Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Reportase Ngaji Selapanan PP Rifa’iyah: Menapaki Jalan Kebaikan dengan Ilmu dan Kesabaran

Ahmad Saifullah by Ahmad Saifullah
December 12, 2025
in Kolom
1
Pengajian Kitab Thariqat

Pengajian Selapanan PP Rifa'iyah kitab Thariqoh Cilik oleh KH. Imbuh Jumali di gedung Pusat Rifa'iyah pada 10 Desember 2025. (Rifaiyah Media)

0
SHARES
37
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Rifaiyah.or.id – Di sebuah majelis yang hangat, di lantai dua Gedung PP. Rifa’iyah Jalan Dr. Sutomo No. 40 Watesalit, Batang, Jawa Tengah terdengar suara-suara penuh hikmat membahas tentang bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan beragama. Bukan sekadar ritual, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang membutuhkan pemahaman mendalam. Hal tersebut dalam bahasa KH. Ahmad Rifa’i dalam kitab Thariqat disebutkan Thariqat tegese dedalan lumaku anedya ing karidloane Allah- jalan laku hidup seorang hamba menuju keridloan Allah.

Suasana hening, angin mengalun lembut membawa hawa dingin. Maklum baru saja bumi Batang diguyur hujan. Hujan bisa jadi menjadi alasan seseorang untuk tidak hadir di majlis ta’lim. Tapi tidak bagi para pecinta ilmu dan hidayah, sebagaimana jamaah yang pada malam itu sudah bersila sejak awal.

Para jamaah berjejer menghadap kepada KH. Imbuh Jumali, Ketua Dewan Syuro PP. Rifa’iyah periode 2018-2023 dan anggota aktif Dewan Syuro PP Rifa’iyah periode 2023-2027. Suaranya lembut tapi lantang mengaliri relung hati kita, para pendengarnya. Masing-masing jamaah menyimak kitab Thariqat Cilik. Mata-telinganya selalu menyimak, dan sepertinya tidak mau ketinggalan: kata demi kata, makna demi makna, ilmu demi ilmu. Tidak terlihat sedikitpun tatapan mereka kosong, mereka memperhatikan tune suara yang penuh makna. Kalam-kalam Kiai dari Temanggung ini, kami rasakan layaknya lampu senter yang menyinari jalan hidup di depan, sehingga jamaah tahu arah kemana melangkah.

Tadi sepanjang perjalanan sempat terjadi perbincangan kami para sedulur Rifa’iyah perihal kitab Thariqat ini. “Saya bingung, kitab Thariqat kajian malam ini yang thariqat apa? Akhirnya saya bawa semua kedua-duanya.” Teman yang lain memberi sedikit ulasan tentang kitab klasik ini, “Kitab Thariqat cilik, ciri-ciri tulisannya dalam bentuk natsar, bukan nazam, kalau Thariqat Gede berbentuk nazam (syiir).” Yang lain menimpali, “Nitenine gampang, menawa thariqat cilik, ya kitabe luwih cilik ketimbang thariqat gede.” “Ha…ha…ha…” disambut gelak para dulur ini.

Malam itu, kami hadir pengajian sudah dimulai, sehingga kami tidak sempat menyimak pengajian dari awal. Kami menuliskan reportase ini, akhirnya tidak mengetengahkan awal pembukaan pengajian dan kajian di awal.

Metode Lebih Penting dari Sekadar Materi

Salah satu pesan yang menyentuh adalah tentang pentingnya metode dalam belajar dan mengajar. Seperti yang disampaikan sang kiai, “Metode lebih penting dari materi. Kalau materi bagus tapi metodenya tidak baik, ya tidak bisa.” -atthariiqatu ahammu minal maddah-

Ini mengingatkan kita bahwa dalam mendidik—baik diri sendiri maupun orang lain—kita perlu memahami kondisi dan “medan” yang dihadapi. Tidak bisa menyamaratakan satu pendekatan untuk semua orang. Seorang pemuda yang baru belajar agama tentu memerlukan pendekatan berbeda dengan mereka yang sudah lama mengaji. Kiai memberikan contoh ketika menghadapi santri yang sudah baligh tetapi belum tahu ilmunya sesuci dan shalat, maka jangan diajari nahwu dulu, langsung ke ilmunya sesuci dan shalat. Karena ilmu yang sifatnya fardlu mudhayyaq (kewajiban yang pelaksanaannya mendesak) harus didahulukan. Demikian ungkap Kiai. Beliau menambahi, “Kalau masih punya qadla kewajiban, tidak boleh melakukan peribadatan sunah.”

Memahami Prioritas dalam Beribadah

Yang menarik adalah pembahasan tentang bagaimana seseorang harus belajar bertahap. Jangan langsung mengajarkan hal-hal rumit kepada orang yang bahkan belum bisa shalat dengan benar. “Jangan mengajar qira’ati dulu, ajarkan surah yang benar, kenalkan maknanya, ajarkan al-Fatihah takhyat,” begitu nasihat yang disampaikan.

