Sumatera, negeri yang ditulis Tuhan dengan tinta keindahan. Hamparan sawit yang bergoyang dihembus angin, bukit-bukit hijau yang menjulang bagai penjaga bumi, dan sungai-sungai yang mengalir seolah bercerita tentang perjalanan waktu. Budaya di tanah ini terjalin erat dalam untaian pantun, dalam tepukan gendang yang menghentak semangat, dan dalam tutur kata yang lembut tapi penuh wibawa.
Di antara deru perjalanan yang melintas pulau, sebuah bus Rosalia Indah tengah melaju membelah malam. Cahaya lampu jalan berpendar di kaca jendelanya, menemani seorang pemuda yang duduk tegap di salah satu kursinya. Sorot matanya tajam, menusuk pekat malam yang terbentang di hadapan. Bibirnya bergerak perlahan, melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Itulah Gus Ketum, Abdul Kholik, M.Pd. (al-Hafidz), seorang ulama muda sekaligus Ketua Umum Pimpinan Pusat Angkatan Muda Rifaiyah (PP AMRI) yang membawa panji dakwah, dalam perjalanan menuju Sumatera Selatan untuk tugas mulia: melantik kepengurusan PW AMRI Sumatra Selatan dan PD AMRI Kabupaten Muara Enim. Sebuah langkah besar untuk mewujudkan visi AMRI—Nasrul Ilmi, Kaderisasi, dan Berkarya. Ini bukan sekadar perjalanan, ini adalah dakwah nasional, AMRI go Nasional!
Jejak Dakwah di Bumi Sriwijaya
Sabtu sore, 16 Maret 2025, roda bus berhenti di Desa Putak, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim. Langit menjingga menyambut kedatangan Gus Ketum. Warga Rifa’iyah telah berkumpul, mata mereka berbinar, tangan-tangan terulur menyambut dengan hangat. Bagi mereka, ini bukan sekadar pertemuan, tapi momentum kebangkitan.
Road show dakwah pun dimulai. Silaturahim pertama dilakukan dengan para tokoh Rifa’iyah setempat: KH Harris Supriyono (Ketua PW Rifa’iyah Sumatra Selatan), Kiai Wahyudin (Ketua Dewan Syuro PW Rifa’iyah Sumatra Selatan), dan Kiai Mukhlas (Ketua Yayasan Ar-Riayah). Malamnya, agenda kaderisasi mengisi ruang Masjid Al-Muttaqin. Suara lantang Gus Ketum menggema, membakar semangat Pemuda Rifa’iyah yang hadir dalam Manajemen Organisasi Kepemimpinan (MOK). Ini adalah awal dari kebangkitan generasi penerus.
Pagi menjelang, Ahad 17 Maret, kaki-kaki melangkah menuju makam Kiai Ali Usman, pejuang Rifa’iyah pertama di Desa Putak. Doa-doa dilantunkan, mengirimkan harapan agar perjuangan ini terus lestari. Perjalanan dilanjutkan ke Yayasan Ar-Riayah di Desa Lumbak, tempat ilmu disemai, tempat generasi Rifa’iyah ditempa. Sore harinya, Gus Ketum mengisi pengajian menjelang berbuka puasa. Ratusan wajah menyimak penuh khidmat, seolah enggan melewatkan satu patah kata pun.
Hari Senin, 18 Maret, silaturahim kembali berlanjut, menjangkau para tokoh Rifa’iyah di berbagai titik Sumatera Selatan. Sore harinya, kembali Gus Ketum berdiri di mimbar Masjid Al-Muttaqin, menyampaikan kajian menjelang berbuka. Namun, malam itulah puncak segalanya.
Pelantikan PW dan PD AMRI: Malam yang Menyala
Hari Senin, 17 Maret 2025, menjadi puncak dari perjalanan ini. Malam itu, di Masjid Al-Muttaqin, acara pengajian Nuzulul Qur’an sekaligus pelantikan PW AMRI Sumatra Selatan dan PD AMRI Kabupaten Muara Enim digelar. Suasana penuh kekhidmatan. Lebih dari 300 warga Rifa’iyah berkumpul, menyatukan doa dan harapan dalam satu majelis.
Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, disusul dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars AMRI. Perwakilan Bupati Muara Enim memberikan sambutan yang mengapresiasi langkah besar ini. Lalu, tibalah momen yang dinantikan: Gus Ketum melantik kepengurusan PW AMRI Sumatra Selatan dengan ketua terpilih Rekan Afi Al-Muarofa, S.Pd., serta Ketua PD AMRI Kabupaten Muara Enim, Hafni Fadlullah.
Dalam tatapan penuh keyakinan, Gus Ketum menyampaikan tiga pesan utama:
- Memulai jalan juang dengan wathohiril qolba wa shahihin niyah wabtaghi bil asbabi lal umniyah – bersihkan hati, luruskan niat, dan gunakan sebab untuk menggapai cita-cita.
- Al-Qur’an adalah mukjizat yang tak lekang oleh waktu – ia adalah sumber ilmu, kompas kehidupan, yang akan selalu relevan dalam tiap zaman.
- Melestarikan ajaran Syaikhina KH Ahmad Rifa’i sebagai bagian dari tugas dan perjuangan umat.

Acara ditutup dengan ceramah penuh hikmah dan doa. Malam itu bukan sekadar pelantikan, tetapi momentum kebangkitan.
Rifa’iyah di Sumatera Selatan: Jejak Sejarah
Jauh sebelum hari ini, jejak Rifa’iyah telah tertoreh di tanah Sumatera Selatan. Tahun 1998, para perantau Wonosobo mulai menapakkan kaki di Dusun Kampung Wonosobo, Desa Putak, Kecamatan Gelumbang. Nama-nama seperti Kiai Haris Supriyono, Kiai Wahyudin, dan Pak Ali Usman menjadi tonggak awal pergerakan ini. Kemudian pada 2015, KH Baidlowi, KH Amin Ridho, dan KH Khafidzin Randu Dongkal datang membawa semangat baru. Kini, Rifa’iyah telah tersebar di berbagai wilayah Sumatera Selatan, dari Muara Enim hingga Prabumulih, dari Ogan Ilir hingga Lubuk Linggau.
Seiring bertumbuhnya jamaah, kebutuhan akan lembaga pendidikan pun meningkat. Maka lahirlah Yayasan Ar-Riayah yang menaungi majelis taklim, MI, MTs, MA, hingga pondok pesantren. Sebuah rumah ilmu untuk menjaga dan meneruskan ajaran Syaikhina KH Ahmad Rifa’i.

Di penghujung perjalanan, Gus Ketum dan rombongan setempat mengunjungi Museum Al-Qur’an Al-Kabir di Palembang. Museum ini menyimpan mushaf raksasa dengan ukiran ayat-ayat suci yang memancarkan keagungan Islam. Keindahan ukiran kayunya, suasana syahdu di dalamnya, menjadikan tempat ini sebagai destinasi spiritual yang menggetarkan hati.
Akhir yang Menjadi Awal
Saat akhirnya perjalanan ini berakhir, tak ada kesedihan, hanya semangat yang semakin menyala. Warga Rifa’iyah Muara Enim melepas kepergian Gus Ketum dengan harapan yang tertanam kuat di dada: agar cahaya dakwah ini terus menyebar, agar Rifa’iyah semakin berkembang di seluruh Sumatera dan Nusantara.
Dengan matahari yang mulai meninggi, di tanah Sumatera ini, sejarah baru telah ditorehkan. Dan perjuangan ini, tak akan berhenti sampai di sini.
Doa dan Harapan
Ya Allah, Tuhan yang Maha Pengasih, Limpahkan keberkahan bagi Rifa’iyah di Sumatera, Kokohkan persaudaraan di antara kami, Berikan kami kekuatan untuk menjaga dan meneruskan perjuangan KH Ahmad Rifa’i, Agar cahaya ilmu dan dakwah ini tak pernah padam.
Aamiin, ya Rabbal ‘Alamiin.(ZA)