’i Ri’ayah al-Himmah)

Pernahkah Anda merasa seperti ini? Gaji baru masuk, tapi Smartphone idaman sudah menggoda di etalase online. Atau saat berbicara dengan orang yang menyebalkan, lidah sudah gatal ingin membalas. Tapi hati menahan diri, karena ada gambaran resiko. Mungkin juga ketika anak-anak berisik, saat pekerjaan menghadapi deadline, seakan kesabaran seperti benang tipis yang siap putus.

Kita sering mendengar nasihat: “Sabarlah! Tahanlah diri!” Tapi sejujurnya, kadang menahan diri itu melelahkan. Seperti menahan napas—bisa dilakukan sesaat, tapi tidak bisa selamanya.

Kini, sains membawa kabar baik: ada cara yang lebih mudah untuk menjadi sabar.

Penemuan yang Mengubah Perspektif

Tahun 2017, dua ilmuwan dari UC Berkeley—Dr. Adrianna Jenkins dan Prof. Ming Hsu—melakukan penelitian menggunakan mesin pemindai otak (fMRI). Mereka ingin tahu: apa yang terjadi di dalam otak ketika seseorang memilih untuk bersabar?

Hasilnya mengejutkan. Ternyata, membayangkan hasil dari pilihan yang sabar jauh lebih efektif daripada sekadar memaksa diri untuk menahan keinginan. Ketika seseorang diminta membayangkan manfaat menunggu (misalnya, membayangkan betapa leganya punya tabungan cukup untuk biaya pendidikan anak), area otak yang terkait dengan imajinasi dan perencanaan masa depan menjadi aktif (Medial Prefrontal Cortex (mPFC)—bukan area yang terkait dengan “pertarungan melawan diri sendiri.” (prefrontal dorsolateral).

Penelitian mereka, yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science, menyebutnya sebagai “framing effects”—perubahan kecil dalam cara kita melihat pilihan yang membuat perbedaan besar dalam keputusan.

Data Penelitian Pendukung

Temuan ini sejalan dengan penelitian lain:

  1. Studi Stanford Marshmallow (1972, diperbarui 2018)

Penelitian klasik ini menunjukkan anak-anak yang bisa menunda untuk menerima hadiah demi untuk mendapat hadiah yang lebih besar cenderung lebih sukses di masa depan.

Namun, studi lanjutan menemukan bahwa anak-anak yang menggunakan strategi pengalihan (seperti membayangkan hal lain atau memikirkan hadiah di masa depan) jauh lebih berhasil daripada mereka yang hanya “menahan diri.”

Sebagaimana yang pernah dialami oleh Habib Nurmagomedov -petarung MMA dunia tak terkalahkan asal Dagestan- saat remaja sempat mengeluh karena ditekan oleh ayahnya harus mengikuti berbagai macam kompetisi: gulat, judo, combat sambo, grapling.

Abdul Manap, ayahnya memberi gambaran: kamu akan ringan menghadapi tekanan apapun di kancah kompetisi kelas dunia. Benar apa yang dikatakan Ayahnya sampai akhir pensiun dari MMA UFC, Habib mengantongi skors 29-0. Bahkan dalam semua kompetisi tak sekalipun Habib berdarah. Masya Allah.

  1. Penelitian Temporal Discounting (Kable & Glimcher, 2007)

Neurosains menunjukkan bahwa otak manusia secara alami menilai hadiah masa depan lebih rendah dari hadiah sekarang. Namun, ketika seseorang memvisualisasikan diri mereka di masa depan secara konkret, nilai subjektif dari hadiah tertunda meningkat signifikan—membuat mereka lebih mudah memilih kesabaran.

  1. Studi “Episodic Future Thinking” (Peters & Büchel, 2010)

Penelitian dari Jerman ini membuktikan bahwa membayangkan peristiwa masa depan secara detail mengurangi impulsivitas (grusa-grusu) hingga 40%. Partisipan yang diminta membayangkan liburan atau pencapaian masa depan cenderung memilih hadiah tertunda yang lebih besar.

Sains Bertemu Spiritualitas

Menariknya, apa yang ditemukan sains ini sebenarnya sudah lama diajarkan dalam tradisi Islam. Kesabaran (صبر – shabar) dalam Islam bukan hanya tentang “menahan,” tapi tentang melihat gambaran yang lebih besar di depan.