Ini adalah pelajaran tentang kesabaran dan kebijaksanaan. Kita sering tergesa-gesa ingin mencapai kesempurnaan, padahal fondasi dasar masih perlu diperkuat. Tidak mungkin kita membangun rumah dimulai dari atapnya, pasti dimulai dari pondasi. Dalam segala hal, kita perlu memahami mana yang pondasi, dinding, pintu, jendela.

Thoriqoh: Jalan Menuju Keselamatan

Pembahasan tentang thoriqoh (jalan spiritual) dijelaskan dengan sangat mencerahkan. Thoriqoh bukan hanya soal wirid dan amalan tertentu, tetapi tentang bagaimana menjalani hidup sesuai ajaran Rasulullah—meninggalkan yang dilarang dan menjalankan yang diperintahkan.

Yang paling utama adalah thoriqoh ta’lim—belajar hingga benar-benar memahami siapa Sang Pencipta dan siapa diri kita sebagai makhluk-Nya. Pengetahuan ini menjadi pondasi dari seluruh ibadah kita.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan Bijaksana

Salah satu topik penting yang dibahas adalah bagaimana seharusnya kita menyuruh pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Bukan dengan cara yang sembrono atau asal-asalan.

Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi: kita harus benar-benar melihat sendiri (bukan dari kabar burung) atau dalam kitab Trajumah dibahasakan dengan maujud partingkah, harus memiliki kemampuan untuk mengubahnya, dan harus mempertimbangkan dampak dari tindakan kita. Jangan sampai niat baik malah menimbulkan fitnah atau perpecahan yang lebih besar.

Ikhlas dalam Setiap Langkah

Pesan tentang keikhlasan juga disampaikan dengan indah. Guru yang mengajar harus ikhlas, materinya jelas, dan memiliki keahlian (malakah). Ketiga hal ini—materi, kompetensi pendidik, dan keikhlasan—adalah kunci kesuksesan dalam pendidikan agama.

Refleksi untuk Kita Semua

Kajian ini mengingatkan kita bahwa dalam beragama, tidak ada jalan pintas. Semuanya memerlukan ilmu, kesabaran, dan kebijaksanaan. Kita tidak bisa memaksakan kehendak atau pendekatan kita kepada orang lain tanpa memahami kondisi mereka.

Yang terpenting adalah niat yang tulus untuk belajar dan mengamalkan, sambil terus memperbaiki diri. Karena pada akhirnya, perjalanan spiritual adalah tentang bagaimana kita menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dekat dengan Allah, dan lebih bermanfaat bagi sesama. Pengajian sudah berlangsung satu jam. Sebelum pengajian diakhiri, terlebih dahulu dibuka dialog yang dipandu oleh Kyai Akromudin, Biro Syariah dan Hukum PP. Rifa’iyah.

Ustadz Nur Hakim, Karanganyar Batang dengan sigap menanyakan perihal definisi dan konotasi istilah thariqat di Kitab Tarajumah, dibandingkan dengan thariqat yang biasa dipahami oleh masyarakat. Dalam pengertian thariqat sebagai komunitas pencinta dzikiran, untuk menuju kepada Allah SWT. Mbah Kiai menjawab bahwa pengertian thariqat dalam kitab tarajumah lebih luas, dibandingkan dengan pengertian thariqat yang sudah masyhur di masyarakat. Malam itu Ustadz Agus Nurul dari Gembong Selatan Kedungwuni juga menanyakan kewajian seorang bos kepada anak buahnya. Apakah Bos sebatas menyuruh untuk beribadah, atau juga ada kewajiban baginya untuk mengajari anak buahnya ilmunya dulu. Jawaban dari Kiai Pengasuh PP. Riyadhus Shalihin Was Shalikhaat Temanggung: Yang penting Bos punya kuasa untuk melakukam amar ma’ruf nahi mungkar itu sudah cukup. Kalau bosnya harus mengajari anak buahnya waktunya habis hanya untuk ngaji, akhirnya tidak ada waktu untuk menjalankan usahanya.

Semoga catatan sederhana ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus belajar dengan tawadhu’, beramal dengan ikhlas, dan berbagi ilmu dengan bijaksana.

Baca juga:  Khutbah Jumat: Mengelola Rasa Kehilangan dengan Iman


Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Ahmad Zahid Ali

Tags: Amar Ma’ruf Nahi MunkarDewan Syuro Rifa’iyahJalan Menuju Keridaan AllahKajian Kitab Rifa'iyahKH Imbuh JumaliKH. Ahmad RifaiKitab ThariqatMajelis IlmuMetode Belajar IslamPendidikan Rifa’iyahPengajian Rifa’iyahReportase KajianRifaiyah BatangSpiritualitas IslamTa’lim dan TarbiyahTarajumahThariqah CilikThariqatTradisi Keilmuan Rifa’iyah
Previous Post

Khutbah Jumat: Mengelola Rasa Kehilangan dengan Iman

Ahmad Saifullah

Ahmad Saifullah

Jurnalis Freelance

Comments 1

  1. 88king88 says:
    1 day ago

    Alright, let’s talk about 88king88. Some pretty good games on there. The bonuses weren’t bad either. Definitely worth a look if you are looking for something new. Go check it out yourself: 88king88.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id