Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
No Result
View All Result
Rifa'iyah
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen
Home Kolom

Sunnatullah Cahaya Terakhir: Dari Lilin, Jiwa, hingga Kiamat

Ahmad Saifullah by Ahmad Saifullah
October 11, 2025
in Kolom
0
Sunnatullah Cahaya Terakhir

Nyala lilin tunggal di tengah kegelapan. (David Tomaseti/Unsplash)

0
SHARES
24
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Alam sebagai Kitab yang Terbuka

Dengan tulisan ini, kami bermaksud mencari pola-pola universal dari ayat-ayat Allah, baik secara qauliyah maupun kauniyah. Kami memperhatikan dan sempat bertanya-tanya, mengapa lilin ketika cahayanya hendak mati, ia lebih dulu menyala besar, lalu setelah itu padam.

Fenomena tersebut serupa dengan orang yang sakit lama, kadang mengalami koma, lalu tiba-tiba sehat bugar jelang ajal. Dalam istilah medis, fenomena ini disebut terminal lucidity.

Dalam pandangan Islam, alam semesta bukan sekadar benda mati yang bergerak menurut hukum fisika. Ia adalah kitab terbuka, sebagaimana Al-Qur’an adalah kitab tertulis. Keduanya sama-sama ayat-ayat Allah:

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (ayat-ayat) Kami di cakrawala dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa (Al-Qur’an) itu benar.” (QS. Fussilat [41]: 53)

Setiap fenomena alam, dari nyala api hingga beredarnya planet, membawa pesan yang sama: ada keteraturan Ilahi di balik peristiwa fana. Salah satu pola yang berulang di banyak lapisan realitas adalah “puncak cahaya sebelum kegelapan”, atau “puncak hidup sebelum kematian”.

Nyala Lilin Sebelum Padam

Lilin adalah pelajaran kecil tentang energi dan kefanaan. Saat bahan bakarnya hampir habis, sumbu mulai hangus, dan tetes parafin terakhir menguap cepat. Maka sesaat sebelum padam, nyalanya membesar, terang, dan seolah bersemangat hidup kembali.

Secara ilmiah, hal ini disebabkan oleh akumulasi uap parafin yang terbakar sekaligus dalam suplai oksigen terakhir. Tetapi di balik rumus fisika itu tersimpan pesan simbolik dalam kaidah hidup:

“Segala sesuatu menampakkan keindahan terakhirnya sebelum ia kembali ke asal.”

Api itu seperti ingin berpamitan, menunjukkan bahwa bahkan pada saat berakhirnya kehidupan, cahaya tak serta-merta hilang — ia berpindah.

Terminal Lucidity: Kesadaran Sebelum Kematian

Fenomena yang mirip terjadi pada manusia menjelang ajal, dikenal dalam kedokteran sebagai terminal lucidity — kejernihan kesadaran sesaat sebelum wafat.

Orang yang lama koma bisa tiba-tiba sadar, berbicara jernih, bahkan menasihati keluarga, lalu meninggal dalam damai.

Ilmuwan menyebutnya hasil dari lonjakan aktivitas listrik otak yang singkat, atau pelepasan neurotransmitter terakhir. Namun bagi jiwa beriman, itu adalah salam perpisahan ruh kepada dunia materi.

Dalam pandangan ruhani, momen itu adalah “cahaya terakhir” dari akal dan kesadaran — seperti nyala lilin yang bersinar terang sebelum padam. Ruh menampakkan kejernihan hakikatnya, lalu melangkah pulang.

Dunia Menjelang Kiamat: Terang yang Kosong

Rasulullah ﷺ telah menubuatkan bahwa menjelang kiamat, dunia akan tampak sangat makmur, tetapi kosong dari makna.

“Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana Islam hanya tinggal namanya, dan Al-Qur’an hanya tinggal tulisannya.” (HR. Al-Bayhaqī)

Secara sosial, itu masa ketika agama tampak bersinar lahiriah — masjid megah, kajian ramai, zakat berlimpah — tetapi ruh keikhlasan dan makna hilang. Itulah bentuk “cahaya besar sebelum padam.”

Islam masih tampak gemerlap, tapi ia sedang bersiap untuk kembali kepada sumbernya, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا، وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا

“Islam mulai dalam keadaan asing, dan akan kembali asing sebagaimana ia bermula.” (HR. Muslim)

Fenomena ini paralel dengan nyala lilin terakhir: terang yang tak lama lagi padam, tanda bahwa dunia sedang menyiapkan diri untuk kembali kepada Sang Pencipta.

Pola Universal: Puncak Energi Sebelum Transformasi

Jika kita meluaskan pandangan, ternyata pola ini berlaku di seluruh jagat raya.