Firman Allah dalam Al-Qur’an

  1. Tentang Imajinasi Kebaikan Masa Depan:

“Dan hendaklah kamu bersabar, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud: 115)

Ayat ini mengajarkan kita untuk “membayangkan” pahala—hasil indah dari kesabaran kita. Ini persis seperti yang ditemukan sains: bayangkan hasilnya, maka kesabaran akan terasa lebih ringan.

  1. Tentang Imajinasi Surga:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133)

Allah mengajak kita untuk membayangkan surga—”seluas langit dan bumi.” Ini bukan abstraksi kosong, tapi imajinasi konkret yang memotivasi kesabaran dalam hidup.

Hadits Nabi Muhammad ﷺ

  1. Tentang Membayangkan Hasil:

“Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman. Semua urusannya adalah baik baginya. Jika dia mendapat kesenangan, dia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika dia tertimpa kesusahan, dia bersabar, maka itu baik baginya.” (HR. Muslim)

Nabi mengajarkan reframing—mengubah cara pandang kita terhadap situasi. Inilah “framing effects” versi spiritual.

  1. Tentang Imajinasi Pahala:

“Tidak ada seorang muslim yang tertimpa suatu kesusahan, kesedihan, penyakit, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah menghapus kesalahannya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Membayangkan dosa-dosa terhapus adalah bentuk imajinasi positif yang membuat kita lebih sabar menghadapi cobaan.

Kalam Ulama yang Mencerahkan

  1. Imam Al-Ghazali (1058-1111 M)

“Kesabaran adalah setengah dari iman. Dan kesabaran sejati bukanlah menahan kepahitan di mulut, melainkan menunggu manisnya di akhir.”

Al-Ghazali memahami bahwa kesabaran bukan penderitaan, tapi antisipasi kebaikan. Ini sejalan dengan penelitian Jenkins dan Hsu.

  1. Ibnu Qayyim al-Jawziyyah (1292-1350 M)

“Sabar ada tiga: sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dari kemaksiatan, dan sabar atas takdir Allah. Semuanya membutuhkan pengetahuan tentang apa yang menanti di akhir.”

“Pengetahuan tentang apa yang menanti”—inilah imajinasi masa depan yang ditekankan oleh sains modern.

  1. Imam Sufyan ath-Tsauri (716-778 M)

Beliau berkata: “Aku tidak mendapatkan kesabaran kecuali ketika aku mengetahui bahwa setiap cobaan memiliki ujung, dan setiap kesempitan memiliki jalan keluar.”

Mengetahui ada “ujung” dan “jalan keluar” adalah bentuk visualisasi masa depan yang membuat beban terasa lebih ringan.

  1. KH. Ahmad Rifai (1786)

Beliau menggambarkan imbalan bagi hamba yang menjalani kesabaran: “tataplah diri kita (mendapatkan) derajat luhur: dengan diberi (oleh Allah) iman yang tidak sirna. Allah menjanjikan pahala.

Cara Praktis: Imajinasi untuk Kesabaran

Berdasarkan sains dan spiritualitas, berikut langkah konkret yang bisa Anda coba:

1. Teknik “Masa Depan Saya”

Ketika ingin bertindak impulsif (marah, boros, menyerah), tutup mata sejenak. Bayangkan diri Anda 1 minggu ke depan. Tanyakan: “Versi masa depan saya akan bersyukur atau menyesal atas keputusan ini?”

Contoh:

  • Ingin membalas chat menyakitkan! Bayangkan beberapa hari ke depan—akankah hubungan Anda akan membaik atau sebaliknya, bagaimana juga rasa silaturahimmu dengan keluarganya
  • Ingin belanja sesuka-sukanya? Bayangkan isi dompet Anda ke depan; bayangkan tentang kebutuhan-kebutuhan mendesak—akankah Anda menyesal?

2. Teknik “5 Menit Nabi Yusuf”

Terinspirasi dari kisah Nabi Yusuf yang sabar puluhan tahun di penjara, coba ini: Ketika kesabaran tipis, beri diri Anda 5 menit untuk membayangkan versi terbaik dari situasi ini.

