Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Sabar: Permata Akhlak dan Mahkota Takwa bagi Santri Rifa’iyah

Ahmad Saifullah by Ahmad Saifullah
July 3, 2025
in Kolom
0
Sabar: Permata Akhlak dan Mahkota Takwa bagi Santri Rifa’iyah
0
SHARES
14
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Setiap insan yang menapaki jalan spiritual tentu mendambakan akhlak mulia (sifat pinuji) sebagai bekal perjalanannya. Di antara sekian banyak permata akhlak, sabar menempati kedudukan yang istimewa. Ia merupakan fondasi sekaligus benteng bagi seorang mukmin. Para ulama terdahulu bahkan membedakan tingkatan kesabaran, sebagaimana dikatakan oleh Khair an-Nasaj rahimahullah:

الصَّبْرُ مِنْ أَخْلَاقِ الرِّجَالِ وَالرِّضَا مِنْ أَخْلَاقِ الْكِرَامِ

“Sabar adalah akhlak orang-orang biasa, sedangkan rida adalah akhlak orang-orang mulia.”

Pernyataan ini bukanlah untuk merendahkan kesabaran, melainkan untuk memotivasi agar terus meningkatkan kualitas jiwa, dari sabar menuju rida (penerimaan yang utuh).

Bagi para santri yang berpegang pada ajaran guru kita, KH. Ahmad Rifa’i, pemaknaan sabar memiliki kerangka yang jelas dan terstruktur, menjadi pedoman dalam setiap tarikan napas kehidupan.

Tiga Pilar Kesabaran dalam Ajaran Kiai Rifa’i

Menurut ajaran KH. Ahmad Rifa’i, hakikat sabar adalah kesiapan menanggung derita, yang terbagi dalam tiga pilar utama sebagaimana diutarakan dalam kitab Abyan al-Hawaij:

  1. Sabar dalam menanggung beratnya ibadah.
  2. Sabar dalam menahan diri dari godaan maksiat.
  3. Sabar dalam menghadapi cobaan (bilahi) dan tidak mengeluh.

Ketiga pilar ini saling menguatkan. Ibadah yang berat membutuhkan kesabaran agar istikamah; menjauhi maksiat yang menggoda memerlukan kesabaran agar selamat; dan menghadapi ujian duniawi menuntut kesabaran agar iman tidak goyah.

  1. Sabar dalam Ketaatan: Istikamah di Jalan-Nya

Melaksanakan kewajiban ibadah, mulai dari salat hingga menuntut ilmu, kerap terasa berat dan menuntut pengorbanan. Di sinilah pilar pertama kesabaran dibutuhkan. Ia menjadi energi yang menjaga kita tetap taat, meskipun jiwa cenderung malas. Ulama salaf menegaskan bahwa kesabaran dalam ketaatan akan mengundang pertolongan Allah, sebagaimana pesan Abdul Wahid bin Zaid rahimahullah:

مَنْ نَوَى الصَّبْرَ عَلَى طَاعَةِ اللهِ صَبَّرَهُ اللهُ عَلَيْهَا وَقَوَّاهُ لَهَا

“Barang siapa berniat sabar untuk taat kepada Allah, maka Allah akan memberinya kesabaran atas ketaatan itu dan kekuatan untuk melaksanakannya.”

  1. Sabar dari Maksiat: Benteng dari Hawa Nafsu

Kesabaran ini sering kali menjadi cerminan ajaran Rifa’iyah dalam kehidupan sosial. KH. Ahmad Rifa’i mengajarkan bahwa jika suatu lingkungan atau pergaulan dapat menyeret pada hal yang haram atau syubhat, maka sikap “mundur” atau menjaga jarak merupakan wujud kesabaran. Ini bukanlah sikap kaku atau menutup diri, melainkan benteng pertahanan untuk menjaga kesucian amal dan menghindari dosa.

Kesabaran ini merupakan mahkota takwa. Sebagaimana disampaikan Aun bin Abdullah rahimahullah:

رَأْسُ التَّقْوَى الصَّبْرُ، وَتَحْقِيقُهَا الْعَمَلُ، وَكَمَالُهَا الْوَرَعُ

“Mahkota takwa adalah kesabaran, pembuktiannya adalah amal, dan penyempurnanya adalah wara’ (menjauhkan diri dari perkara syubhat dan haram).”

Sikap ini juga selaras dengan prinsip tidak mengumbar penderitaan atau aib. Sabar yang sejati adalah menahan diri dari segala bentuk keluhan, baik terhadap takdir maupun keluhan yang membuka jalan bagi maksiat (sepi saking ngersula).

  1. Sabar Menghadapi Musibah: Ujian Kualitas Iman

Ketika musibah datang, saat itulah kesabaran diuji. Bukan ketika tangis telah reda atau hati telah lapang, melainkan pada guncangan pertama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى

“Sabar itu (dinilai) pada musibah yang pertama.” (HR. Muslim)

Pada saat itu, seorang hamba yang sabar akan mengembalikan segalanya kepada Sang Pemilik Sejati. Al-Qur’an mengabadikan ucapan mereka:

…وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“…Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.’” (QS. al-Baqarah [2]: 155–156)

Sabar dalam musibah berarti tidak mengumbar kepedihan kepada manusia, melainkan menyimpannya sebagai rahasia antara kita dengan Allah. Sebagaimana kalam Ruwaim bin Ahmad rahimahullah:

الصَّبْرُ تَرْكُ الشَّكْوَى

“Sabar adalah meninggalkan keluh kesah (kepada manusia).”

Buah Manis dari Kesabaran

Mengapa sabar begitu ditekankan? Karena di balik beratnya kesabaran, tersimpan buah yang manis. Ujian dan cobaan adalah tanda cinta dari Allah. Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan:

إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَبْدًا ابْتَلَاهُ، فَإِنْ صَبَرَ اجْتَبَاهُ، وَإِنْ رَضِيَ اصْطَفَاهُ

“Apabila Allah ‘azza wa jalla mencintai seorang hamba, maka Ia akan memberinya cobaan. Jika ia bersabar, Allah akan memilihnya; dan jika ia rida, Allah akan menjadikannya kekasih-Nya.” (HR. ad-Dailami)

Kesabaran menuntun kita pada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan ke surga. Sebaliknya, tergesa-gesa dan amarah hanya membawa kepada keburukan yang berujung neraka. Dalam setiap perjuangan untuk bersabar, kita tidak pernah sendirian. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا

“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami…” (QS. at-Tur [52]: 48)

Semoga kita, sebagai santri yang berjalan dalam suluh ajaran KH. Ahmad Rifa’i, senantiasa mampu menghiasi diri dengan permata kesabaran. Marilah kita terus memohon kepada Allah agar dianugerahi kekuatan untuk bersabar, sebagaimana doa yang diabadikan dalam Al-Qur’an:

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ

“…Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. al-A’raf [7]: 126)


Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra

Tags: ajaran KH. Ahmad Rifaiakhlak muliaKH. Ahmad Rifaisabarsantri rifa'iyah
Previous Post

Syariat: Rambu Kehidupan Menuju Keselamatan

Next Post

Perpanjang SIM dari Rumah: Praktis, Cepat, dan Bebas Ribet

Ahmad Saifullah

Ahmad Saifullah

Jurnalis Freelance

Next Post
Perpanjang SIM dari Rumah: Praktis, Cepat, dan Bebas Ribet

Perpanjang SIM dari Rumah: Praktis, Cepat, dan Bebas Ribet

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id