Islam dan Tradisi Keilmuan
Islam memiliki sejarah gemilang dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa keemasan peradaban Islam, para ulama tidak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga mengembangkan matematika, astronomi, kedokteran, hingga filsafat. Semua itu lahir dari kesadaran bahwa ilmu pengetahuan adalah jalan untuk memahami kebesaran Allah sekaligus menata kehidupan manusia agar lebih baik.
Salah satu tokoh besar yang menjadi simbol kejayaan sains Islam adalah Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, seorang ilmuwan abad ke-9 yang dikenal sebagai Bapak Aljabar. Karya-karyanya tidak hanya bermanfaat bagi dunia Islam, tetapi juga menjadi fondasi bagi ilmu pengetahuan modern.
Al-Khawarizmi: Fondasi Ilmu Pengetahuan Modern
Al-Khawarizmi hidup pada masa Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, yang saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan dengan berdirinya Bait al-Hikmah. Di sanalah ia menulis karya monumental Al-Kitāb al-Mukhtaṣar fī Ḥisāb al-Jabr wal-Muqābalah, kitab yang meletakkan dasar aljabar. Dari istilah al-jabr inilah lahir kata algebra.
Ia juga memperkenalkan angka Hindu-Arab ke dunia Islam, termasuk konsep angka nol. Sistem bilangan ini menggantikan angka Romawi yang rumit dan membuka jalan bagi perkembangan matematika, teknologi, hingga komputasi modern.
Bahkan, namanya diabadikan dalam istilah algoritma, yang kini menjadi tulang punggung teknologi digital, mulai dari mesin pencari hingga kecerdasan buatan. Selain itu, ia juga memberi sumbangan besar dalam astronomi dan geografi, termasuk pembuatan peta dunia yang lebih akurat.
Warisan Al-Khawarizmi menegaskan bahwa Islam bukan hanya agama spiritual, tetapi juga peradaban yang mendorong pentingnya ilmu untuk kemajuan umat manusia.
Spirit Sains dan Rifa’iyah
Dalam konteks Islam di Nusantara, Rifa’iyah merupakan salah satu tradisi keagamaan yang terus menekankan pentingnya ilmu. Ajaran KH. Ahmad Rifa’i dan kitab-kitabnya yang berjumlah lebih dari 65 buah telah diwariskan secara turun-temurun, menjaga keteguhan akidah, syariat, dan akhlak umat.
Namun, tantangan zaman kini menuntut Rifa’iyah untuk melangkah lebih jauh: ikut serta dalam pengembangan sains dan ilmu pengetahuan. Spirit ini bukan berarti meninggalkan tradisi, melainkan melanjutkan jejak ulama besar seperti Al-Khawarizmi, yang mengintegrasikan iman dengan pengetahuan.
Jika Al-Khawarizmi mengajarkan dunia tentang aljabar dan algoritma, maka Rifa’iyah dapat berperan membangun generasi yang tekun belajar, berpikir kritis, dan memanfaatkan ilmu untuk kemaslahatan umat. Dengan begitu, Rifa’iyah bukan hanya pewaris ajaran KH. Ahmad Rifa’i dalam bidang agama, tetapi juga menjadi bagian dari pergerakan ilmiah yang menatap masa depan.
Meneladani Jejak Ilmuwan Muslim
Mengenang sosok Al-Khawarizmi menyadarkan kita bahwa umat Islam memiliki warisan sains yang luar biasa. Tugas generasi hari ini adalah menghidupkan kembali semangat itu: tidak sekadar mengagumi sejarah, tetapi membangun tradisi riset, penelitian, dan pengembangan ilmu.
Rifa’iyah, dengan kekuatan tradisinya yang masih kokoh, bisa menjadi wadah strategis untuk menyemai semangat ilmiah. Dengan menjadikan ilmu sebagai sarana ibadah dan pengabdian kepada Allah, Rifa’iyah dapat ikut melanjutkan jejak emas para ulama terdahulu, sekaligus menjawab tantangan zaman modern.
Referensi
- Al-Khawarizmi: Bapak Aljabar dan Jejaknya dalam Peradaban
- Mengenal Al-Khawarizmi, Ilmuwan Muslim Jenius Penemu Aljabar
- Al-Khawarizmi: Ilmuwan Abad ke-9 di Balik Kemajuan Teknologi Modern
Penulis: Yusril Mahendra
Editor: Ahmad Zahid Ali