Contoh:

  • Anak rewel? Bayangkan 5 tahun lagi dia sudah besar dan mandiri, sering tidak di rumah—Anda akan merindukan momen sekarang ini.
  • Pekerjaan berat dengan deadline? Bayangkan ketika proyek selesai, kebanggan dan imbalan menanti

3. Doa yang Memvisualisasikan

Gunakan doa bukan hanya sebagai kata-kata, tapi sebagai imajinasi aktif:

“Ya Allah, tunjukkan padaku kebaikan dari kesabaran ini. Berikan aku kekuatan untuk melihat cahaya di ujung jalan.”

Sambil berdoa, bayangkan cahaya itu—konkret, aktual, nyata.

4. Jurnal “Hasil Sabar”

Tulis 3 hal setiap malam:

  • Saat saya sabar hari ini: ___
  • Yang saya bayangkan saat itu: ___
  • Hasilnya: ___

Ini melatih otak untuk menghubungkan kesabaran dengan hasil positif.

Dongeng Inspiratif: Ibu Rumah Tangga yang Menemukan Cara

Bu Umriyah (bukan nama sebenarnya), ibu rumah tangga dengan 3 anak. Ibu muda punya masalah: Sering emosi dan menyesal setelahnya.

Bu Umriyah mengaku sering kehilangan kesabaran pada anak-anaknya. “Saya tahu harus sabar, tapi rasanya berat sekali menahan emosi. Kekuatan saya habis,” katanya.

Setelah membaca tentang penelitian ini, dia mencoba teknik berbeda: Setiap kali emosi naik, dia menutup mata 10 detik dan membayangkan anak-anaknya sudah dewasa, berhasil, dan berterima kasih padanya. “Terima kasih Ibu sudah sabar mendidik kami.”

“Ajaib,” katanya. “Tiba-tiba napas saya lega. Bukan karena saya menahan marah, tapi karena saya melihat gambaran yang lebih besar. Anak-anak ini titipan, sekaligus investasi masa depan. Mereka sedang belajar, dan saya adalah guru pertama mereka.”

Dalam 3 bulan, suami Bu Umriyah melihat perubahan drastis. “Rumah jadi lebih damai. Istri saya tetap tegas pada anak-anak, tapi dengan cara yang lebih tenang dan bijaksana.”

Kesimpulan: Sabar Itu Bukan Menahan, Tapi Melihat (amandengo)

Penelitian Jenkins dan Hsu mengajarkan kita bahwa:

  • Kesabaran bukan soal kekuatan menahan, tapi kejernihan melihat masa depan
  • Imajinasi adalah alat yang membuat kesabaran lebih mudah
  • Framing (cara pandang) mengubah segalanya

Dan Islam sudah mengajarkan ini, sejak 1400 tahunan lalu:

  • Allah selalu mengingatkan kita tentang akhirat (masa depan ultimate)
  • Nabi mengajarkan untuk melihat hikmah (gambaran lebih besar)
  • Para ulama mengatakan kesabaran itu manis diujungnya

Penutup: Tantangan 7 Hari

Mari coba eksperimen sederhana:

Selama 7 hari ke depan, setiap kali Anda ingin bertindak impulsif:

  1. Berhenti 30 detik
  2. Tutup mata
  3. Bayangkan hasil dari pilihan sabar Anda
  4. Buka mata, lalu pilih

Catat apa yang terjadi. Apakah lebih mudah bersabar? Apakah kualitas keputusan Anda membaik? Ingat firman Allah:

“…Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46)

Kesabaran bukan beban yang harus Anda pikul sendirian. Ketika Anda membayangkan kebaikan di masa depan, Allah bersamamu dalam perjalanan itu. Wallahu a’lam.


Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra

Tags: imajinasimindfulnessneurosciencepsikologisabar
Previous Post

Harlah AMRI ke-24: Dari Kitab Menuju Gerakan, Dari Semangat ke Perubahan

Next Post

Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 16: Iman kepada Nabi dan Rasul

Ahmad Saifullah

Ahmad Saifullah

Jurnalis Freelance

Next Post
Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 16: Iman kepada Nabi dan Rasul

Penjelasan Kitab Ri’ayah al-Himmah 16: Iman kepada Nabi dan Rasul

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id