Alam Fenomena Penjelasan
Kosmos Supernova — bintang meledak sangat terang sebelum menjadi lubang hitam Puncak energi sebelum lenyap
Biologi Tanaman berbunga indah sebelum layu Keindahan terakhir sebelum benih baru
Sejarah Peradaban mencapai kemajuan teknologi tinggi sebelum runtuh moral Kejayaan dan pemujaan material sebelum kehancuran spiritual
Psikologi Jiwa manusia paling sadar setelah melewati penderitaan Puncak kesadaran lahir dari kegelapan batin

Setiap sistem di alam memiliki energi terminal — ledakan terakhir sebelum sunyi. Namun yang padam bukanlah cahayanya, melainkan wadahnya yang telah usai tugas.

Ayat-Ayat Qur’ani yang Menggambarkan Pola Ini

Puncak sebelum kehancuran:

“Ketika mereka merasa gembira dengan apa yang diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba.” (QS. Al-An‘am [6]: 44)

Kegelapan menuju cahaya:

“Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 257)

Kematian bukan akhir, tapi kembalinya kehidupan:

“Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup.” (QS. Ar-Rum [30]: 19)

Ayat-ayat ini menegaskan bahwa setiap perubahan besar diawali oleh puncak keadaan sebelumnya — baik terang menuju gelap, maupun gelap menuju terang. Itulah sunnatullah dalam gerak eksistensi.

Makna Spiritual bagi Manusia

Fenomena ini mengajarkan manusia untuk tidak takut pada kegelapan, sebab gelap hanyalah tanda bahwa cahaya sedang berganti wujud.

Sebagaimana lilin berpindah dari sumbu ke udara, bintang berpindah dari bentuk fisik ke gelombang cahaya yang menjelajahi galaksi, dan air menguap menjadi awan — begitu pula ruh berpindah dari jasad menuju alam yang lebih terang.

Bagi manusia beriman, hidup ini hanyalah masa pancaran sementara dari Cahaya Asal:

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

“Allah adalah Cahaya langit dan bumi.” (QS. An-Nur [24]: 35)

Refleksi untuk Zaman Kita

Kita hidup di masa ketika ilmu dan teknologi mencapai puncak — cahaya ilmu bersinar dari layar, dari data, dari sinyal. Namun hati manusia sering padam di dalam.

Inilah mungkin “nyala besar sebelum padam” — tanda bahwa dunia sedang menuju fase baru: bukan sekadar kehancuran fisik, tapi transformasi spiritual umat manusia.

Tugas kita bukan memadamkan cahaya itu, tetapi menjaga agar nyalanya kembali kepada sumbernya, bukan kepada egonya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un (sesungguhnya kami berasal dari Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya lah kami akan kembali).

Penutup: Kembali kepada Cahaya

Dari lilin yang sekarat, dari jiwa yang pulang, dari dunia yang menjelang akhir — semuanya mengajarkan satu pola universal:

Setiap cahaya akan mencapai puncaknya sebelum kembali menyatu dengan Cahaya Mutlak.

Dan mungkin, setiap “terang terakhir” di alam ini hanyalah sapaan lembut dari Tuhan yang berkata kepada semesta:

“Sudah cukup engkau bersinar. Kini kembalilah kepada-Ku.”

Demikianlah Sunnatullah Cahaya Terakhir — tadabbur (bukan tafsir) dari ayat-ayat Tuhan dalam wujud lilin, jiwa, dan dunia.

Semoga dari nyala hidup yang sebentar ini, kita belajar untuk hidup sebagai pembawa cahaya yang tidak padam, yaitu ilmu, iman, dan amal saleh yang ikhlas.

Baca Juga: Ketika Niat Bertemu Sains: Rahasia Otak dalam Memahami Kehendak


Penulis: Ahmad Saifullah
Editor: Yusril Mahendra

Tags: Filosofi KematianKematianRefleksi SpiritualsunnatullahTadabburTerminal Lucidity
Previous Post

PP AMRI Kunjungi Rektor UNISNU Jepara Bahas Repatriasi Manuskrip KH Ahmad Rifa’i

Next Post

Penjelasan Kitab Tasyrihatal Muhtaj 18: Keabsahan Akad

Ahmad Saifullah

Ahmad Saifullah

Jurnalis Freelance

Next Post
Keabsahan Akad

Penjelasan Kitab Tasyrihatal Muhtaj 18: Keabsahan Akad

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    Gus Sakho, Gemilang Prestasi di Al-Azhar, Suluh Inspirasi Generasi Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Rifa’iyah dan Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rukun Islam Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rifa’iyah Seragamkan Jadwal Ziarah Makam Masyayikh di Jalur Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kembali ke Rumah: Ayo Mondok di Pesantren Rifa’iyah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Rifa'iyah

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Kategori

  • Bahtsul Masail
  • Berita
  • Cerpen
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Kolom
  • Nadhom
  • Nasional
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Video

Sejarah

  • Rifa’iyah
  • AMRI
  • UMRI
  • LFR
  • Baranusa

Informasi

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Visi Misi
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 Rifaiyah.or.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom
  • Nadhom
  • Tokoh
  • Bahtsul Masail
  • Khutbah
  • Sejarah
  • Video
  • Cerpen

© 2025 Rifaiyah.or.id