Ada ungkapan menarik entah dari mana asalnya ‘guru yang baik itu membuat siswa bodoh menjadi cerdas, dan membuat siswa cerdas menjadi lebih cerdas.’ Tentu ungkapan demikian membuat saya terkesima. Di mata para pendidik, mereka memiliki berbagai kriteria atas dasar apa peserta didik itu dikatakan bodoh.
Sebagai guru matematika, tentu siswa yang diampunya ingin mereka pintar akan matematika, jika nilai siswa tidak mencapai KKM, sudah barang tentu sebagai pendidik akan memiliki kesimpulan bahwa anak tersebut tidak pandai matematika. Begitu pula guru IPA, IPS, sejarah, dll.
Gardner, dengan teori multiple intelligences menyatakan bahwa setiap orang memiliki kecerdasan majemuk dalam jumlah bervariasi. Tidak semua manusia pandai matematika, IPA, IPS, sejarah dll, seperti halnya ikan yang tidak akan bisa memanjat pohon. Bahkan sepintar apapun seseorang dalam memahami salah satu pelajaran tertentu, ingat bahwa di atas orang pintar terdapat orang yang lebih pintar.
و فوق كل ذي علم عليم
Ada pandangan menarik dari KH. Ahmad Rifa’i, seorang ulama yang juga banyak menulis perihal teori kependidikan. Misalnya dalam kitab Inayah, ia memberikan pandangan terhadap kita, tentang siapa yang dikatakan sebagai orang bodoh atau jahil.
Mari simak syair di bawah ini.
Ikilah kalam ulama tinemu ono dalil
من عصی الله فهو جاهل
Seng sopo wonge agawe duroko ing Allah
Mongko yoiku aran wong kang bodo genah
(Barang siapa yang bermaksiat kepada Allah, maka dialah orang yang bodoh).
Mlebune ning neroko kawilang diarah
Teqsir bodo alim fasiq fitnah
(Dengan bermaksiat itulah bisa menghantarkan ke dalam api neraka, karena teqsir atau enggan membenahi diri, berperilaku fasik atau suka melanggar syariat & fitnah).
Ati peteng maring Allah kurang ma’rifat
Sabab ikulah lakune gede maksiyat
(Hatinya buta minim akan makrifat kepada Allah, karena perilakunya selalu melakukan dosa besar).
Dadiyo dhohire alim mungguh adat
Tetapi meksih bodho mungguh syariat
(Walaupun secara tampak merupakan orang yang alim menurut adat, akan tetapi dianggap bodoh menurut syariat).
Bagaimana solusinya? Simak bait selanjutnya.
Nyoto wajib ngupoyo ing alim adil
Ilmune bener kang sah diambil
(Carilah dan belajarlah kepada orang yang memiliki sifat alim/pintar sekaligus adil/tidak melakukan dosa besar dan tidak terus menerus melakukan dosa kecil).
Penulis menganalisa KH. Ahmad Rifa’i memberikan gambaran kepada kita semua bahwa orang bodoh bukanlah orang yang nilainya rendah ataupun memiliki peringkat dan atau IPK paling bawah. Namun orang yang melanggar aturan Allah ialah orang yang bodoh atau jahil.
Kembali pada ungkapan di awal bahwa ‘guru yang baik itu membuat siswa bodoh menjadi cerdas, dan membuat siswa cerdas menjadi lebih cerdas.’ Sebagai guru matematika, ajarkan anak didik mengenal Allah dan mentaati peraturanNya lewat teori-teori matematika, begitupula IPA, IPS, Sejarah dan lain sebagainya.
Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan.
Kepada kita melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangannya serta memberikan petunjuk agar senantiasa belajar kepada orang yang alim adil.
Wallahu a’lam.
Muhammad Nawa Syarif, Khadim di Ponpes Faidlul Qodir, Kepala MTs Rifa’iyah Wonokerto, Sekjend PP. AMRI, Pegiat literasi KH. Ahmad Rifa’i
Penulis: Muhammad Nawa Syarif
Editor: Ahmad Zahid Ali