Rifa’iyah Qobla Fathu Makkah : Inspirasi dari Muktamar Rifaiyah ke-10
Rifa’iyah Qobla Fathu Makkah, Tulisan ini lahir dari refleksi atas sambutan Ketua Umum Pimpinan Pusat Rifa’iyah, Dr. K.H. Mukhlisin Muzarie, M.Ag dalam Muktamar Rifa’iyah ke-10 yang diselenggarakan di Batang, Jawa Tengah. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa posisi dakwah Rifa’iyah saat ini bisa dianalogikan dengan kondisi umat Islam sebelum Fathu Makkah fase penuh tantangan namun menjadi pijakan menuju kemenangan besar.
“Saat ini Rifa’iyah sedang berada dalam fase yang saya ibaratkan seperti kondisi umat Islam sebelum Fathu Makkah. Sebuah fase penuh tantangan, tekanan, bahkan ketidaktampakan di mata publik. Dakwah kita mungkin belum tampak gemerlap, tapi ia tumbuh kuat di akar masyarakat.
InsyaAllah, dengan kesabaran dan istiqamah, kita akan menyongsong Fathu Makkah kita sendiri yakni saat nilai-nilai Rifa’iyah menjadi solusi di tengah umat, dan membuktikan bahwa jalan dakwah dengan ilmu dan akhlak akan selalu menemukan tempatnya.”
Analogi tersebut mengandung pesan mendalam bahwa Rifaiyah sedang berada di ambang kebangkitan besar, selama tetap sabar, istiqamah, dan mampu membaca zaman. Maka, tulisan ini mencoba menelaah makna “Rifaiyah Qobla Fathu Makkah” sebagai kacamata optimistik sekaligus kritis terhadap dinamika dakwah Rifaiyah di era modern.
Akar Dakwah Rifa’iyah yang Menguat
Sebagai ormas Islam yang ajarannya telah lahir sebelum ormas ormas besar seperti NU, Muhammadiyah, Rifaiyah dikenal konsisten dalam menjaga ajaran Islam yang lurus berbasis tauhid, fiqh, dan tasawuf dengan sanad yang jelas dan pemahaman yang mendalam. Dakwahnya tidak bombastis, tapi menghunjam ke akar masyarakat. Jamaahnya tersebar di berbagai penjuru Nusantara, dari desa-desa terpencil hingga kota-kota besar, meski tak selalu terekspos media.

Karakter dakwah Rifaiyah yang senyap, tidak konfrontatif, dan penuh hikmah adalah kekuatannya. Di tengah riuhnya klaim kebenaran dari berbagai kelompok, Rifa’iyah justru tampil sebagai jalan tengah menyemai ketenangan, menghidupkan akhlak, dan membina ruhani umat.
Tantangan Rifa’iyah Qobla Fathu Makkah
Seperti halnya kaum Muslimin di Madinah sebelum menaklukkan Makkah, Rifaiyah saat ini juga tengah menghadapi berbagai tantangan yang kompleks:
- Kurangnya Eksposur Publik : Meskipun memiliki banyak jamaah, kontribusi dan aktivitas Rifa’iyah seringkali tidak terdengar di ruang-ruang nasional.
- Stigma dan Kesalahpahaman: Tradisi jamaah yang kadang dicurigai atau disalahpahami oleh kalangan lain yang belum mengenal secara mendalam.
- Minimnya Representasi di Ranah Digital: Generasi muda yang menjadi kunci masa depan dakwah, lebih akrab dengan narasi keislaman yang instan dan viral, bukan dengan substansi ajaran-ajaran Rifa’iyah.
- Persaingan Ideologi Keagamaan: Arus dakwah transnasional dengan pendekatan ideologis sering kali membenturkan pemahaman dan menjadikan ormas-ormas seperti Rifa’iyah sebagai sasaran delegitimasi.
Semua ini membuat posisi Rifa’iyah saat ini sangat mirip dengan situasi Qobla Fathu Makkah penuh tekanan dan ujian, tapi sekaligus menyimpan potensi kebangkitan besar. Kuncinya adalah ketahanan dan mampu membaca medan dakwah modern.
Momentum Dakwah Era Baru
Namun seperti Nabi Muhammad ﷺ yang menjalin Perjanjian Hudaibiyah sebagai strategi jangka panjang, Rifaiyah pun bisa menjadikan era ini sebagai momen konsolidasi dan perencanaan jangka panjang. Beberapa langkah yang perlu menjadi fokus antara lain:
- Transformasi Digital : Menyebarkan nilai-nilai Rifa’iyah melalui media sosial, video pendek, podcast, dan konten-konten kreatif lainnya.
- Penguatan Kaderisasi Ulama Muda : Menyiapkan generasi penerus yang mampu bicara dalam bahasa zaman tanpa meninggalkan ruh sanad dan akhlak.
- Bersatu dengan Komponen Umat : Membangun sinergi dengan ormas Islam lain dan lembaga pendidikan untuk memperkuat posisi Rifaiyah di tengah umat.
Menuju Fathu Makkah Versi Rifaiyah
Keyakinan bahwa “Fathu Makkah” akan datang untuk Rifaiyah bukan sekadar harapan kosong. Ini adalah kepercayaan bahwa dakwah yang tulus, sabar, dan tidak tergesa-gesa pada akhirnya akan memenangkan hati umat. Masyarakat yang letih dengan polarisasi dan kekerasan simbolik agama, perlahan mulai merindukan kedamaian dan ketenangan. Di situlah dakwah Rifaiyah akan menemukan momentumnya.